Jenazah dr Azami D Azinar SpOG saat penghormatan terakhir di halaman FK Unair, Rabu (7/7/2021). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Meningkatnya kasus positif Covid-19 membuat kewalahan tenaga kesehatan. Tidak hanya masyarakat yang menjadi korban, tapi tenaga kesehatan juga mengalami hal serupa. Banyak di antara mereka yang gugur dan harus menyerah pada Covid-19.

Salah satunya dialami dr Azami D Azinar SpOG. Dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan di RSU dr Soetomo dan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) menyusul dua rekannya dr Maksum SpOG dan dr Zaynul Arifin SpOG(K).

Dokter Azami meninggal dunia setelah 15 hari dirawat di Ruang Isolasi Khusus (RIK 1) RSU dr Soetomo. Dalam hari-hari terakhir perawatannya, alat bantu napas dan ECMO (semacam pengganti paru-paru untuk sementara) sudah dioptimalkan. Tapi tak mampu memenuhi kebutuhan oksigen sehingga harus menghembuskan nafas , Rabu (7/7/2021) pukul 05.40 WIB.

Kepergian dr Azami ini menyisakan sedih bagi istrinya, Venny Aditya dan anak semata wayangnya.  Usianya baru 38 tahun. Banyak cita-cita yang belum diselesaikan. Apalagi dia sedang menyelesaikan pendidikan konsultan uroginekologi rekonstruksi. Juga hampir menuntaskan gelar doktor pendidikan S3  yang merupakan kolaborasi antara FK Unair dan OITA University, Jepang.

Seharusnya, ujian proposal yang menghadirkan penguji dari OITA University akan dilangsungkan Senin (19/7/2021). Undangan pun sudah disebarkan. Penelitian sudah siap dikerjakan. Bahan penelitian, seperti mencit sudah dalam proses  adaptasi dan akan segera disuntikkan flavonoid sebagaimana yang direncanakan. Reagen-reagen yang diperlukan untuk meneliti juga telah didatangkan dari luar negeri. Sayangnya, Covid-19 telah menghapuskan impian itu.

Muhamad Miftahusurrur, dr.,M.Kes., SpPD (K), KGEH.,PhD, Wakil Rektor IDI UNAIR juga merasa kehilangan. Karena saat memulai program S3 yang berkolaborasi dengan OITA University ini, ia juga turut merintisnya dan menjadi salah satu pelopor lulusan OITA University.

Kembangkan Neovagina Laparaskopi

Sementara, upayanya untuk mengembangkan laparaskopi di bidang uroginekologi rekonstruksi pun harus terhenti.  Alumni FK Unair angkatan 2001 ini  telaten mengembangkan teknik operasi bagi  pasien-pasien Mayer Rokintansky Hausser Syndrome yang ditakdirkan lahir tanpa vagina. Ini dilakukan bersama dr Hari Paraton,SpOG (K), dr Gatut Harianto SpOG (K), Dr dr Eighty Mardiyan K, SpOG (K) dan dr Tri Hastomo, SpOG.

Khusus dr Azami, ia memilih teknik Davydov, yakni memanfaatkan usus sedemikian rupa sebagai kombinasi untuk membuat vagina. Tujuannya agar mereka yang terlahir tanpa vagina tetap bisa menikmati kualitas hidup sebagai perempuan seutuhnya.

Bahkan untuk mempelajari ini, hampir setahun ia berguru kepada dr Jimmy Nomura di Kameda Hospital Jepang. Terbukti teknik ini mempunyai angka kegagalan yang lebih rendah dibanding teknik lain. Meskipun lebih tidak sederhana karena perlu alat laparaskopi dan melibatkan dokter ahli bedah digestif.

Saat ini, cita-cita itu mungkin tak bisa dilanjutkannya. Tapi Dr dr Brahmana Askandar,  SpOG (K), Ketua Departemen/KSM  Obstetri dan Ginekologi FK Unair/RSUD dr Soetomo sekaligus Ketua IDI Surabaya memastikan seluruh staf obstetri dan ginekologi akan tetap bersemangat dan  melanjutkan upaya yang telah dilakukan sosok ringan tangan seperti dr Azami.

Dr Joni Wahyudi, dr, SpBS (K) juga berduka atas kepergian dr Azami. “Sangat jarang saya menjumpai dokter yang penuh dedikasi seperti Dokter Azami ini. Semangatnya dalam melayani pasien dan kemajuan departemen patut menjadi teladan” terangnya. end/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry