Bank Indonesia terus mendorong perbankan untuk menyaluran kredit ke pelaku UMKM. DUTA/wiwiek

SURABAYA | duta.co – Bank Sentral Indonesia atau Bank Indonesia terus berupaya untuk memulihkan perekonomian pascapandemi Covid-19.

Kebijakan-kebijakan moneter dikeluarkan salah satunya mendorong intermediasi perbankan, terutama pembiayaan dunia usaha untuk pemulihan ekonomi. Ini adalah bagian penting dari kebijakan makropudensial yang dikeluarkan BI di masa pandemi Covid-19.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan sejak pandemi Covid-19, kebijakan makroprudensial untuk mendorong intermediasi perbankan terus diperlonggar. Ini dilakukan agar bisa terus menumbuhkan perekonomian di tengah pandemi Covid-19.

“Kami lanjutkan kelonggaran-kelonggaran yang sudah dilakukan dalam dua tahun terakhir dan terus kita tingkatkan hingga di tahun-tahun mendatang,” kata Perry saat peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) nomor 38, beberapa waktu lalu.

Pelonggaran kebijakan makroprudensial yang dilakukan BI itu cukup memberikan hasil. Buktinya, dari data BI, kredit perbankan juga semakin kuat yakni di angka 5,4% pada akhir tahun lalu dan diperkirakan akan meningkat 7 hingga 9 persen di tahun ini. Bahkan kredit UMKM meningkat hingga lebih dari 11 persen.

Karenanya, kata Perry, BI terus mengembangkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif. Salah satunya adalah insentif bagi bank-bank yang menyalurkan kredit kepada 38 sektor termasuk juga UMKM.

“Kami berikan insentif berupa pengurangan persyaratan termasuk juga untuk mendorong inklusi keuangan melalui kredit UMKM,” katanya.

Tak mengherankan jika saat ini penyaluran kredit atau penawaran kredit dari perbankan juga semakin meningkat karena kebijakan makroprudensial itu seperti suku bunga yang relatif rendah, likuiditas yang sangat longgar dan sebagainya.

“Bank- bank semakin yakin semakin untuk menyalurkan kredit karena adanya relaksasi dari sisi kebijakan makro maupun mikroprudensial,” ungkapnya.

BI pun mengidentifikasi 42 sektor untuk terus didorong pertumbuhannya agar bisa memanfaatkan kredit yang ditawarkan perbankan. Tidak hanya sektor-sektor ekspor dan manufacturing, makanan minuman, otomotif dan properti terus didorong baik dari sisi kebijakan fiskal, kebijakan makro dan mikroprudensial.

Salah satu bank yang mulai gencar menyalurkan kredit baik saat pandemi maupun pascapandemi adalah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim). Direktur Utama Bank Jatim, Busrul Iman ada banyak proyek bidikan untuk penyaluran kredit.

Di antaranya adalah korporasi, ritel dan UMKM. “Korporasi sekarang sudah mulai bergerak terutama proyek-proyek pemerintah provinsi dan kabupaten kota di Jatim,” kata Busrul Iman beberapa waktu lalu.

Dari data Bank Jatim, kredit korporasi sudah mulai mengalami pertumbuhan sejak awal 2021 lalu. Pertumbuhan kredit ini di Bank Jatim sepanjang 2021 sebesar 10,83 persen atau senilai Rp 1 triliun dari total kredit yang disalurkan. “Sudah mulai ada prospek ke depannya. Semoga ini berjalan dengan baik,” tandas Busrul.

Selama ini, kredit Bank Jatim mayoritas atau hampir 60 persen kredit konsumtif. Namun ke depan, Bank Jatim akan mulai menggenjot kredit UMKM karena sangat potensial perkembangannya di Jawa Timur. “Kita akan genjot terus apalagi kredit UMKM tumbuh 13,32 persen,” tukas Busrul.

Dorongan intermediasi perbankan ini kata Perry Warjiyo harus diperkuat dengan adanya manajemen risiko. Adanya pengaturan dan pengawasan agar intermediasi yang terus dilakukan berjalan baik, terutama dari sisi keuangan. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry