Jorien Vercryussen, MD, OBGYN dari The University of Adelaide (kiri) berdiskusi dengan para dokter obgyn dan bidan dari tiga kabupaten/kota Kalimantan Timur dan Jawa Timur, di ruang sidang A-FK Unair, Selasa (28/2/2023). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Angka kematian ibu masih sangat tinggi di Indonesia termasuk di Jawa Timur. Karena itu Departemen Obstetri dan Ginekologi (Obgin) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) mengundang para ahli dari The University of Adelaide untuk duduk bersama membahas permasalahan yang ada.

Dihadirkan pula Dinas Kesehatan Provinsi dari Kalimantan Timur dan Jawa Timur. Serta dokter obgin dan bidan dari Balikpapan, Samarinda dan Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur juga hadir dari Tuban, Jombang dan Pasuruan, Jawa Timur.

Dekan FK Unair, Prof Budi Santoso, SpOG (K) mengatakan kerjasama dengan University of Adelaide ini merupakan langkah untuk menurunkan angka kematian ibu yang masih cukup tinggi di Indonesia.

“Kita ingin memperbaiki sumber daya manusia (SDM) dari enam daerah itu agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang bagus untuk menekan angka kematian ibu itu. Dengan The University of Adelaide, kami sudah melakukan kerjasama lama,” ujar Prof Bus, panggilan akrab Prof Budi Santoso.

Dalam kegiatan ini, masing-masing berdiskusi membahas permasalahan yang ada di daerah serta bagaimana memberikan solusi atas masalah tersebut, agar kasus kematian ibu saat hamil dan melahirkan bisa ditekan.

Mohammad Afzal Mahmood, MD, MBBS, MPH, PhD yang juga dari The University of Adelaide mengatakan kehadirannya bersama dua rekannya itu bukan untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada.

Karena menurutnya, solusi dari permasalahan yang ada harus berasal dari kondisi yang ada di daerah itu. “Permasalahan lokal harus ditangani dan diberi solusi dari kondisi lokal. Permasalahan di satu daerah berbeda dengan daerah lain, karenanya solusinya juga berbeda,” katanya Afzal yang juga ahli yang didatangkan FK Unair untuk program Adjunct Professor.

Sehingga kata Afzal, pihaknya hanya mendengarkan apa yang terjadi di enam daerah itu dan menanyakan apa yang sekiranya bisa dilakukan di sana dengan kondisi di daerah itu.  “Harus ada komunikasi antara Dinas Kesehatan, rumah sakit, puskesmas, dokter kandungan, bidan dna perawat dalam menengani masalah kematian ibu ini. Kalau tidak, maka masalah ini tidak akan selesai. Komunikasi harus intens dilakukan,” tandasnya.

Manager Pelayanan Medis FK Unair, dr Muhammad Ardian, SpOG, MKes mengaku permasalahan ini memang harus dipecahkan bersama. Tidak bisa ditangani satu pihak. Karenanya, dengan ajang seperti ini, lebih merekatkan masing-masing pihak untuk terus berkomunikasi dan bergandengan tangan mengatasi masalah ini.

“Kenapa kita ajak enam daerah itu, bukan hanya karena kasus kematian ibu tinggi di daerah itu, tapi lebih pada daerah itu sudah melakukan langkah yang bagus untuk mengatasi masalah kematian ibu. Contoh, jika ada kejadian kematian ibu karena preeklamsia, maka pihak-pihak itu langsung berkoordinasi untuk melakukan sesuatu misalnya sosialisasi dan edukasi,” tukasnya.

Sampai saat ini, penyeban tertinggi kematian ibu hamil adalah preeklamsia, pendarahan, infeksi dan sebagainya.

“Kita harus lakukan deteksi ini agar ibu yang memiliki risiko tinggi kehamilan bisa ditangani dari awal dan tidak terlambat di kemudian harinya,” ungkapnya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry