Program TANGKAS di Desa Tanjunganom (dok/duta.co)

WONOSOBO | duta.co – Semangat memperingati Hari Kesehatan Nasional, Danone Indonesia terus mempertegas komitmennya mendukung Pemerintah dalam upaya pencegahan dan percepatan penurunan angka stunting di Indonesia. Hal tersebut penting dilakukan mengingat penanganan stunting memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari sektor swasta. Untuk itu, dalam hal penanganan stunting, Danone Indonesia memiliki gerakan bernama ‘Bersama CegahStunting’ yang dikembangkan bersama multi stakeholder dan telah menjangkau lebih dari 4,5 juta penerima manfaat.

Dalam upaya menyebarluaskan informasi seputar inisiatif program pencegahan stunting, Danone Indonesia menggelar kegiatan “Perjalanan Aksi Bersama Cegah Stunting” bertajuk “Kolaborasi dan Inovasi Dukung Anak Indonesia Jadi Generasi Maju” yang diselenggarakan pada 8-10 November 2022 di Wonosobo dan Yogyakarta.

Melalui kegiatan tersebut, Danone Indonesia ingin berbagi pengalaman praktik baik dalam upaya pencegahan stunting yang berfokus pada 3 pendekatan yaitu Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi. Kunjungan yang dilakukan diantaranya di daerah Wonosobo, yaitu TANGKAS (Tanggap Gizi dan Kesehatan Anak Stunting) dan WASH (Water Access Sanitation and Hygiene/ Akses Air Bersih dan Sanitasi Higiene) di Desa Tlogomulyo, Wonosobo.

Stunting merupakan kondisi di mana anak mengalami masalah pertumbuhan, hingga tinggi badannya di bawah rata-rata anak seusianya. Stunting bisa menjadi salah satu permasalahan yang dapat menghambat potensi optimal anak-anak sebagai penerus generasi bangsa Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8% dimana artinya satu dari tiga balita mengalami stunting.

Sementara data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyatakan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4%. Meskipun hasil survei status gizi menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, jumlah anak stunting sangat bervariasi antar daerah dan masih dikategorikan sebagai masalah kesehatan masyarakat berat menurut ambang batas WHO yaitu 20%.

Ahli Gizi dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) – Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi., mengatakan, “Permasalahan stunting tidaklah berdiri sendiri, sebab lingkungan terdekat anak merupakan faktor yang turut memberi pengaruh besar pada persoalan stunting di Indonesia. Terdapat berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan stunting antara lain, kurang memperhatikan status gizi ibu selama kehamilan, praktik menyusui atau ASI tidak eksklusif selama enam bulan pertama, praktik pemberian makan pendamping (MPASI) yang tidak tepat, pemantauan tumbuh kembang anak yang tidak rutin.”

Lebih lanjut Prof. Anna mengatakan, “Stunting sebenarnya merupakan permasalahan kesehatan yang dapat dicegah, bahkan sejak sebelum kelahiran anak, berfokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan atau periode emas. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Pola makan yang baik perlu diperhatikan seperti pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan kemudian dilanjutkan dengan MPASI yang bernutrisi dan adekuat.”

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBPPPA) Wonosobo, dan Bunda PAUD Wonosobo, Dyah Retno Afif Nurhidayat mengatakan, “Tantangan mengatasi permasalahan stunting, terutama di wilayah Jawa Tengah adalah kurangnya pemahaman masyarakat terkait pola hidup sehat, khususnya mereka yang berada di daerah pedesaan. Maka dari itu, pencegahan stunting tidak akan berjalan efektif tanpa kolaborasi multipihak yang dilakukan antara pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) hingga sektor swasta seperti Danone Indonesia untuk mengedukasi dan mendukung terwujudnya pencegahan dan penurunan angka stunting di wilayah ini. Kami melihat, upaya yang dilakukan Danone Indonesia selama ini senantiasa dapat menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan agenda pemerintah, terutama dalam hal kondisi kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat.”

Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo menyampaikan bahwa upaya pencegahan stunting sejalan dengan visi keberlanjutan Perusahaan  ‘One Planet, One Health’ . “Di Danone, kami bertujuan membawa kesehatan melalui produk nutrisi, hidrasi, hingga program berkelanjutan ke sebanyak mungkin masyarakat Indonesia, termasuk di Kabupaten Wonosobo. Bersama Cegah Stunting merupakan integrasi program-program pencegahan stunting nasional yang menyasar edukasi gizi dan pola hidup sehat di keluarga maupun sekolah, seperti Isi Piringku, GESID (Generasi Sehat Indonesia), AMIR (Ayo Minum Air), Warung Anak Sehat (WAS), Bunda Mengajar, TANGKAS, WASH dan Aksi Cegah Stunting (ACS).”

Kemitraan yang Danone Indonesia melalui PT. Tirta Investama (Danone-AQUA) Pabrik Wonosobo lakukan di Kabupaten Wonosobo,terdiri dari program TANGKAS dan WASH. Melalui program TANGKAS (Tanggap Gizi dan Kesehatan Anak Stunting), Danone Indonesia bersama Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) berupaya untuk membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat atas pentingnya kesehatan lingkungan dan PHBS serta pola makan dengan gizi seimbang. Sementara program WASH merupakan dukungan penyediaan serta perbaikan fasilitas sanitasi dan air bersih.

Perwakilan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Wonosobo, Sumino menambahkan, “Kami sangat senang, program TANGKAS yang merupakan salah satu inisiatif Danone Indonesia yang dijalankan bersama LPTP telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesadaran masyarakat atas pentingnya pola makan dengan gizi seimbang, pola asuh yang baik, kesehatan lingkungan, air bersih, sarana sanitasi dan PHBS yang berkorelasi dengan pencegahan atau mengurangi kejadian stunting di lokasi program. Melalui program TANGKAS dapat membuat Desa Mandiri di Wonosobo, sehingga masyarakat atau setiap keluarga disana mampu secara mandiri memenuhi pangan bergizi. Diharapkan upaya tersebut membuat anak-anak di wilayah ini tidak lagi kekurangan gizi, karena sudah mampu menerapkan pola makan dan pola asuh yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai dengan yang direkomendasikan.”

Sementara itu Medical & Scientific Affairs Director Danone Specialized Nutrition Indonesia, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., mengungkapkan Danone Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mendukung penyediaan inovasi produk bernutrisi untuk mendukung penanganan dan pencegahan stunting di Indonesia.

“Selama lebih dari 68 tahun hadir dan menyediakan nutrisi untuk masyarakat Indonesia, Danone Indonesia melalui Nutricia dan Sarihusada berkomitmen untuk melakukan berbagai inovasi produk untuk menjawab kebutuhan gizi ibu hamil hingga anak-anak. Salah satunya adalah permasalahan anemia yang dialami sekitar 48.9% ibu hamil dan sekitar 1 dari 3 anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia. Untuk itu, kami mengembangkan produk dengan zat gizi atau bahan yang inovatif serta memiliki nilai gizi yang bermanfaat untuk membantu pemenuhan zat gizi ibu hamil dan anak Indonesia yang aman dan berkualitas tinggi untuk dikonsumsi masyarakat.”

R&I Center di pabrik Sarihusada Yogyakarta merupakan fasilitas riset dan inovasi bertaraf internasional yang dilengkapi dengan keahlian sains dan teknologi yang mutakhir. Hal ini akan mendorong upaya Danone Indonesia dalam mengembangkan inovasi produk nutrisi. Pusat riset ini dilengkapi dengan empat fasilitas teknologi tinggi diantaranya pilot plant, laboratorium pengemasan produk dan bahan baku, laboratorium sensori dan laboratorium pengemasan. Fasilitas ini memudahkan dalam melakukan proses prototipe produksi secara mandiri, mulai dari menggali insight sains dan teknologi, hingga studi klinis dan pengembangan produk hingga pengemasan, keamanan dan efektifitas produk, mengembangkan produk, melakukan studi pengemasan, dan studi sensori hingga produk inovasi siap diproduksi dalam skala industri.

Lusiningsih, SE., M.Si., Kepala Bidang (Kabid) Perekonomian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta mengatakan, “Kami menyadari, pemerintah daerah tidak dapat bergerak sendiri untuk terus menekan angka stunting. Walaupun Yogyakarta merupakan salah satu kota dengan angka prevalensi terendah di Indonesia , namun kami harus tetap melakukan upaya agar angka stunting tidak meningkat, bahkan bisa terus menurun. Untuk itu, kolaborasi multipihak Pemerintah Kota Yogyakarta masih penting dilakukan, seperti upaya kami bersama Danone Indonesia untuk Bersama Cegah Stunting di wilayah ini. Imm

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry