Kantor Pertanahan Kota Surabaya I, jalan Taman Puspa Raya 10, Sambikerep Surabaya. ist

SURABAYA|duta.co – Kepala Kantor Pertanahan Kota Surabaya I kembali harus menghadapi gugatan warga. Kali ini, instansi yang berkantor di jalan Taman Puspa Raya 10, Sambikerep Surabaya itu digugat oleh tujuh ahli waris Satoewi (almh) melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Surabaya.

Ketujuh ahli waris tersebut antara lain, Parkan, Iskandar, Supardi, Asnan, Somo, Sulikah dan Ponimah. Yang seluruhnya memberikan kuasa kepada ahli waris kelima, yaitu Somo melalui tim advokat yang tergabung dalam Litiga-at-law, yang berkantor di Jakarta.

Salah satu tim kuasa hukum penggugat, Ariehta Eleison Sembiring mengatakan, gugatan yang pihaknya layangkan ini merupakan akibat dari terbitnya surat bernomor 1203/600-35.78/III/2020 tertanggal 4 Maret 2020 yang dikeluarkan oleh tergugat pada 17 Maret 2020 lalu.

Pada intinya, surat yang dikirimkan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surabaya I itu berisi penolakan untuk menindaklanjuti penerbitan sertipikat hak milik (SHM) yang diajukan oleh ketujuh ahli waris tersebut diatas.

Sudah Terbit Gambar Ukur

“Padahal, sebelumnya sudah terbit Gambar Ukur bernomor 4711/2006 sejak tanggal 18 September 2006, saat menunggu tahapan proses selanjutnya, yaitu penerbitan SHM terhadap tanah nomor 956 Persil 169 S.I dan S.II masing-masing luas tanah 8.410 m2, tiba-tiba tergugat mengirimkan surat balasan berisi penolakan tindak lanjut. Tentunya dengan hal ini, para ahli waris dirugikan karena tidak memperoleh kepastian hukum atas hak tanah milik mereka,” ujar Ariehta, Selasa (21/7/2020).

Ditambahkan Arietha, kedua obyek tanah tersebut, hingga saat ini dalam penguasaan pengugat secara turun-temurun tanpa terputus sejak dibeli oleh ibu para ahli waris yaitu Satoewi (almh) pada 1956 silam.

Itikad Baik Para Ahli Waris

“Tak hanya itu, selama ini para ahli waris telah menujukan itikad baik dengan taatnya dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan atas bidang tanah dimaksud, yang hal itu bisa dibuktikan melalui Surat Pemberitahuan Pajak Terutang,” ujarnya.

Kendati, Surat Pemberitahuan Pajak Terutang bukanlah merupakan bukti kepemilikan hak yang sah, namun, status penggugat sebagai bezitter atas tanah tidak bisa disangkal.

Dalam petitum gugatan, pengugat memohon majelis hakim pemeriksa untuk mengabulkan seluruh gugatannya. Termasuk memerintahkan Kantor Pertanahan Kota Surabaya I untuk mencabut surat penolakan bernomor 1203/600-35.78/III/2020 tertanggal 4 Maret 2020, dan melanjutkan kembali proses penerbitan SHM atas kedua obyek tanah yang diajukan oleh penggugat. eno

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry