Tokoh Dewi Gayatri Rajapatmi hasil karya make up artist Aixa Paramitha tampil memukau di depan penonton di ajang Swastamita Arunika di lobby gedung Roeslan Abdulghani Untag Surabaya, Rabu (22/6/2022). DUTA/wiwiek

SURABAYA | duta.co – Dewi-dewi legenda yang selama ini hanya bisa dibaca dari buku-buku dongeng dan sejarah, ‘turun’ dari langit.

Mereka tampil di ajang Swastamita Arunika dalam rangka Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno di lobby gedung Roeslan Abdulghani, Kampus Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Rabu (22/6/2022).

Para dewi di antaranya Dewi Gayatri, Rengganis, Putri Tunjungsari, Kendedes dan banyak lainnya itu adalah simbol kecantikan wanita Indonesia itu dari sebuah dogeng dan cerita diaplikasikan secara nyata pada model-model oleh 32 make up artist (MUA) Surabaya di ajang tersebut.

Tidak hanya parade di atas catwalk dengan pakaian yang mirip digunakan sang dewi, di ajang itu pula itu juga diungkapkan cerita dari sang dewi. Sehingga memperkaya pengetahuan para undangan yang hadir.

Aixa Paramitha, perias tokoh Dewi Gayatri Rajapatmi mengungkapkan memilih make up bold dengan teknik brush agar lebih menyatu dengan kulit dan tahan lama. Karena kostum yang digunakan berat dan berlapis sehingga kemungkinan keringat model akan berlebih.

Selain itu karakter cantik dan wibawa Gayatri yang merupakan ratu menurutnya bisa tercermin dari tampilan make up bold.

“Jadi make up kekinian tapi tetap memiliki makna masa lalu. Ini impian saya secara pribadi untuk bisa merias tokoh legenda nusantara. Makanya saya sangat exited dan all out. Semua detail saya pertimbangkan untuk tampil maksimal,” ungkapnya.

Rusmawan Fadli, perias tokoh Dewi Sri mengungkapkan untuk karakter dewi di masa lalu tentunya identik dengan make up natural. Namun, karena dalam parade ini dirinya harus menunjukkan karakter dewi yang kuat, iapun memilih make up bold dengan teknik manual.

“Inspirasinya Dewi Sri ini dewi padi dan kesuburan. Jadi saya memberikan make up cantik dan tambahi manik yang mirip padi di bawah mata,” ujarnya.

Untuk kostum, Wawan sapaan akrabnya, memilgayatri dengan bahan yang ringan untuk memberikan kesan bidadari yang merupakan karakter Dewi Sri.

“Lebih ke karakter Dewi Sri yang akan jadi bidadari maka saya pakai bahan yang agak ringan. Dan mahkota saya amnil dari batangnya padi saat pilang ke kampung sehingga bisa menggambarkan Dewi Kesuburan,” ujarnya.

Abraham Ferry Rosando, Ketua Pelaksana mengungkapkan parade ini merupakan kegiatan Untag Surabaya untuk memperingati Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno. “Kami menggandeng beberapa stake holder untuk mengisi kegiatan di sini. Termasuk menggandeng para perias Indonesia untuk merias berbagai lakon Legenda di Indonesia,” ujarnya.

Dengan kegiatan ini diharapkan kaum milenial yang muda bisa mengmemperingatiya Indonesia lewat legenda. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry