Dekan FEB Unisma, Nur Diana SE MSi (depan tengah) bersama anggota DPRD dan DPM FEB Unisma.

MALANG | duta.co – Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (DPM FEB Unisma) menggelar webinar hybrid. Webinar ini bertema Peran Mahasiswa dalam Menegakkan Demokrasi Guna Mencetak Generasi Parlemen Masa Depan. Dr Jose Rizal Joesoef, anggota DPRD Kota Malang dan Moch Fachrudin Adriyansyah MH hadir dalam webinar ini.

Dekan FEB Unisma, Nur Diana SE MSi yang menjelaskan bahwa mahasiswa sebagai garda terdepan penegakan demokrasi di Indonesia. Harus berperan sebagai agent of change, social control, kekuatan moral, penjaga nilai luhur dan generasi penerus bangsa. Di mana generasi ini punya nilai potensi yang besar sebagai katalisator perubahan.

“Mahasiswa sebagai ujung tombak perubahan, menyongsong momentum 100 tahun hari kemerdekaan Indonesia di 2045 mendatang,” ungkapnya.

Menurut dekan inovatif ini, ada dua tantangan utama yang perlu dijawab generasi muda yaitu bonus demografi. Serta pemanfaatan teknologi dalam pemerintahan sebagai bentuk implementasi revolusi industri 4.0. Menurutnya, banyak problem yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia.

Masalah tersebut di antaranya, krisis kesehatan akibat pandemi, dimana krisis ini tak hanya mempengaruhi lingkungan, tapi juga mempengaruhi sektor ekonomi, dan sosial. Hal tersebut hanyalah sebagian kecil dibandingkan kemungkinan krisis yang bisa terjadi di masa depan akibat iklim.

“Untuk itulah perlu menggugah peran generasi muda dalam hal ini mahasiswa, untuk sadar akan perannya sebagai agen perubahan dan sumber kekuatan moral bagi problem yang ada,” ujarnya.

Di antaranya dengan menanamkan pada diri untuk selalu terlibat dalam membangun demokrasi yang sehat dengan memberikan kebebasan masyarakat dalam berpendapat. Kebebasan penentuan sikap dari masyarakat dalam menentukan haknya. Kemudian, demokrasi juga bebas dalam berekspresi, namun harus sesuai dengan kulture bangsa, dan Pancasila serta UUD 1945.

“Demokrasi yang sehat yaitu dapat menampung aspirasi dan kepentingan rakyat, serta dapat bersaing dengan bersih. Sehingga bisa menyeimbangkan antara pemerintah dengan rakyatnya,” urai Diana.

Sementara itu Dr. Jose Rizal Joesof menyampaikan tentang menciptakan legislator yang intelek, berwawasan, aspiratif, kritis dan solutif. Menurutnya Kedudukan legislatif dan eksekutif adalah setara, tidak saling membawahi, dalam kaitan dengan perencanaan APBD dan pembuatan perda. Pelaksanaan APBD berada di wilayah eksekutif, dan DPRD dapat menjalankan fungsi pengawasan atas pelaksanaan APBD.

“Karena itu dimungkinkan muncul perilaku oportunistik, yaitu mengambil keuntungan melalui praktik-praktik tidak jujur, atau perilaku Rent Seeking, yakni mencari rente dengan memanfaatkan regulasi,” paparnya.

Moch Fachrudin Andriayansah banyak mengulas tentang Ilmu dan Teori Perundang-undangan berkaitan dengan fungsi eksekutif, legislative. Dalam materi ini mahasiswa dilatih untuk kritis dan menghadapi masalah yang ada di lingkungan fakultas yang kemudian akan dibuat peraturan sehingga dapat dibukukan menjadi undang-undang.

Acara berlangsung menarik yang melibatkan perwakilan seluruh UAM FEB dan seluruh DPMF Unisma. Diikuti 450 peserta mahasiswa yang antusias menyimak materi. Moch Zyad, Ketua DPM FEB Unisma berharap kegiatan ini memberi pengetahuan, wawasan dan kepada mahasiswa di FEB khususnya DPMF Ekonomi dan Bisnis tentang legislasi dan dapat mengimplementasikan dalam kegiatan Ormawa maupun bermasyarakat. (dah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry