“Syukur tidak hanya PKS, tetapi, semua partai ikut serta (peduli) merawatnya. Menggelar semacam LBKK sehingga dapat mendorong umat Islam untuk belajar kitab kuning. Di sini terpatri semangat menjaga NKRI.”

Oleh Mukhrojin*

FRAKSI PKS DPR RI, Selasa (25/10)  kembali menggelar (launching) Lomba Baca Kitab Kuning (LBKK). Menurut data mereka, ini  sudah keenam kalinya. Dan, sudah melibatkan hampir 8 ribu santri se-Indonesia. Tahun ini, targetnya, peserta LBKK tembus 5000 santri se-Nusantara.

Sambutan KH Dr Jazuli Juwaini, Lc MA, Ketua Fraksi PKS, memang, sangat menjanjikan. Artinya, ada sebuah fraksi di DPR RI yang konsisten setiap Hari Santri Nasional (HSN) yang jatguh pada 22 Oktober selalu hadir untuk menjaga dan melestarikan, eksistensi kitab kuning.

Pesan Dr Jazuli juga terasa amat penting, bagaimana kita (terutama generasi muda) umat Islam turut berkewajiban untuk merawatnya. Bahkan ikut serta menjaga bahasa penting umat Islam, yaitu Bahasa Arab. Umat Islam boleh mempelajari bahasa Jerman, Inggris, Mandarin, tetapi jangan sampai meninggalkan bahasa Arab.

Nabi Muhammad SW bersabda: Cintailah kalian dengan orang Arab karena 3 (tiga) hal. Pertama: Karena aku (Kanjeng Nabi) orang Arab. Kedua; Karena Alquran Bahasa Arab dan yang ketiga, karena sesungguhnya perkataan Ahli Surga itu adalah Bahasa Arab (HR. Imam Hakim dalam kitab Al Mustadrok dan imam At- thobaroni dalam Kitab Mu’jam al-Kabir dari Ibnu Abbas RA)

Berdasarkan hadits di atas, maka, para santri di Pondok  Pesantren, terutama Pondok Pesantren Salaf, itu mewajibkan untuk belajar Bahasa Arab, sekaligus belajar yang lain melalui Kitab Kuning. Bahkan KH Ahmad Hisyam Syafaat (Pengasuh PP Darussalam Blokagung, Banyuwangi) sering mengisahkan kepada santri-santrinya, kalau dulu almaghfurlah KH Mukhtar Syafaat Abdul Ghofur (Pendiri PP Darussalam Blokagung) menyuruhnya:  Jika  ingin jadi raja/ratu maka harus bisa mengaji (baca Kitab Kuning). Dan benar, alumni Pondok Pesantren Blokagung ini banyak yang menjadi raja atau pimpinan Pondok Pesantren. Bahasa Arab menjadi modal utama,

Memang, membaca Kitab Kuning tidak semua umat Islam, bisa. Mengapa, karena harus memahami kaidah Nahwu dan Shorof serta Harus hafal Mufrodat (Kosa Kata bahasa Arab) sehingga membutuhkan waktu yang cukup untuk dapat menguasainya, sebagaimana pesan Dr Jazuli.

Kita tidak heran, meski Lulusan Lembaga Pendidikan (Tertinggi) Islam, belum tentu mahir. Bahkan, terkadang juga tidak bisa membaca Kitab Kuning. Karena Ilmu Nahwu dan Shorof adalah ilmu  alat untuk menggali sumber Islam dari Kitab Kitab Ulama Salaf, sehingga dengan menguasai nahwu-shorof, dapat membaca Kitab Kuning, dan bisa menambah wawasan khazanah Keislaman yang lebih luas dan mendalam.

Adalah tepat, di hari santri yang kita peringati setiap tanggal 22 Oktober, menjadi pendorong bagi kaum santri untuk mutholaah Kitab kuning, kitabnya kaum santri. Kalau tidak kita yang melestarikan, lalu, mau menunggu siapa? Di kita (santri), kalau ngomong ngaji, maka yang dibaca tentu kitab kuning. Berbeda ketika orang awam, ketika mengatakan ngaji, maka, yang mereka baca adalah Alquran.  Jadi, kaum santri harus peduli ini.

Karena itu, kita perlu berterimakasih kepada FPKS  yang menjadikan Hari Santri Nasional ini sebagai event tahunan Lomba Baca kitab Kuning ( LBKK). Perlombaan ini juga menjadi penyemangat para santri untuk terus mengasah dalam belajar Kitab Kuning. Sekaligus mendorong para kaum muslimin umumnya untuk mempunyai keinginan belajar membaca kitab kuning.

Jika umat Islam banyak yang paham dan bisa baca kitab kuning, maka, dapat memperkokoh khazanah Intelektualitas keislaman dan kebangsaan. Keilmuan dalam Islam itu merujuk kepada akhlakul karimah, tanggungjawab sebagai bangsa yang damai menjuju negeri yang baldatun thoyyibatun ghofur. Di sinilah NKRI semakin terpagari dengan kuat.

Mudah Mudahan LBKK ini terus berjalan dengan dan syukur tidak hanya PKS, tetapi semua partai ikut serta merawatnya. Menggelar semacam LBKK sehingga dapat mendorong umat Islam untuk belajar kitab kuning. Di sini terpatri semangat menjaga NKRI.

Dan, lagi, jika itu yang terjadi, maka, kekhawatiran Rasulullah SAW bahwa umat muslim akan menjadi seperti buih di lautan, tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini. Semoga!

*Dr Moh Mukhrojin, MSi adalah Dosen Agama Islam Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG-Surabaya).

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry