LOKAKARYA:  Dari kanan ke kiri, Nanang Haris mewakili Yayasan Janur, Pengasuh Ponpes ‘Nurul Huda’ KH Faqih Usman, Diyah W mewakili Dinkes Provinsi Jatim, Kabid P2P Dinkes P2KB Kota yang dr Lily Nurlaily,  dan Neni mewakili Kemenag, dan Nanang Haris mewakili Yayasan Janur hadir dalam lokakarya di Ponpes Al-Quran Nurul Huda. DUTA/YUSUF W

MOJOKERTO | duta.co – Yayasan Jaringan Pesantren Nusantara (Janur) berkerjasama dengan Kemenkes menggelar lokakarya bertajuk ‘Program Pemberdayaan Santri Kader Tuberkulosis (TBC) Terhadap Perilaku Santri Dalam Pencegahan TBC di Pesantren. Lokakarya diselenggarakan selama dua hari (27-28/9/2021) di Pendok Pesantren Al-Quran ‘Nurul Huda’ jalan KH Usman 1 Mojokerto.

Hadir dalam acara pembukaan, antara lain Pengasuh Ponpes ‘Nurul Huda’ KH Faqih Usman, Diyah W mewakili Dinkes Provinsi Jatim, Kabid P2P Dinkes P2KB Kota yang dr Lily Nurlaily, Neni mewakili Kemenag, dan Nanang Haris mewakili Yayasan Janur. Lokakarya diikuti perwakilan santri Ponpes Nurul Huda, Ponpes Sabilul Muttaqin, dan Ponpes Miftahul Hikmah.

Lily Nurlaily mengatakan, tuberkulosa ini merupakan penyakit infeksi yang sudah ditemukan mulai dari kakek nenek kita lebih dari 50 tahun yang lalalu. “Penyakit TBC ini sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang belum teterselesaikan. Tentunya ini harus menjadi perhatian kita bersama,” katanya.

Mengacu pada WHO Global TB Report tahun 2020, penderita tuberkulosis (TBC) di Indonesia  mencapai 845.000 dengan angka kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam. Pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk mengeliminasi TBC pada tahun 2030. “Waktu kita tinggal 9 tahun. Waktu 9 tahun tidak lama. Kita semua harus berkerja keras,” imbuhnya.

Sedangkan Nanang Haris mengatakan, MoU Yayasan Janur dengan Kementerian Kesehatan itu mulai tahun 2012. “Sampai hari ini jadi sudah 9 tahun. Nanti tahun ini kita perpanjang lagi 5 tahun ke depan,” tuturnya.

Yayasan Janur sama dengan PBNU, intervensinya juga di pesantren-pesantren. Kulturnya NU maka itu dilogonya ada Bintang 9.

“Bedanya kalau yang diurusi oleh PBNU itu pesantren-pesantren yang skalanya menengah ke atas. Kalau Janur ngurusi pesantren yang kecil-kecil,” jelasnya.

Disampaikan juga bahwa format sejenis yang punya intervensi di pesantren itu ada 5 yang bersama-sama pararel melaksanakan kegiatan seperti ini. Yaitu IPNU, Muslimat NU, Fatayat NU, Muhammadiyah dan Jaringan Pesantren Nusantara.

“Dimulai pada akhir Agustus sampai nanti terakhir itu kita harus selesai kegiatannya pada akhir November,” tambahnya.

Dikatakannya, nanti santri-santri peserta lokakarya adalah kader-kader santri pesantren yang nanti akan menjadi Garda depan bagi pesantrennya masing-masing dalam rangka usaha usaha preventif pencegahan terhadap penyakit menular diantaranya TBC.

“Mungkin nanti juga diperkenalkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) di pesantren,” harapnya.

Sementara itu, KH Faqih Usman mengatakan, dirinys sebagai pengasuh Ponpes Nurul Huda Surodinawan merasa bahagia, bangga dan tersanjung dimana Ponpes Nurul Huda ditempati kegiatan dalam rangka menjaga kesehatan.

“Dua nikmat yang luar biasa, kita sering lupa, nikmat sehat dan nikmat kesempatan,” ujarnya.

Gus Faqih meminta agar para santri peserta lokakarya bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan selama lokakarya. “Semoga menghasilkan ilmu yang manfaat dan kita pulang tetap sehat,” pungkasnya.ywd

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry