Dwi Astuti (tengah) berjilbab putih (paling kanan)

SURABAYA | duta.co – Dwi Astuti memperlihatkan keseriusannya untuk maju di Pilwali Kota Surabaya. Salah satunya dengan mengambil formulir pendaftaran Cawali di DPD PDIP Jatim.

Dwi merupakan Wakil Sekretaris PW Muslimat NU Jatim yang juga menjadi relawan pemenangan Khofifah Indar Parawansa di Pilgub Jatim 2018. Bahkan, dirinya mengklaim mengantongi restu dari Gubernur Khofifah.

Sebagai orang dekat Khofifah dan aktif di Muslimat NU, peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC), Surochim Abdussalam menyatakan ini menjadi modal awal untuk bersaing di Pilwali Surabaya.

Meski begitu Dwi Astuti disarankan untuk bekerja ekstra keras, karena sejumlah calon lawannya telah memiliki modal popularitas, aksebtabilitas dan elektabilitas yang rata-rata di atas 5%. Bahkan sudah ada yang di atas 15%.

Dwi sendiri merupakan mantan calon legislatif DPRD Jawa Timur asal PPP, pada pemilu 2019 dan tidak lolos. Dwi yang bertarung di Dapil Jatim 1 (Surabaya) hanya meraih 13.271 suara.

“Saya pikir itu menjadi tugas beliau (Dwi Astuti) sungguh tidak mudah. Makanya harus berpacu beliau karena persaingan sangat sengit. Memang kadang tidak linier. Tetapi sejauh ini calon-calon yang bisa tembus elektabilitas 15%, rata-rata adalah mereka yang pileg kemaren berhasil lolos,” paparnya Kamis (12/9/2019).

Dwi Astuti harus ekstra keras berusaha merebut ruang-ruang publik sebagai panggung mengenalkan visi misi besarnya. Seperti konsep tentang Surabaya masa depan, agar diperbincangkan pemilih Surabaya.

“Kalau menurut saya beliau jangan memaksakan menjadi calon walikota, lebih baik calon wakil walikota. Karena persaingan di parpol sangat ketat dan dinamis dan waktu yang tersedia tinggal lima bulanan,” tegas pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini.

Lanjut Surochim, sebenarnya tokoh yang punya basis tradisional seperti ormas masih bisa dianggap punya modal awal. Namun seiring dengan pertumbuhan pemilih rasional dan biasanya kian dekat dengan masa penjaringan dan pendaftaran pertumbuhan angka rasional itu kian meningkat. Maka para calon harus bisa menunjukkan kapasitas. Khususnya portofolio publik secara massif agar kian dikenal, diterima dan bisa dipilih.

Jadi calon harus ekstra usaha untuk meningkatkan popularitas dan akseptabilitas dulu, sehingga bisa masuk jaring radar parpol. Apalagi bisa terus menunjukkan progres elektabilitas yang signifikan, itu jelas akan sangat membantu.

Surochim melihat, masyarakat Surabaya kian mematok tinggi calon kepala daerah nya dengan branchmarking bu Risma.

“Dalam tempo 5 bulan ke depan harus ekstra usaha. Karena pengusung parpol kian mensyaratkan calon yang punya potensi elektabilitas tinggi dan itu jelas tidak mudah. Kalau calon potensial yang punya modal popularitas cukup, biasanya cukup” pungkasnya. (Zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry