dr Hafid Algristian, SpKJ, MH – Dosen Fakultas Kedokteran (FK)

EMOSI negatif adalah emosi yang identik dengan perasaan tidak nyaman. Misalnya rasa takut, sedih, kecewa, gelisah, bersalah, dan sebagainya.

Ketika kita mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan, ada tiga area otak yang bekerja, yakni amigdala (AMD) sebagai pusat emosi, hipokampus (HPK) sebagai pusat memori, dan korteks prefrontal ventromedial (KPV) sebagai pengendali keduanya.

AMD akan bekerja melambat sehingga kita sulit membedakan masa lalu dan masa kini. HPK akan menyimpan kejadian itu sebagai memori jangka panjang, sehingga KPV sering “salah ambil memori” dan membuat kita memandang masa kini dengan perspektif masa lalu. Alias, gagal move on.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Emosi negatif tidak selalu buruk. Seperti rasa marah yang membuat kita kuat menghadapi masalah, rasa cemas yang mendorong kita melakukan persiapan, rasa takut kehilangan yang membuat kita rela berkorban untuk yang dicintai, rasa jijik yang menghindarkan kita dari hal-hal yang tidak sehat, dan sebagainya.

Syaratnya satu: emosi negatif itu harus bersifat ringan- sedang. Kalau berat, tentu saja akan membuat fungsi tubuh kita terganggu, misalnya tidak bisa menikmati hobi, tidak tenang, nyeri otot yang sulit dijelaskan, sulit konsentrasi, sulit tidur, sulit makan, bahkan sulit buang air kecil atau besar. Luapan emosi negatif ini tidak hanya berdampak pada otak, tetapi ke semua bagian tubuh kita.

Bagaimana cara mengatur emosi negatif tetap dalam kadar ringan-sedang, dan tidak terlampau berat? Yang paling sederhana, buatlah prioritas dan ambil urusan yang sesuai dengan kemampuan.

Kalau suatu urusan di luar kemampuan kita, maka pilihannya ada dua: tingkatkan kemampuan kita atau pecah-pecah urusan itu menjadi satuan terkecil agar mudah kita kerjakan. Ibaratnya, “nyemil” urusan, gitu. Memandang urusan besar akan membuat kita tertekan, tapi kalau berhasil membagi-baginya jadi satuan terkecil, membuat kita merasa punya kontrol dan lebih percaya diri.

Mengerjakan urusan tanpa emosi juga tidak baik untuk kemajuan diri kita, lho. Kita merasa hambar dan kosong karena mengerjakan sesuatu tanpa makna. Kita stagnan dan terjebak dalam rutinitas yang itu-itu saja.

Tanpa motivasi, seperti zombie berjalan. Aktivitas otak pada area AMD, HPK, dan KPV berada pada level rendah. Sains membuktikan, emosi negatif dalam taraf ringan-sedang justru mengaktifkan tiga area otak ini dan membuat seseorang termotivasi dalam bekerja.

Prinsip kerja AMD adalah tidak bisa membedakan masa lalu dan masa kini, sehingga proses belajar itu akan kita ingat sepanjang masa. HPK juga membuat kita terkesan “cerdas” karena mampu menggunakan pengalaman di masa lalu sebagai pembelajaran di masa kini.

KPV akan mengatur lintasan memori itu berkelindan dengan tantangan masa kini sehingga performa kita lebih adaptif. Dengan kata lain, emosi negatif ini membuat kemampuan belajar seseorang berlipat lebih kuat dan lebih mampu menjawab tantangan zaman.

Jika mendadak mengalami urusan yang terlampau besar, istirahatlah sejenak. Ambil jeda. Carilah bantuan. Konsultasikan pada ahlinya. Pastikan bahwa kita tidak sendirian. Meminta bantuan bukan bentuk kelemahan, ya. Itu manusiawi. Kalau rumah sedang terbakar, jangan paksa diri selamatkan barang-barang. Tunggu apinya reda dulu. Mintalah bantuan orang lain memadamkan api.

Tidak mungkin juga meminta mereka menyelamatkan barang-barang kita, lha wong “rumah” masih terbakar. Itu filosofinya kalau sedang terbakar emosi. Orang lain pun tidak mudah menyelamatkan diri kita kalau kita sedang emosi. Tenangkan diri dulu. Lalu pikirkan perlahan, mana yang lebih dulu kita selamatkan? (*)

Referensi:

Tyng, C. M., Amin, H. U., Saad, M. N. M., & Malik, A. S. (2017). The influences of emotion on learning and memory. Frontiers in Psychology, 8(AUG), 1454. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2017.01454

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry