Guru Besar dari Institut Jantung Negara (IJN) Malaysia Dato’ Seri Dr Jeffry Jeswant Dillon (dua dari kanan) saat inagurasi sebagai adjunct professor FK Unair-RSDS. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Departemen bedah toraks, kardiak dan vaskular (BTKV), Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) menggandeng ahli bedah jantung dewasa dari Institut Jantung Negara (IJN) Malaysia Dato’ Seri Dr Jeffry Jeswant Dillon MD FRCS (Edin), FCTS (Mayo Clinic) AM (Mal) sebagai adjunct professor FK Unair-RSDS.

Wakil Dekan III FK Unair Dr dr Sulistiawati mengatakan, FK Unair mempunyai program kolaborasi. Salah satunya, sebagai adjunct professor atau mitra kampus yang mempunyai expert di bidang tertentu. Kemudian, berkolaborasi dengan universitas untuk sharing  dibidang pendidikan, riset dan pengabdian masyarakat.

“Jeswant sangat potensial dengan keahliannya. Jam terbangnya bagus. Begitu juga publikasinya. Jadi, kami bisa mengajak kolaborasi untuk memberikan knowledge kepada residen program pendidikan dokter spesialis (PPDS) atau S-2 Sport Health Sience,” katanya.

Kepala Departemen BTKV FK Unair dr Heroe Soebroto SpB, SpBTKV (K) mengatakan, departemen BTKV FK Unair baru berdiri sejak 2016. Ada empat divisi yang dimiliki. Yakni, bedah jantung dewasa, pediatrik kongenital, bedah vascular dan bedah toraks.

“Meski usianya muda, institusi kami terus berkembang. Kami berharap, kerja sama ini pelayanan BTKV di RSUD dr Soetomo sebagai rumah sakit pendidikan semakin berkembang,” ujarnya.

Jesswant mengatakan, hubungan antara IJN dengan FK Unair sudah dibina sejak lama. IJN sudah memiliki pengalaman 30 tahun. Khususnya, di bidang BTKV. Rumah sakit yang khusus di bidang BTKV. Pasien yang dirawat tertinggi di Asia Tenggara.

“Pengalaman kami diharapkan bisa membantu menaikkan RSUD dr Soetomo dan FK Unair ke level lebih tinggi,” kata dia.

Direktur RSUD dr Soetomo dr Joni Wahyuhadi SpBS (K) mengatakan, RSDS merupakan rumah sakit tertua kedua di Indonesia. Jumlah tempat tidur yang dimiliki RSDS 1.700 bed. RSDS juga memiliki pelayanan jantung yang establish dengan gedung 8 tingkat dan kamar operasi yang sudah hybrid.

“Kerja sama dengan berbagai center juga telah dilakukan. Sebelumnya dengan Korea, sekarang dengan Malaysia,” ujarnya.

Joni memaparkan, antrean pelayanan jantung di RSDS luar biasa banyak. Total ada lebih dari 1.000 pasien mengantre layanan bedah jantung. Namun, yang bisa dilayani hanya sekitar 500. “Ini perlu pengembanga,” katanya.

Joni mengatakan, layanan bedah jantung di RSDS memang ada kendala sarana prasarana (sarpras) maupun pembiayaan. Sebagian besar pasien pembiayaan dari BPJS.

“Kami berharap pembiayaan BPJS bisa rasional sehingga Soetomo bisa mengembangkan layanan,” ujarnya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry