Dekan FK Unair, Prof Dr dr Soetojo, SpU(K). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Luka bakar kerap kali terjadi di masyarakat. Dalam hal ini, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk memberikan pertolongan pertama yang benar terhadap korban luka bakar, sehingga korban bisa diselamatkan saat dirujuk ke rumah sakit.

Dokter ahli bedah plastik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Dr dr Lynda Hariani, SpBP-RE (K) menjelaskan, dalam penanganan korban luka bakar, yang perlu dilakukan adalah, korban harus bisa mematikan api yang melekat pada tubuhnya.

Caranya bisa dengan bergulung-gulung di tanah, agar api cepat padam. Masyarakat yang melihat harus membantu juga memadamkan api tersebut.

Setelahnya lepaskan semua atribut yang melekat di tubuh korban terutama baju-bajunya. Lalu, guyur seluruh tubuh yang terkena api dengan air mengalir suhu ruangan selama minimal dua puluh menit tanpa henti.

Ini bisa mengurangi kedalaman luka akibat terbakar itu dan juga bisa mengurangi rasa nyeri yang dirasakan korban.

Lalu bungkus luka dengan kain bersih. Setelah itu baru rujuk ke klinik kesehatan terdekat atau puskesmas. Dari puskesmas baru dirujuk ke rumah sakit jika kondisi luka bakarnya cukup parah.

“Jadi kalau melihat ada orang luka bakar, jangan dikasih odol, bedak, atau apapun lah. Karena itu akan membuat luka bakarnya lebih dalam lagi dan juga bisa menyebabkan infeksi. Kalau luka sudah dalam, bisa merusak jaringan kulitnya,” jelas dr Lynda di sela-sela workshop Update in Burn Management & Rehabilitation di Aula FK Unair, Selasa (15/10).

Tidak hanya masyarakat, para dokter yang menangani pasien luka bakar juga harus mulai paham akan standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan. Karena jika tidak sesuai standar, maka korban bisa mengalami kondisi fatal.

“Bisa kematian, bisa mengalami cacat di tubuhnya karena jaringan kulitnya rusak dan banyak lagi lainnya. Kondisi yang paling fatal bisa meninggal,” tukas dr Lynda.

Karena itu, para dokter di Puskesmas, dokter ahli bedah plastik, anastesi dan multidisiplin ilmu lainnya perlu untuk terus update ilmu yang dimiliki. Seperti yang dilakukan para dokter ahli dari FK Unair dengan menggandeng Dutch Foundation, sebuah yayasan dari Belanda.

Para dokter belajar bagaimana penanganan luka bakar yang paling mutakhir di dunia barat saat ini. Sehingga pasien luka bakar bisa ditangani dengan baik dan tingkat kesembuhannya juga tinggi.

“Sekarang di rumah sakit Dr Soetomo, tingkat save living (angka kehidupan) pasien luka bakar sudah mencapai 75 persen. Itu semua karena penanganan yang baik mulai awal hingga di rumah sakit,” jelas dr Lynda.

Dalam hal ini, penanganan luka bakar di rumah sakit rujukan terbesar di Indonesia Timur itu melibatkan banyak disiplin ilmu. Misalnya, bedah plastik, anastesi, rehab mediik, mikro biologi, nutrisi, pediatrik dan sebagainya.

Dekan FK Unair, Prof Dr dr Soetojo, SpU(K) yang hadir dalam acara tersebut mengatakan semua dokter baik yang masih menempuh pendidikan maupun yang sudah bekerja di rumah sakit atau puskesmas, wajib meng-update ilmunya.

Itu penting dilakukan, agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat luas. “Dengan update ilmu maka akan mengetahui bagaimana penanganan akan sebuah kasus kesehatan secara lebih modern. Termasuk penanganan luka bakar. Karena di luar negeri, penanganannya sudah sangat canggih. Bahkan jaringan kulit yang rusak akibat luka bakar itu bisa dihidupkan kembali. Itu yang perlu kita contoh dan pelajari,” jelasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry