SIDOARJO | duta.co – Polemik pemenang lelang Cleaning Servis GOR Sidoarjo terus mengemuka dan menimbulkan polemik. Pasalnya banyak pengerjaannya yang tidak sesuai, misalnya perawatan rumput yang tidak sesuai serta banyak sampah yang masih berserakan serta bau kencing disejumlah pojok area GOR Sidoarjo.
Bupati Lira M Nizar mengatakan sudah seharusnya pemenang proyek cleaning servis ini ditinjau ulang dan diusut. Apalagi kalau yang mengerjakan benar oknum wartawan harus diusut jangan sampai uang rakyat dihamburkan.
“Kalau pemenang bukan kontraktor murni jadi apa kawasan GOR Sidoarjo . Dimana GOR yang menjadi kebanggaan rakyat Sidoarjo yang harus bebas dari sampah dan lantainya bersih mengkilat. Sehingga membuat penghuninya nyaman dan lebih produktif lagi dalam bekerja untuk melayani rakyat,” jelasnya.
Masyanto pengawas GOR dari pihak Dispora mengatakan membenarkan pememenang cleaning service GOR Sidoarjo yakni PT .Trikarsa Dinamika. Perusahaan berhasil memenangkan lelang cleaning service GOR .
“Tidak ada pengawas yang berwenang untuk bicara kalau mau konfir masi bisa langsung saja ke pihak PT. Trikarsa Dinamika atau ke Dispora,” tegas Masyanto.
Direktur PT . Trikarsa Dinamika ketika ditelp untuk konfirmasi masalah ini mengatakan “Saya ini juga wartawan dan tidak mau menjawab pertanyaan,” katanya tanpa mau menyebutkan nama sebenarnya.
Hanya saja ketika didesak dari media apa, tidak mau menjelaskan. Bahkan dia mengirim WA dengan mengataan maaf tidak ada waktu untuk berdebat. “Jika ada masalah di lapangan supervisor pasti konfirmasi ke saya ,” jelasnya sembari mengirimkan WA balasan yang mempertanyakan balik.
“Apa betul sampean wartawan Duta,” tanyanya. Padahal saat konfirmasi awal, jelas mengatakan kalau menyebutkan identitas dari wartawan Duta saat konfirmasi.
Sedangkan PPKOM proyek cleaning service GOR Sidoarjo Basori mengatakan proyek tersebut perkiraan alokasi danaya sekitar Rp 300 juta. Hanya saja Basori juga tidak mau memberikan klarifikasi dan penjelasan terkait sejumlah masalah.
Seperti gerobak pengangkut sampah yang terlalu kecil sehingga kerja tidak maksimal. Tidak adanya pengawas pekerja dari pihak PT Pemenang sehingga koordinasi tidak bisa jalan dengan pengawas di lapangan . Diduga pekerja lapangan tidak didaftarkan BPJS kesahatan maupun tenaga kerja. (yud )