SEMINAR : Dekan FEB Unisma Nur Diana SE MSi bersama CEO Okabawes, Direktur IT Pegadaian dan Sekjen Dewan TIK Nasional. (duta.co/dedik ahmad)

MALANG | duta.co – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unisma menggelar seminar dan CEO Talk bertajuk Reshaping The Lanscap Business With Internet of Things. Hadir CEO dari PT Ochabawes Dinamika Persada l dan Direktur IT PT Pegadaian (Persero).

Menurut Dekan FEB Universitas Islam Malang (Unisma), Nur Diana SE MSi, bahwa seminar ini upaya untuk mengadaptasi  perubahan cepat hadirnya Revolusi Industri 4.0 dan Internet of Things (IoT).

“Tren global bergeser terutama di bidang bisnis. Semua bisnis semakin mengandalkan data,  siapa yang memiliki data akan memenangi persaingan. Salah satu cara untuk dapat mengakuisi data adalah bisa dengan teknologi IoT,” ungkap Dekan inovatif ini.

Internet of Things telah hadir dalam segala aspek bisnis dengan segala kemudahannya. aktivitas diantaranya aspek kemudahannya. IoT telah banyak membuat efisiensi, dimana IoT dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat saat ini.

Dekan FEB Unisma ini memang getol membekali mahasiswanya dengan pengetahuan diluar kelas. Hal tersebut ia berikan melalui berbagai seminar, Guest Lecture, dan CEO Talk.

Teguh Wahyono dari PT Pegadaian menyampaikan menghadapi Era 4.0 harus siap dengan perubahan. Ini karena trend pergeseran global dengan cara kerja. Setiap hari perubahan dengan membangun organisasi baru (The Startup way). Disini harus menyatukan cultur sumberdaya manusia dari kalangan senior dengan kalangan millenial.

“Saat ini pegadaian sudah bertransformasi ke bisnis digital melalui produk- produknya melaui Grow Core & Grab New. Kedepan pegadaian fokus kerjasama dengan ecomerse dan fintech. Teguh Wahyono dihadapan 700 peserta seminar menekankan, bahwa dalam Era 4.0 ini yg paling susah adalah membuka mindset SDM. Khususnya yang mau menerima dan menghadapi perubahan.”

Sementara itu Edy Prabowo Subandi, CEO PT Okabawes Dinamika Persada memaparkan tentang apa yg terjadi pada industri RI 4.0. Era Revolusi Industri 4.0 intinya ada banyak hal membutuhkan data sehingga munculnya istilah Big Data. Artificial Intelegence dan hal ini membutuhkan konektivity yang tinggi, termasuk terkonektivity secara horisontal maupun vertikal.

“Indonesia memiliki peluang besar karena dari total jumlah penduduk 250 Juta jiwa, sebagai pengguna medsos sebanyak 138 juta. Namun yang terpenting penggunaan medsos harus  diresapi untuk apa dalam membantu kehidupan kita,” ucap Wdy Pravowo dengan nada tanya.

Lain halnya dengan Sekjend Dewan TIK Nasional, Muhammad Andi Zaki memberikan sentilan tentang kata kunci dari Industri 4.0 adalah Big Data. Ia menyampaikan pada era ini semua platform bisnis harus berubah. Menurutnya, The Game is Transformation dan Data adalah asset. Maka ketika tahu data maka maka akan tahu behaviour consumer.

“Perusahaan Digital kekuataanya pada intangible Asset, Saat ini yang menang bukan lagi perusahaan yg punya aset tangible besar tetapi perusahaan yg memiliki asset intangible yg tinggi yg memiliki platform dan menguasai data,” ujar Andi Zaki.

Andy Zaki juga mengajak peserta untuk memiliki Paradigma 4.0 yaitu demokratisasi pengetahuan, demokratisasi kreasi, demokratisasi funding , demokratisasi distribusi dan commerce. Inilah paradigma yang harus dibangun saat masuk era 4.0.

“Terakhir yang harus kita siapkan adalah  karakter 4.0 yang meliputi problem solving, kolaboratif, prudent (terstruktur), continuous learning, persisten (tidak mudah menyerah), dan sosial kapital atau kredibilitas dengan dukungan jejaring yg ada. Ini sumbernya dari Harvard Business Review Skill,” pungkasnya. (dah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry