Suasana Seminar dan Bedah  Buku yang digelar di Kampus B Unusa, akhir pekan lalu. DUTA/istimewa

 

 

SURABAYA | duta.co – Teknologi tidak bisa dihindari. Semua orang memanfaatkannya untuk segala hal termasuk ketika dalam kesulitan. Tidak terkecuali para siswa yang cenderung langsung mengakses Google untuk mencari jawaban atas tugas-tugas yang diberikan guru di sekolah.

Internet memang sumber data yang bisa diakses siapa saja. Itulah yang melatarbelakangi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengadakan seminar dan bedah buku,  Semua Telah Dihandle Google, Lalu Tugas Sekolah Apa?. Buku karya Prof Muchlas Samani itu dibahas mendalam di Kafe Fastron Lantai 3 Tower Unusa, Minggu (26/3) lalu. Hadir pula Satria Darma (Pakar Literasi) dan Prof Iwan Vanany (Wakil Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur) turut serta dalam membedah buku tersebut.

Prof Muchlas Samani mengatakan sekolah harus berubah. Sekolah tidak boleh lagi hanya fokus kepada memberi ilmu pengetahuan kepada siswa. Sebab ilmu pengetahuan dan informasi sudah diberikan secara mudah dan cepat oleh media sosial. Kita bisa mendapatkan informasi (hampir) apapun dalam waktu kurang dari satu menit melalui laman google yang akan menghantarkan kita kepada si sumber informasi. Apalagi anak-anak kita sekarang ini sudah melek gawai. Mereka sudah terbiasa menggunakan smartphone dalam berkomunikasi, bermain dan mencari informasi. Namun perubahan seperti apa yang harus dilakukan oleh sekolah?

“Sekolah tidak boleh lagi hanya berkutat dengan mengisi siswanya dengan pengetahuan saja. Sekolah seharusnya mengajarkan kepada siswanya untuk menjadi seorang yang memiliki life skills, bisa belajar secara mandiri dan mampu berpikir tingkat tinggi,” ungkap Guru Besar Universitas Negeri Surabaya tersebut.

Selain itu, dalam buku tersebut dijelaskan bahwa arah pendidikan di Indonesia, masih terombang-ambingnya sistem pendidikan Indonesia dari model Man Power Planning dengan Human Development. Sebagai negeri yang mewarisi pendidikan sistem Belanda, awalnya pendidikan di Indonesia beraliran Man Power Planning. Namun seiring dengan banyaknya cendekiawan yang pulang dari studi lanjut ke Amerika, pendidikan di Indonesia perlahan-lahan berubah arah ke model Human Development. “Parahnya lagi setiap ganti menteri arah pendidikan ini sering berganti. Akibatnya anak-anak menjadi korban dari sistem yang tidak pasti ini,” tutur Prof. Muchlas Samani. (end)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry