TINGGI: Inflasi di sepanjang tahun 2017 diprediksi mencapai angka 4 persen. (duta.co/dok)
TINGGI: Inflasi di sepanjang tahun 2017 diprediksi mencapai angka 4 persen. (duta.co/dok)

SURABAYA|duta.co – Inflasi bulan Januari awal tahun 2017 ini bakal meningkat. Bank Indonesia (BI) menyatakan indeks harga konsumen (IHK) tiga pekan pertama bulan Januari 2017 mengalami inflasi 0,69% secara tahunan. Salah satu penyumbang inflasi bulan ini berasal dari kenaikan tarif listrik 900 VA yang mulai diterapkan secara bertahap.

Seperti diketahui, mulai  1 Januari 2017 tarif listrik dengan daya 900 VA bagi golongan rumah tangga yang diidentifikasi mampu berjumlah 18,9 juta naik secara bertahap.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menyebut, berdasarkan survei pemantauan harga yang dilakukan BI, inflasi terbilang lebih tinggi bila dibandingkan inflasi Januari tahun 2015 lalu yang sebesar 0,51%.

“Tarif listrik kan naik Januari, Maret, dan Mei. Biasanya pada bulan yang sama tarif yang voucher (prabayar), sepertiga kan tahun ini disesuaikan. Kalau yang pascabayar dampaknya baru bulan depan,” kata Juda di Jakarta.

Juda melihat dampak kenaikan tarif listrik 900 VA terhadap sebagian besar pelanggan yang dinilai tidak layak untuk menerima subsidi mencapai 0,1% terhadap inflasi Januari. Tahun ini, kontribusi kenaikan tarif listrik mencapai 0,9% terhadap total inflasi 2017.

Juda menambahkan, tekanan komponen inflasi harga yang diatur pemerintah akan lebih berat dibandingkan tahun lalu yang hanya 0,21% terhadap total inflasi tahun 2016 yang sebesar 3,02%. Tidak hanya listrik, Juda juga memperkirakan, naiknya biaya administrasi surat tanda nomor kendaraan (STNK) dan pengurusan buku kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB) akan mengerek inflasi 2017 sekitar 0,22-0,24%.

Tidak hanya itu, tren kenaikan harga minyak dunia berpotensi membuat harga bahan bakar minyak (BBM) ikut naik. BI, kata Juda, akan memantau terus kajian pemerintah dalam menetapkan harga BBM setiap tiga bulan sekali.

BI memperkirakan inflasi sepanjang 2017 bisa menembus 4% akibat tekanan kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah. Namun BI menilai, hal tersebut secara positif karena kenaikan harga-harga tersebut menjadi bagian dari reformasi fiskal yang dijalankan pemerintah secara konsisten.

Adapun, total inflasi sepanjang 2017 diperkirakan mencapai 4-4,2% atau lebih tinggi daripada inflasi 2016 sebesar 3,02%. (imm/okz)