(kiri-kanan) Prof Dr dr Hendy Hendarto, SpOG (K) bersama dengan Dekan FK Unair, Prof Dr dr Soetojo, SpU (K) sebelum pelantikan guru besar di kampus C Unair, Kamis (19/12). DUTA/endang

SURABAYA l duta.co – Dosen dengan nomor induk dosen khusus (NIDK) memiliki kesempatan yang sama dengan dosen yang memiliki  nomor induk dosen nasional (NIDN). Termasuk untuk menjadi guru besar di sebuah perguruan tinggi.

Salah satu buktinya Prof Dr dr Hendy Hendarso, SpOG (K). Dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan RSU dr Soetomo ini meraih profesor yang membahas masalah bayi tabung. Prof Hendy dilantik menjadi profesor dari Fakultas  Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Kamis (19/12) oleh Rektor Unair, Prof Mohammad Nasih.

Prof Hendy adalah dokter di rumah sakit dengan status pegawai negeri sipil (PNS) Kementerian Kesehatan RI. Tapi Prof Hendy juga mengajar  mahasiswa FK Unair dengan status NIDK.

Para guru besar FK Unair yang hadir dalam pelantikan Prof Hendy Hendarto. DUTA/endang

Dosen dengan NIDK adalah mereka yang terdaftar sebagai PNS atau non PNS di Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (sekarang kembali ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Sementara dosen dengan NIDK tidak terdaftar di Kemenristek/Kemdikbud tapi di lembaga yang lain.

Namun dia juga turut bekerja sebagai pengajar di sebuah lembaga pendidikan  terutama saat praktik kerja di lapangan. Di lembaga pendidikan kedokteran, dosen dengan NIDK ini dibutuhkan mengajar mahasiswa terutama saat praktik di rumah sakit untuk menempuh pendidikan profesi dokter.

Dekan FK Unair, Prof Dr dr Soetojo, SpU (K) mengatakan dilantiknya Prof Hendy sebagai bukti bahwa semua dosen di FK Unair bisa berkesempatan menjadi guru besar.

“Tinggal keinginan masing-masing untuk berusaha menjadi guru besar. Ini sebuah prestasi yang harus terus dikejar dengan rajin menulis, masuk ke jurnal internasional dan sebagainya,” ujar Prof Soetojo di sela pengukuhan.

Di FK Unair sendiri jumlah dosen berimbang antara NIDN dan NIDK. Namun sepanjang 2019 ini, jumlah dosen NIDK lebih banyak yang menjadi profesor dibandingkan NIDN. “Dosen NIDK lima orang dan NIDN satu orang yang menjadi profesor,” tukasnya.

Prof Hendy sebelum pengukuhan mengatakan rasa senangnya bisa  menjadi profesor. Dalam hal ini, Prof Hendy memaparkan tentang bayi tabung.

Prof Hendi ingin mematahkan stigma bahwa bayi tabung itu mahal. Program kehamilan untuk membantu pasangan yang mengalami ketidaksuburan (infertilitas) ini bisa dengan biaya murah, bahkan dengan biaya 50 persen lebih murah dari harga normal.

“Tapi tingkat keberhasilannya masih rendah. Kalau biasanya keberhasilan 40 persen, dengan biaya terjangkau ini, tingkat keberhasilannya antara  20 hingga 30 persen,” tukasnya.

Rendahnya tingkat keberhasilan ini karena alat yang ada masih belum maksimal untuk bisa mencari sel telur berkualitas untuk bisa ‘dikawinkan’ dengan sperma yang sudah diambil sebelumnya untuk dijadikan embrio.

“Biaya terjangkau belum adanya dukungan alat yang berkualitas. Tapi intinya bukan itu. Masyarakat yang belum belum memiliki keturunan jangan sampai terlambat  untuk melakukan program kehamilan,” jelasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry