Prof Dr Titik Taufikurohmah, MSi dan Prof Dr Suyatno, MSi memperlihatkan produk herbal hasil temuan berdua di Kampus Unesa Ketintang Surabaya, Kamis (14/7/2022). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Alisya Vidya (20) warga Gunung Anyar Surabaya mengaku mengalami masalah dengan menstruasi. Selain mengalami sakit (dilep) saat menstruasi, juga jadwalnya tidak menentu bahkan bisa tiga bulan sekali.

Setahun terakhir dia mencoba mengonsumsi jamu herbal Maja Kanza yang terbuat dari buah majakani dan gambir. Diakuinya, saat sakit menstruasi, Alisya mengonsumsi dua butir jamu tersebut.

“Lima kali konsumsi, sakit menstruasi tidak muncul lagi. Karenanya setiap sakit menstruasi saya konsumsi. Kalau tidak sakit ya tidak. Selain itu, sejak mengonsumsi ini, menstruasi jadi lancar,” ujarnya, Kamis (14/7/2022).

Maja Kanza adalah produk jamu temuan dua profesor dari Universitas Negeri Surabayayakni Prof Dr Titik Taufikurohmah, MSi dan Prof Dr Suyatno, MSi.

Melalui penelitiannya keduanya berhasil membuktikan obat herbal dari formula buah majakani dan gambir berkhasiat untuk penyakit yang terkait dengan kesehatan kewanitaan. Temuan tersebut kini telah diproduksi secara massal dan komersial dengan menggandeng pihak industi.

Khasiatnya terbukti dapat menyembuhkan penyakit yang selama ini menjadi momok bagi kaum hawa seperti keputihan, gatal-gatal pada organ kewanitaan sampai dengan kanker serviks.

Prof Titik, dosen sekaligus Kepala Pusat Inkubasi Bisnis Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unesa ini mengatakan, penelitian yang dilakukannya dilatarbelakangi oleh kondisi nyata masyarakat Indonesia yang membutuhkan keberadaan obat herbal untuk kesehatan kewanitaan.

“Saya melihat pengobatan alternatif dari bahan alam herbal dan mineral masih menjadi pilihan yang disukai masyarakat. Kami menemukan di masyarakat secara tradisional herbal yang terbuat dari buah majakani, kunyit, gambir, dan sirih banyak digunakan,” katanya.

Obat ini kata Titik, sejak lama diyakini masyarakat berkhasiat menjaga kesehatan kewanitaan, termasuk untuk mengatasi penyakit keputihan sampai dengan kanker rahim dan organ sekitarnya secara turun temurun 5 generasi.

Bahan-bahan itu memiliki fungsi berbeda-beda akan tetapi saling bersinergis sehingga berkhasiat menghilangkan sekaligus mencegah dan mengobati penyakit kewanitaan sepeti keputihan.

Tetapi keberadaan bahan tawas dalam obat tersebut dilarang oleh BPOM, sementara apabila tawas dihilangkan khasiatnya menurun. “Nah kami mencoba mencari titik temu agar herbal tersebut aman, hasilnya seperti yang kini sudah diproduksi dan dipasarkan,” katanya.

Hal ini dilakukan, Titik menjelaskan, produk-produk herbal Indonesia perlu didukung eksistensinya melalui penelitian-penelitian pembuktian untuk menguatkan klaim-klaim khasiat demi mendukung komersialisasi dan kemandirian teknologi.

Sudah waktunya obat herbal asli Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan selanjutnya menjadi produk andalan eksport yang memiliki keunggulan bahan dan inovasi proses teknologi.

Titik menambahkan, penelitian dibiayai PT Kanza Ekselensia Utama dan Universitas Negeri Surabaya selama dua tahun. Di tahun pertama ia bersama Prof Suyatno berhasil melakukan uji coba invitro yaitu uji aktivitas antioksidan, uji aktivitas anti bakteri, uji aktivitas anti jamur dan uji keamanan formula herbal.

Di tahun kedua penelitian fokus pada uji klinik pada relawan perempuan dewasa dan uji antivirus corona. “Karena bersamaan dengan Pandemi Covid-19, maka sekaligus penelitian ini saya arahkan ke sana. Hasilnya herbal majakanza ini selain bermanfaat untuk mengatasi penyakit kewanitaan juga membantu mempercepat pemulihan Covid-19,” katanya.

Relawan yang dilabatkan dalam penelitian ini adalah para pengguna baik masyarakat umum wanita dewasa sehat maupun wanita dewasa dengan keluhan-keluhan spesifik antara lain keputihan, wasir, mium, kanker servicks dan beberapa laki-laki dengan keluhan prostat baik gejala ringan maupun berat dengan saran operasi.

“Jadi penelitian pada tahun kedua ini lebih pada pembuktian teori-teori empiris pada kasus nyata sebagai dasar masyarakat tidak meragukan lagi keamanan formula herbal majakanza,” tukasnya. ril/end

Setahun terakhir dia mencoba mengonsumsi jamu herbal Maja Kanza yang terbuat dari buah majakani dan gambir. Diakuinya, saat sakit menstruasi, Alisya mengonsumsi dua butir jamu tersebut.

“Lima kali konsumsi, sakit menstruasi tidak muncul lagi. Karenanya setiap sakit menstruasi saya konsumsi. Kalau tidak sakit ya tidak. Selain itu, sejak mengonsumsi ini, menstruasi jadi lancar,” ujarnya, Kamis (14/7/2022).

Maja Kanza adalah produk jamu temuan dua profesor dari Universitas Negeri Surabayayakni Prof Dr Titik Taufikurohmah, MSi dan Prof Dr Suyatno, MSi.

Melalui penelitiannya keduanya berhasil membuktikan obat herbal dari formula buah majakani dan gambir berkhasiat untuk penyakit yang terkait dengan kesehatan kewanitaan. Temuan tersebut kini telah diproduksi secara massal dan komersial dengan menggandeng pihak industi.

Khasiatnya terbukti dapat menyembuhkan penyakit yang selama ini menjadi momok bagi kaum hawa seperti keputihan, gatal-gatal pada organ kewanitaan sampai dengan kanker serviks.

Prof Titik, dosen sekaligus Kepala Pusat Inkubasi Bisnis Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unesa ini mengatakan, penelitian yang dilakukannya dilatarbelakangi oleh kondisi nyata masyarakat Indonesia yang membutuhkan keberadaan obat herbal untuk kesehatan kewanitaan.

“Saya melihat pengobatan alternatif dari bahan alam herbal dan mineral masih menjadi pilihan yang disukai masyarakat. Kami menemukan di masyarakat secara tradisional herbal yang terbuat dari buah majakani, kunyit, gambir, dan sirih banyak digunakan,” katanya.

Obat ini kata Titik, sejak lama diyakini masyarakat berkhasiat menjaga kesehatan kewanitaan, termasuk untuk mengatasi penyakit keputihan sampai dengan kanker rahim dan organ sekitarnya secara turun temurun 5 generasi.

Bahan-bahan itu memiliki fungsi berbeda-beda akan tetapi saling bersinergis sehingga berkhasiat menghilangkan sekaligus mencegah dan mengobati penyakit kewanitaan sepeti keputihan.

Tetapi keberadaan bahan tawas dalam obat tersebut dilarang oleh BPOM, sementara apabila tawas dihilangkan khasiatnya menurun. “Nah kami mencoba mencari titik temu agar herbal tersebut aman, hasilnya seperti yang kini sudah diproduksi dan dipasarkan,” katanya.

Hal ini dilakukan, Titik menjelaskan, produk-produk herbal Indonesia perlu didukung eksistensinya melalui penelitian-penelitian pembuktian untuk menguatkan klaim-klaim khasiat demi mendukung komersialisasi dan kemandirian teknologi.

Sudah waktunya obat herbal asli Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan selanjutnya menjadi produk andalan eksport yang memiliki keunggulan bahan dan inovasi proses teknologi.

Titik menambahkan, penelitian dibiayai PT Kanza Ekselensia Utama dan Universitas Negeri Surabaya selama dua tahun. Di tahun pertama ia bersama Prof Suyatno berhasil melakukan uji coba invitro yaitu uji aktivitas antioksidan, uji aktivitas anti bakteri, uji aktivitas anti jamur dan uji keamanan formula herbal.

Di tahun kedua penelitian fokus pada uji klinik pada relawan perempuan dewasa dan uji antivirus corona. “Karena bersamaan dengan Pandemi Covid-19, maka sekaligus penelitian ini saya arahkan ke sana. Hasilnya herbal majakanza ini selain bermanfaat untuk mengatasi penyakit kewanitaan juga membantu mempercepat pemulihan Covid-19,” katanya.

Relawan yang dilabatkan dalam penelitian ini adalah para pengguna baik masyarakat umum wanita dewasa sehat maupun wanita dewasa dengan keluhan-keluhan spesifik antara lain keputihan, wasir, mium, kanker servicks dan beberapa laki-laki dengan keluhan prostat baik gejala ringan maupun berat dengan saran operasi.

“Jadi penelitian pada tahun kedua ini lebih pada pembuktian teori-teori empiris pada kasus nyata sebagai dasar masyarakat tidak meragukan lagi keamanan formula herbal majakanza,” tukasnya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry