Dr KH RPA Mujahid Ansori MSi

 

“Bahkan hingga kini Gus Dur masih menghidupi orang banyak dengan banyaknya peziarah yang datang ke makamnya.”

Oleh:  Dr KH RPA Mujahid Ansori MSi*

DALAM sebuah kesempatan,  malaikat Jibril memberi  tiga pesan kepada Rasulullah saw. Pesan pertama dari malaikat Jibril adalah : “Hai Muhammad. Hiduplah sesukamu. Tapi ingat, engkau pasti akan mati”.

Kenyataan menujukkan  bahwa  “Kullu nafsin dzaaiqatul maut”  (Setiap yang bernyawa akan merasakan mati).

Buktinya, saat ini nenek kakek buyut kita  sudah wafat. Para pahlawan negara  juga telah tiada. Para filosof, ilmuwan dalam bidang medis yang kita kenal namanya di buku-buku,   kini juga cuma tinggal kenangan. Bahkan para kekasih Allah, para Nabi dan Rasul Allah, orang-orang yang istimewa di hadapan Allah, kini juga hanya tinggal sejarah; tak lagi bisa kita temui di dunia ini. Termasuk Nabi kita Sayyidina Muhammad saw dan para Sahabatnya.

Saya jamin sehebat apapun seorang manusia, yang kekayaannya triliunan sekalipun, yang jenius dalam dunia kedokteran sekalipun, atau sekuat apapun fisik yang dimilikinya,  saya jamin tidak satupun berani mengatakan bahwa dirinya akan bisa hidup selamanya.

Bahkan sebaliknya, mereka justru akan mengakui bahwa mereka tak akan mampu menghalangi nyawa mereka pergi,  tak akan mampu mempertahankan nyawanya saat masa itu datang. Sekalipun bertumpuk harta di tangan.

Tapi tahukah Anda bahwa ada resep, ada cara agar kita bisa selamanya hidup. Tak akan pernah mati. Apa resepnya?

Pertama,   Berjuang berjihad semampunya.  Orang yang sudah wafat tidaklah bisa beraktivitas dan beribadah lagi.  Terputus amalnya. Dan pada umumnya, orang yang sudah wafat tidak lagi banyak kita perbincangkan.

Namun ada orang yang meski sudah wafat, tapi namanya tetap hidup, tetap kita perbincangkan. Para nabi itu  sudah wafat, namun namanya tetap kita perbincangkan hinga hari ini. Para ulama kita seperti Wali Songo,  Syaikhona Kholil Bangkalan,  KH Hasyim Asy’ari, KH Hamid Pasuruan, KH Wahab Hasbullah,  KH Abdurrahman Wahid  (Gus Dur). Semuanya juga sudah wafat, namanya tetap disebut-sebut  orang seakan-akan masih hidup.

Bahkan hingga kini Gus Dur masih menghidupi orang banyak dengan banyaknya peziarah yang datang ke makamnya.

Bahkan KH Hasyim Asy’ari dan Gus Dur yang sudah wafat masih bisa menyelamatkan nyawa ratusan orang.

Ada kisah, seorang teman alumni Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang merintis pondok pesantren di Papua. Entah bagaimana asal muasalnya tiba-tiba sekelompok orang mengepung  pondok, siap memanah dan membakar pondok.  Kiai muda yang alumni Ponpes Tebu Ireng beserta  santrinya sudah gemetaran.

Salah satu dari kelompok pengepung kemudian masuk dan melihat foto KH Hasyim Asy’ari dan Gus Dur yang terpasang di tembok ruangan. Tiba-tiba saja mereka memberi penghormatan foto foto KH Hasyim Asy’ari  dan Gus Dur lalu bertanya. “Apa kaitan kamu dengan beliau berdua?” tanya pengepung tadi.

Kiainya menjawab : “Mereka adalah para guru kami”.  Mendengar  jawaban tersebut, tiba-tiba lelaki tersebut teriak : “Tahan…. jangan serang. Ini saudara!”

Mereka akhirnya berbalik; memberi sambutan hangat.  Dan bahkan memberi bekal saat sang kiai pamit akan pergi ke Tebu Ireng Jombang untuk pertemuan alumni.

Masya Allah.  KH Hasyim Asy’ari  dan Gus Dur yang sudah wafat bisa menyelamatkan nyawa mereka yang hidup. Meski jasad telah terkubur tanah, berada di alam barzakh  tapi nama mereka di dunia tetap hidup.

Mengapa demikian? Karena  mereka berjuang selama hidup di dunia. Maka, mereka yang masih hidup tapi tidak berjuang,  sesungguhnya mereka telah mati. Ingin tetap terus hidup ?  Berjuanglah, buatlah tanda untuk generasi-generasi penerus  Bahwa Anda pernah hidup dengan jejak perjuangan Anda.

“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).”  (Q.S.36:12)

Bagaimana cara berjuang? Berjuanglah sesuai kemampuan.  Punya ilmu, berjuanglah dengan mengajar.  Punya uang, berjuanglah dengan uangmu. Punya tenaga, berjuanglah dengan tenagamu. Punya suara bagus, berjuanglah dengan suaramu.  Entah jadi qari’ ataupun jadi muazin.  Sebisanya, tidak perlu memaksakan diri. Suaranya fals ngotot azan. Yang dengar bukannya semangat berangkat salat malah kupingnya sakit.

Kedua adalah mempunyai anak yang salih. Anak yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya.

*Dr KH RPA Mujahid Ansori MSi  adalah  Dosen Pasca Sarjana IKHACH Pacet,Mojokerto.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry