KEDIRI|duta.co – Ribuan jamaah menghadiri acara tasyakuran dan Haul H. Roichan Ilyas, merupakan orang tua dari M. Riza Fahmi, Kepala Desa Adan – Adan Kecamatan Gurah. Atas kembali terpilihnya sebagai kepala desa pada periode ini, menghadirkan KH. Miftah Maulana Habiburrohman atau akrab disapa Gus Mifta dari Yogyakarta. Sebelumnya dimeriahkan penampilan Jamaah Salawat Junudul Mustofa bersama Habib Ali bin Hasan Baharun, pada Selasa malam.
“Sebagai bentuk tasyakuran kami karena memang sudah diamanahi masyarakat sebagai kepala desa. kemudian yang kedua adalah haul bapak saya yang ke-34. Kami akan mengundang seluruh elemen masyarakat untuk rawuh dan semoga membawa berkah untuk kita semua,” tutur Kades Adan – Adan.
Banyak petuah bijak bisa diambil dari pengajian bersama Gus Mifta, diantaranya pertanyaan apa ada orang hidup di dunia ini benci bertemu Gusti Allah. “Ada banyak, saat terdengar Adzan Duhur lalu apa jawabannya? Adzan lagi, itu berarti orang benci Gusti Allah. Kemudian diajak ngaji, jawabnya sudah pernah,” tutur Gus Mifta.
Menjadikan ironis, lanjut Gus Mifta, saat pengajian selalu ada kontak infaq namun hanya memberi uang seribu. Tetapi kalau ke kebun binatang hanya melihat monyet, bawa uang sakunya banyak berlebihan. “Orang yang benci Gusti Allah, semoga tidak berlaku bagi orang Kediri saat menunggu Adzan Maghrib pada waktu bulan puasa, itu bukan karena ingin sholat tetapi karena buka puasa,” ucap Gus Mifta disambut tawa jamaah yang hadir.
Menjadikan ironis, seiring kebiasaan anak muda dan sebagian orang tua sekarang. “Diajak ngaji tidak mau malah nyanyi, diajak salawatan malah dangdutan, kayak gitu kok katanya cinta Gusti Allah. Adzan adalah lagu terindah bagi Umat Muslim, suara Adzan itu bukan panggilan muazin tetapi panggilan Allah,” ungkapnya.
Bagi yang suka berselancara di media sosial, ulama asal Yogyakarta ini menginggatkan agar dipergunakan sebagai sarana ibadah. “Yang punya medsos tolong jadikan sebagai ibadah, jangan latah sama medsos, apa – apa diupload di medsos. Kalau ingin bahagia itu salat, jika nakal itu urusan kamu sendiri yang penting jangan lupa salat. Bahaa kewajibanku bukan mengurusi kamu mabuk atau tidak, kewajibanku mengingatkan kamu untuk salat,” imbuhnya.
Sebagai penutup ada pesan mendalam disampaikan Gus Mifta, kenapa dirinya kerap mengisi pengajian di lingkungan hitam. “Tujuanku ngaji sama orang nakal itu biar punya malu, kalau masih punya malu itu berarti tandanya masih punya iman,” terangnya. (rci/nng)