Proses penandatanganan kesepakatan antara Dindik Jatim dengan perwakilan orang tua siswa, Kamis (20/6) di Kantor Dindik Jatim. DUTA/endang

Beri Kesempatan Pendaftar dengan NUN Tinggi

SURABAYA | duta.co – Proses alot untuk menyepakati proses penerimaan peserta didik baru (PPBD) 2019 tingkat SMA di Surabaya terjadi Kamis (20/6).

Sepuluh perwakilan orang tua yang diterima Plt Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Hudiyono di kantor Dindik Jalan Genteng  berjam-jam.

Pertemuan yang juga dihadiri Asisten I Provinsi Jawa Timur, Dr Himawan Estubagio serta Kepala Cabang Dinas Surabaya Sidoarjo, Dr Sukaryanto itu memang menguras tenaga.

Karena pihak Dindik Jatim tidak ingin mengubah sistem zonasi seperti ketentuan yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Sementara orang tua ngotot ingin PPDB ini diubah dan mengikuti sistem 2018 lalu.

Namun, setelah dilakukan perundingan, pukul 17.00 WIB, akhirnya disepakati tiga hal.  Pertama PPDB yang seharusnya ditutup pada Kamis (20/6) pukul 24.00 WIB diundur hingga Jumat (21/6) pukul 24.00 WIB.

Kedua pengumuman akan dilakukan pada Sabtu (22/6) pukul 09.00 WIB. Dan ketiga adalah sisa kuota offline masing-masing SMA akan dialokasikan ke seleksi dengan kriteria nilai ujian nasional (NUN).

 Plt Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Hudiyono mengatakan pihaknya sudah melaksanakan kebijakan yang sudah ditetapkan. Namun, Dindik Jatim tetap responsif dan mengakomodir terhadap kepentingan masyarakat Jawa Timur yang menginginkan penambahan kuota.

“Setelah melalui beberapa analisasi dari data yang ada, pertimbangan potensi data yang masuk, ditetapkan peluang agak tinggi dalam zonasi khususnya anak-anak kemampuan tinggi ini. Namun hal ini tidak mengubah sistem yang sudah ada,” jelasnya.

Dalam hal ini, Hudiyono menegaskan untuk jalur online zonasi seluruh SMA di Surabaya sudah terpenuhi sesuai petunjuk teknis (juknis).

Sementara untuk jalur offline dari kuota yang ditetapkan khusus mitra warga  yakni prestasi, akademik, non akademik, kepindahan orang tua dan warga tidak mampu yang masih tersisa, akan dialihkan ke pendaftar yang memiliki NUN tinggi.

“Mereka ini yang bisa mendaftar di perpanjangan waktu sehari. Asalkan PIN yang mereka miliki masih ada dan belum digunakan untuk mendaftar. Bagi yang sudah mendaftar ya tidak bisa,” tandasnya.

Dari data yang ada, ada 7 ribu siswa lulusan SMP sederajad di Surabaya yang sudah mengambil PIN tapi belum mendaftar. “Ini juga harus kita akomodir,” tukasnya.

Orang tua dalam hal ini harus berhati-hati. Mereka juga harus melihat apakah slot jalur offline di SMA yang akan dituju dan masih dalam satu zonasi masih tersisa atau tidak.

Karena, saat ini jalur offline ini di masing-masing SMA tidak sama. Ada yang kuota offline sudah terpenuhi 100 persen, ada yang baru 90 persen, ada 80 persen dan seterusnya.

“Kalau slotnya sudah habis ya sudah tidak bisa mendaftar,” tandas mantan Kabid SMK di Dindik Jatim ini.

Walau sudah disepakati, para orang tua yang berkumpul di halaman kantor Dindik Jatim masih saja ada yang tidak menyetujuinya. Alasannya bermacam-macam.

“Saya sudah mendaftar, percuma saja diperpanjang, lebih baik ditutup saja pendaftarannya,” ungkap salah seorang wali murid yang enggan disebutkan namanya.

Hal lain juga diungkapkan Nur Laily. Ibu dari Mohammad Akbar asal Krembangan ini mengaku memang masih memiliki PIN pendaftaran.

Sebenarnya dia masih memiliki kesempatan untuk mendaftar di perpanjangan waktu ini, namun dia merasa kesempatan untuk diterima sangat kecil.

“Saya arahkan ke swasta, tapi anaknya maunya di negeri. Akhirnya dia mau ke SMK tapi milihnya SMK yang menurut saya jelek banget. Saya tidak mau, memintanya memilih SMK yang bagus. Saya bingung juga ini,” tuturnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry