Mohamad Rijal Iskandar Zhulqurnain, SM, MComm

Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Teknologi Digital

BERDASARKAN rilis Year in Search 2020 dari Google terkait daftar kata kunci yang paling banyak dicari orang Indonesia sepanjang 2020, terdapat salah satu kata kunci menarik yakni kata kunci ghosting. Semakin popular kata-kata ini, di awal Maret 2021 ini.

Ghosting menjadi fenomena popular dalam komunikasi yang terjadi dalam suatu hubungan antarindividu. Sejatinya fenomena ini sudah sering terjadi sejak lama namun baru-baru ini diberikan label oleh Sebagian masyarakat dengan istilah ghosting.

Istilah ghosting sendiri memiliki beberapa definisi. Menurut kamus Oxford, ghosting adalah praktik mengakhiri hubungan pribadi dengan seseorang dengan tiba-tiba menghentikan semua komunikasi tanpa penjelasan. Selain itu, menurut pakar mikro ekpresi Kirdi Putra dalam wawancara oleh BeepDo (10/3/2021), ghosting dijelaskan sebagai suatu kondisi ketika seseorang tanpa ada sebuah masalah sebelumnya, tanpa sebuah pembicaraan sebelumnya, tiba-tiba salah satu pihak menghilang dan hal ini bisa terjadi di berbagai konteks komunikasi.

Penyebab ghosting sendiri bervariasi, bisa dipicu rasa takut, ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan pemikiran, keinginan menghindari konflik, keinginan menghindari rasa tidak nyaman atau hal-hal yang bersifat merusak.

Jika dilihat dari perspektif lain, yakni profesionalisme dunia kerja, ghosting menjadi masalah produktivitas tersendiri terutama dalam masa pandemi ini. Di mana pemindahan secara paksa interaksi yang biasanya dilakukan secara luring ke interaksi virtual atau daring melalui gawai digital memungkinkan adanya potensi ghosting. Perilaku ghosting yang sering terjadi diantaranya :

  1. Mematikan notifikasi pesan sudah dibaca atau tidak mengangkat panggilan telepon.
  2. Menghilang ketika terdapat deadline pekerjaan.
  3. Izin yang dibuat secara tiba-tiba.

Dalam pandangan komunikasi, ghosting tentunya merupakan praktik yang tidak fair karena bersifat kontraproduktif dan dapat mempengaruhi pencapaian target kerja seperti tanggung jawab dan kewajiban yang belum diselesaikan, pekerjaan penting yang tertunda atau pelanggan yang kehilangan kepercayaan terhadap perusahaan.

Untuk meminimalisir adanya ghosting dalam dunia kerja ini, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan seperti;

  1. Tetap mempertahankan kinerja.

Sebagai orang yang memiliki etos kerja yang baik, adanya perilaku ghosting yang dilakukan rekan kerja sebaiknya jangan sampai membuat produktivitas kita sendiri ikut menurun. Mempertahankan kinerja yang sudah baik akan menjaga agar ghosting di lingkungan kerja tidak meluas.

  1. Komunikasikan alasan ghosting

Ada baiknya untuk mencari tahu alasan rekan kerja melakukan ghosting. Bisa jadi terdapat alasan penting yang sebenarnya memicu dia melakukan ghosting. Berikanlah pengertian bahwa ini untuk kebaikan dirinya dan perusahaan, jika mampu berikanlah masukan dan solusi untuk permasalahanya. Berikan pemahaman bahwa ghosting bukan cara yang baik untuk menyelesaikan tanggung jawab.

  1. Jangan dengan mudah memindahkan tanggung jawab

Dengan tidak memindahkan tanggung jawab kerja dari orang yang melakukan ghosting dengan mudah, kita akan memaksa dia belajar untuk menyelesaikan tanggung jawabnya sendiri. Namun perhatikan juga skala prioritas pekerjaan tersebut.

Dengan demikian kita dapat memahami fenomena ghosting secara umum dan dalam pendangan profesionalisme kerja. Semua rekomendasi yang  bersifat situasional dan sebaiknya diaplikasikan sesuai dengan konteks masing-masing. *

Info lebih lengkap kunjungi website resmi Unusa

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry