PROVOKATIF: Buletin ‘AL-ISLAM’ milik HTI diamankan warga Tulangan Sidoarjo Jumat (5/5/2017

SIDOARJO | duta.co – Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) terus membikin masalah. Setelah proyek khilafahnya bertajuk ‘Khilafah Kewajiban Syar’i, Jalan Menuju Kebangkitan Umat’ ditolak di sejumlah daerah, kini mereka terus menyebarkan buletin ‘AL-ISLAM’ milik HTI. Namun lagi-lagi ditolak warga. Penyebaran buletin distop di mana-mana. Jumat (5/5/2017) dua orang suruhan HTI, masing-masing Abdul Fatah dan Bisri, keduanya warga Modong, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo, dihentikan aksinya oleh warga.

“Bikin kacau, buletin HTI isinya garis keras. Sidoarjo tidak boleh ada radikalisme, harus dihentikan,” begitu seru jamaah Masjid Nurul Huda, Dusun Kepodang, Desa Kepadangan, Tulangan, saat memergoki kedua orang HTI ini membawa dan membagikan buletin AL-ISLAM.

KAPOK: Abdul Fatah dan Bisri.

Kedua orang HTI ini membawa banyak buletin dalam tas hitam HTI bertuliskan Syariah & Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil-Alamin. Karena tidak terima jamaahnya dihasut dengan buletin AL-ISLAM, pengurus Masjid Nurul Huda langsung menghentikannya. Saat itu juga Fatah dan Bisri membuat surat pernyataan dengan dua materai, isinya berjanji tidak mengulangi perbuatannya dalam wilayah Tulangan.
Informasi yang didapat duta.co, kedua orang itu ditangkap Komandan Banser Tulangan bernama Baijuri. Selanjutnya Baijuri memerintahkan Banser se-Sidoarjo untuk melakukan gerakan menghalau aksi sebar buletin HTI. “Kita harus mengawasi dan sigap menghadapi mereka,” kata Baijuri kepada duta.co Jumat malam.

Dia juga meminta masyarakat agar lebih jeli dan teliti menerima warta dan berita yang memecah belah bangsa. Caranya harus melihat dengan jelas sumber berita tersebut.
“Aparat juga harus sigap bertindak terhadap buletin-buletin pemecah/provokasi umat,” katanya

SURAT pernyataan yang dibuat Abdul Fatah dan Bisri.

Bukan hanya Tulangan, di sejumlah masjid di daerah Krian, Sidoarjo, juga ‘diserbu’ buletin HTI ‘AL-ISLAM’. Ada yang langsung main bagi, ada yang mencoba minta izin terlebih dahulu.

“Pernah minta izin ke masjid kami, langsung kami tolak. Ini bisa bikin masalah, karena jelas isinya selalu menghujat dan mengkafirkan sesama muslim yang tidak sealiran dengannya,” jelas Abdul Wahid, Takmir Masjid Al-Ikhlas, Graha Permata Sidoarejo Indah kepada duta.co.

“Warga NU sudah punya buletin sendiri, di antaranya Al-Ma’un yang dikerjakan mahasiswa ITS. Jadi tidak butuh AL-ISLAM yang isinya justru menjelek-jelekkan NU dan pemerintah,” tambahnya. yan

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry