Akhwani, S.Pd, MPd – Dosen S1 PGSD, FKIP

ERA digital menjadi sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari lagi. Perkembangan teknologi dan komunikasi menjadi bukti nyata perubahan di era digital. Mulai dari anak-anak sampai dewasa memiliki perangkat digital smartphone.

Mereka disibukan dengan perangkat digital dalam setiap aktivitasnya. Terlebih bagi anak-anak, gawai seolah tidak pernah lepas dari jangkauannya.

Tidak jarang anak usia sekolah dasar sudah memiliki gawai. Sudah jarang ditemukan mereka bermain gundu, petak umpet atau permainan tradisional. Mereka lebih tertarik bermain gawai.

Anak-anak yang saat ini duduk di bangku SD merupakan digital natives yang lahir dan berkembang di era digital. Sebagai digital natives, menavigasi internet dan menggunakan sosial media adalah aktivitas sehari-hari.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Mereka sangat nyaman dengan fasilitas yang tersedia di gawainya. Parahnya, mereka tidak menyadari aturan dan norma-norma di dunia digital. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa anak yang memiliki kecakapan digital juga memiliki etiket digital.

Siswa SD saat ini dapat dikatakan “kecanduan” dengan gawai dan internet. Banyak diantara mereka sudah memiliki akun media sosial seperti Tiktok dan Intagram. Media sosial seyogyanya bagi usia dewasa, bukan anak-anak karena mereka belum bisa menggunakan secara bijak. Banyak dampak negatif yang muncul akibat kebiasaan tersebut.

Pengguna tidak jarang disuguhkan dengan konten-konten yang tidak layak bagi anak-anak. Anak usia sekolah dasar dengan mudah memposting tulisan atau gambar tanpa mempertimbangkan apakah jejak digitalnya layak atau tidak untuk dibagikan.

Tidak semua konten yang tersedia di internet layak bagi anak-anak. Orang tua sebagai digital immigrant hanya bisa membatasi tanpa bisa memastika keamanan aktivitas yang dilakukan anak dengan gawainya. Anak seolah sudah mumupuni menggunakan perangkat digital. Bahkan banyak diantaranya literasi digital anak lebih tinggi dari orang tuanya.

Kenapa Sekolah harus Berperan?

Pendidikan di sekolah memiliki peran penting untuk mengatasi permasalahan di era digital. Siswa SD penting untuk mendapatkan bekal norma dan sopan santun dalam menavigasi internet. Bekal tersebut dinamakan etiket digital.

Pendidikan karakter berbasis digital bukanlah topik yang terpisah dalam kurikulum sekolah, justru membentang di semua bidang pendidikan. Zaman telah berubah, cara mendidik anak juga harus disesuaikan dengan zamannya. Perlu adanya keterlibatan dari berbagai pihak dalam menyongsong kemajuan generasi masa depan.

Siswa harus mendapatkan bekal dasar yang kuat sebelum terjun dalam dunia digital. Pendidikan karakter berbasis digital mutlak diberikan sebagai penyeimbang antara pengetahuan dan sikap anak.

Permasalahan di era digital akan muncul kapanpun dan di manapun. Membekali anak sejak dini merupakan langkah awal mempersiapkan generasi masa depan yang memiliki norma dan etika dalam menavigasi internet.

Implementasi pendidikan karakter harus menyentuh ranah digital. Tidak ada yang dapat menjamin ada keselarasan antara etika di dunia nayata dan dunia maya. Di dunia nyata perilaku anak dapat diamati dengan jelas.

Namun di dunia maya pengamatan itu akan sulit diukur. Di dunia maya tidak mudah mengenal identitas seseorang. Terlebih lagi di dunia maya anak dapat bertindak bebas tanpa ada aturan baku yang memandunya.

Perlu ada langkah strategis untuk menguatkan etiket digital siswa. Langkah yang tepat dapat memberikan dampak yang tepat pula. Menutup dan membatasi anak dengan akses internet bukanlah langkah yang tepat.

Akses internet adalah nyawa dari kehidupan di era digital. Kekhawatiran akan dampak negatif dari era digital dapat disiasati dengan bijak. Permasalahannya bukan pada akses, tetapi pada individu pengguna akses tersebut. Kebijakan menutup akses bukanlah kebijakan yang tepat. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry