Mahasiswa Unisla Lamongan tampak menempelkan bukti screenshot adanya intimidasi di gedung A dalam aksi unjuk rasa hari ini, Rabu (24/5).

LAMONGAN | duta.co – Mahasiswa Universitas Islam Lamongan (Unisla) yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unisla kembali melakukan aksi unjuk rasa hari ini, Rabu (24/5) di depan kampus Unisla di Jalan Veteran 53A Lamongan.

Aksi unjuk rasa dijaga ketat aparat kepolisian Polres Lamongan. Mereka tampak membentangkan poster dan spanduk berwarna hitam dan putih yang bertuliskan “Unisla Darurat Konflik Berkepanjangan, Mahasiswa Kena Imbas”.

Dalam aksinya, mereka meminta agar permasalahan atau konflik yang saat ini terjadi di Universitas Islam Lamongan (Unisla) segera ada titik terang. Tidak berkepanjangan seperti sekarang ini.

“Hingga saat ini permasalahan tersebut belum menemui titik terang. Mulai dari adanya pelantikan PJ Rektor bapak Dr. Dody Wijayanto oleh bapak Ir. H. Wardoyo, hingga perbedaan edaran pelaksanaan halal bihalal antara pihak YYPTI Sunan Giri Lamongan,” ucap Ketua BEM Unisla Chelvin Akbar PM.

Chelvin mengungkapkan, serta adanya informasi yang disampaikan pada acara halal bihalal bahwa dari pihak YPPTI Sunan Giri Lamongan oleh bapak Ir. H. Wardoyo, menyampaikan pergantian Wakil Rektor 1, Dekan Fakultas hingga kaprodi.

“Sedangkan pada acara halal bihalal yang dilaksanakan oleh pihak Universitas melahirkan pimpinan baru yaitu bapak H. Bambang Eko Muljono sebagai ketua YPPTI Sunan Giri Lamongan dan bapak Dr. Abdul Ghofur sebagai PJ Rektor, serta berujung pada perbedaan surat edaran pelaksanaan akademik,” terang Chelvin.

Tidak hanya itu, sambung Chelvin, sebelumnya permasalahan KIP juga hingga saat ini belum menemukan titik terang, bahkan terkait transparansi pengembalian setiap angkatan masih belum jelas adanya.

“Berkaitan dengan hal tersebut, dari pihak BEM Unisla telah melayangkan press release mulai dari tanggal 06 Mei 2023 hingga 16 Mei 2023 kepada kedua belah pihak. Dari hasil press release sebelumnya, dari masing-masing kubu telah memberikan balasan namun yang didapat bukan dari hasil rapat maupun kajian bersama,” ungkapnya.

Menurut Chelvin, kedua belah pihak masih membenarkan pihaknya sendiri – sendiri, tanpa ada pembahasan bersama. Bahkan, kata dia, sebelumnya kedua belah pihak telah menandatangani surat perjanjian yang nyatanya masih tidak ada jawaban yang baik.

“Tidak ada konferensi publik yang dinantikan oleh seluruh elemen mahasiswa. Di mana hal tersebut membuat kami sebagai perwakilan dari mahasiswa merasa kurang puas atas jawaban yang dilayangkan oleh kedua belah pihak, karena memang tidak ada penyelesaian secara kekeluargaan,” tukasnya.

Dari adanya hal tersebut, lanjut Chelvin, membuat kami BEM Unisla sebagai perwakilan mahasiswa menginginkan adanya penyelesaian terhadap permasalahan tersebut tanpa harus berlarut-larut dalam perebutan kekuasaan yang terjadi saat ini.

“Kami BEM Unisla menyatakan sikap menolak adanya dualisme kepemimpinan yang terjadi di kampus tercinta, mengecam keras adanya intimidasi maupun intervensi kepada seluruh mahasiswa Unisla untuk keberpihakan kepada salah satu pihak, serta menolak adanya intervensi kepada mahasiswa atas gerakan dalam memperolek hak-hak sebagai mahasiswa. Memberikan kepastian kepada mahasiswa terhadap edaran akademik dengan jadwal yang konkrit,” ujar Chelvin.

Selain itu, dalam aksi unjuk rasa tersebut, tampak mahasiswa juga menempelkan bukti screenshot di gedung A terkait adanya dugaan intimidasi dari salah satu dosen. Bukti screenshot itu terlihat bertuliskan “Lek elu demo nilaine gk metu” (kalau ikut demo nilainya tidak keluar). (ard)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry