SURABAYA | duta.co – Diskusi memperingati ‘Hari Kesaktian Pancasila’ 1 Oktober 2021, di Museum NU (Nahdlatul Ulama), Surabaya, pekan kemarin, menghasilkan semangat baru. Jumat (8/10/21), gagasan Drs H Choirul Anam menggelar kembali reuni Banser GP Ansor – sebagaimana dilakukan Agustus 1996 – mendapat sambutan hangat dari mantan Ketua GP Ansor Pasuruan, Drs Muhammad Said Sutomo.

“Gagasan Cak Anam ini menarik. Ingat tahun 1996, Banser dan GP Ansor senior menggelar reuni di Kediri. Yang hadir luar biasa banyak. Dan memori kita, sama. Kita perlu waspada atas kebangkitan Komunis Gaya Baru (KGB). Indikasinya sekarang, sudah sangat jelas,” demikian Drs Muhammad Said Sutomo kepada duta.co, Jumat (8/10/2021).

Menurutnya, konsolidasi umat Islam, khususnya Banser-GP Ansor, sangat diperlukan. Karena belakangan, banyak distorsi informasi. Selain itu, banyak pernyataan menipu generasi muda: seperti komunisme sudah mati, Uni Soviet sudah bubar, tembok Berlin sudah runtuh, komunisme di Eropa Timur sudah tamat.

M Said (kiri) dan Cak Anam

“Ingat pesan Prof Dr Aminuddin Kasdi. Itu semua adalah dirty tricks communism—siasat licik komunis– untuk mempengaruhi generasi muda, agar mereka tidak lagi percaya neo-komunis di Indonesia bangkit kembali,”tegasnya.

Lebih menarik lagi, karena diskusi memperingati ‘Hari Kesaktian Pancasila’ 1 Oktober 2021, di Museum NU (Nahdlatul Ulama), Surabaya kemarin, juga hadir generasi muda, mahasiswa dan sejumlah tokoh non-muslim.

Selain Prof Dr Aminuddin Kasdi (sejarawan dari Universitas Negeri Surabaya), hadir Drs Arukat Djaswadi, Ketua Umum Gerakan Rakyat Anti Komunis (GERAK), Dr Zainal Abidin (Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jawa Timur).

“Saya terima kasih. Ini anak-anak muda sudah mulai sadar, bahwa, ancaman komunis gaya baru (KGB) sudah di depan mata. Moment memperingati Hari Kesaktian Pancasila ini, sekaligus untuk mengingatkan kita, tentang kejamnya PKI. Keinginan PKI mengubah ideologi Pancasila menjadi Komunis harus diwaspadai,” tegasnya.

Dukung Gagasan Cak Anam

Abah Arukat, demikian ia akrab dipanggil, mendukung gagasan Cak Anam untuk menggelar reuni Banser-GP Ansor. Ini penting untuk membangkitkan memori lama, betapa kejam dan biadabnya PKI terhadap umat beragama. “Kita tidak ingin komunis gaya baru bangkit. Apalagi sampai ada kebijakan pemerintah minta maaf kepada keluarga PKI. Ini sangat berbahaya,” tegasnya.

Prof Dr  Aminuddin, pun mengimbau masyarakat bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, yang masih cinta NKRI, Pancasila dan suka terhadap sistem demokrasi, agar terus waspada terhadap bahaya komunis. “Bahaya laten PKI harus selalu kita dengungkan kepada generasi selanjutnya, agar mereka punya sikap vigilant – waspada, tidak mudah terlena,demikian Prof Amin.

Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Surabaya yang, telah bersama kawan-kawan meluncurkan satu buku lagi: “PKI Dalang dan Pelaku Kudeta G 30 S/1965”, menegaskan, bahwa Komunisme, Marxisme, Leninisme dan Sosialisme, tidak akan pernah hilang, suatu saat pasti reborn dengan berbagai cara.

Selaku Dewan Pakar GERAK (Gerakan Rakyat Anti Komunis) Jawa Timur, Prof Amin tak henti-hentinya mendengungkan pentingnya kewaspadaan terhadap bahaya bangkitnya kembali neo-komunis. Jangan sampai terlena, terutama umat Islam dan generasi mudanya. Mengapa?

Mirip 1965

Sebab, “PKI punya riwayat kelam dalam lingkaran histori Indonesia. Peristiwa G 30 S/PKI 1965 itu, merupakan tindak lanjut dari berbagai rencana komunis untuk merebut kekuasaan dengan revolusi berdarah,” terangnya.

“Dan situasi kondisi saat ini, baik di bidang politik, hukum, ekonomi maupun sosial budaya dan keamanan, hampir serupa dengan ketika menjelang pemberontakan PKI di Madiun 1948 maupun G 30 S/PKI 1965,”tambahnya.

Tak kalah menarik analisa Drs Arukat Djaswadi. Menurutnya, kita harus ingat sejarah ketika PKI melakukan “pendomplengan” kekuasaan pada Bung Karno. Itulah fragmen politik licik PKI merebut kekuasaan.

“Setelah berhasil, semua lawan politiknya mereka bantai tanpa ampun,” tandas Abah Arukat yang tiada hari tanpa memelototi bangkitnya kembali KGB ini.

“Kurang bukti apa lagi, neo-komunis sudah bangkit. Para kader dan tokoh eks-PKI serta anak turunnya sudah terang-terangan menyatakan “bangga jadi anak PKI”, sudak pula eksis di jajaran legislatif, eksekutif, dan lembaga lainnya. Masih tidak percayakah kalian? Silakan! Tapi jangan ganggu mereka yang percaya,” kata Arukat yang  pada 8 Oktober 2020 lalu menerima kenang-kenangan: “Patriotisme Panglima Besar Jenderal Soedirman” dari Ketua Forum Komunikasi Purnawirawan TNI-Polri, Mayjen (Purn) Sukarno, di Jakarta.

Sejak pasca reformasi, KGB sudah melakukan konsolidasi, dan berusaha keras membalik fakta sejarah. Kini mereka merasa berhasil, “PKI berstatus sebagai korban peristiwa G 30 S 1965. Bukan lagi sebagai pelaku kudeta,” ujarnya bernada tinggi.

Abah Arukat terus membututi ke mana kader-kader KGB ini bergerak. Bahkan, kabarnya, Jawa Timur sering menjadi sentral acara. “Kami punya kabar valid, bahwa, mereka sebentar lagi mengadakan acara di Jawa Timur,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry