KUNJUNGAN : Gubernur Jawa Timur Kofifah Indar Parawansa saat kunjungi penggilingan padi milik H Khusen UD Barokah di Desa Puter Lamongan. Kofifah pastikan harga gabah dan beras di Lamongan relatif aman. (ardi/duta.co)

LAMONGAN | duta.co –  Peran Perum Bulog dalam menjaga kelancaran dan stabilitasi harga pangan di masa pandemi Covid-19 saat ini, memiliki kedudukan yang sangat strategis dan penting. Sebagai perusahaan milik negara di bidang logistik, Bulog menjadi salah satu tumpuan para petani di seluruh Indonesia untuk mengakomodir produksi hasil pertanian, khususnya beras.

Beras salah satu komoditas vital yang sangat penting karena menjadi kebutuhan pokok hampir semua masyarakat Indonesia bergantung pada beras. Dan sesuai perannya, Bulog ditugasi menjaga tiga pilar ketahanan pangan melalui persediaan yang cukup, akses dan harga beras yang terjangkau oleh masyarakat dan melakukan stabilisasi harga.

Untuk itulah, Bulog Sub Divre III Bojonegoro menjalankan perannya sebagai stabilisator pengendalian pangan dengan menyerap gabah petani dengan maksimal meski banyak kendala yang harus dihadapi di lapangan.  Sisi lain petani ingin mendapatkan harga gabah tinggi, sisi lain banyak gabah petani yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Dilema inilah yang menjadi kendala besar dan sering terjadi di lapangan.

Seperti dikatakan Wakil Pimpinan Bulog Sub Divre III Bojonegoro Hendra Kurniawan, target penyerapan gabah petani setara beras tahun 2021 ini meliputi tiga wilayah, yaitu Lamongan, Tuban dan Bojonegoro sebanyak 34.825 ton beras.

Menurut dia, untuk penyerapan gabah petani di tiga wilayah tersebut pada musim panen tanam pertama kemarin. Pihaknya belum bisa menyerap gabah sepenuhnya dikarenakan ada beberapa faktor.

” Faktor tersebut diantaranya persoalan gabah kering panen (GKP) kadar airnya sangat tinggi, masih diatas 25 persen. Aturan dari Peraturan Menteri Perdagangan kadar air harus dibawah 25 persen,” ungkapnya.

Hendra menjelaskan, kadar hampanya juga masih tinggi, hampir 20 persen, seharusnya kadar hampa dibawah 10 persen. Temuan itu sewaktu dia mengambil sampel gabah petani di Bojonegoro.

Secara otomatis, kata dia, untuk kualitasnya pun sebenarnya tidak bisa memenuhi syarat. Setelah itu, kata dia, baru di cek gabahnya ternyata benar kualitasnya itu dibawah dari persyaratan Permendag itu sendiri.

” Kenapa kok kualitasnya bisa sampai seperti itu, karena memang petani pada saat panen itu masih kecampur dengan butir hijaunya, butir gabah yang istilahnya belum saatnya untuk di panen,” terang Hendra.

Pria asal Dukuh Kupang Surabaya itu menuturkan, memang harga gabah di tingkat petani kemarin sempat turun kisaran Rp 4000 per kg. Sementara besaran HPP yang ditetapkan Permendag gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp 4.200 per kg, dan di tingkat penggilingan sebesar Rp 4.250 per kg.

” Bulog Subdivre III Bojonegoro saat ini sudah melakukan penyerapan di Lamongan, Tuban dan Bojonegoro untuk beras, dan juga gabah kering giling,” tutur Hendra.

HASIL PANEN : Petani asal Lopang saat menumpuk hasil panen musim tanam pertama, yang akan dibeli oleh Bulog (ardi/duta.co)

Sementara itu, Anto (51) Petani asal Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu Lamongan mengaku sangat senang karena gabahnya bisa diserap Bulog dan harga gabah pada panen musim pertama saat ini kondisinya masih stabil.

” Tidak ada penurunan, harga gabah masih cenderung normal kisaran Rp 4.200 per Kg nya. Semua itu karena ada penyerapan dari Bulog. Harusnya bulog berada di garda depan dalam penyerapan petani, bukan kalah bersaing dengan tengkulak” ujar Anto.

Dia mengatakan, hasil panen padi di sawahnya juga sangat bagus tahun ini. Para petani lainnya juga tidak khawatir harus menjual murah hasil panennya ke tengkulak.

“Petani lebih suka gabahnya dibeli Bulog daripada tengkulak yang biasanya menetapkan harga semaunya. Sementara bulog harganya sesuai ketentuan. Sudah seharusnya Bulog lebih genarkan pembelian gabah petani sehingga petani makin sejahtera karena bisa mendapatkan hasil panen dengan harga baik dan tidk merugi,” ujar Anto.

Kepala Gudang Babat cabang Bulog Sub Divre III Bojonegoro Adi menambahkan, tantangan yang dihadapi selama masa pandemi Covid-19 dalam menjaga ketahanan pangan secara nasional mengutip dari redaksi Pak dirut salah satunya penugasan terhadap Bulog.

” Bersifat adhoc tanpa jaminan kontinuitas. Penugasan belum terintegrasi antar Kementerian dan Lembaga terkait. Sehingga penugasan penyerapan dan penyediaan stok kebutuhan pangan tidak didukung pendanaan dari pemerintah,” ujar Ady.

Selanjutnya, kata dia, belum lengkapnya turunan Peraturan Presiden (Perpres) baik berupa Peraturan Menteri (Permen) dan lainnya. Imbasnya belum ada kebijakan disposal terhadap stok komoditas yang turun mutu akibat terlalu lama menunggu penugasan.

” Gudang terbatas pada penerimaan dan penyimpanan dan penyaluran komoditas saja. Adapun kendala tersebut, Bulog masih tetap menjalankan tugasnya untuk menjaga stock nasional dengan tetap melakukan penyerapan,” tandasnya.

Sementara itu, UD Barokah mitra Bulog penggilingan padi di Desa Puter Lamongan H Khusen mengatakan, peran Bulog sejauh ini sangat diharapkan betul dalam penyerapan gabah ataupun beras saat ini.

” Sebagai mitra Bulog tentunya kami sangat dibantu sekali dengan penyerapan gabah ataupun beras oleh Bulog selama ini. Kalau tidak diserap stok gabah sebanyak ini mau saya jual kemana,” kata dia.

Saya berharap Bulog senantiasa selalu bekerja sama dengan mitra-mitra lainnya, utamanya dalam hal penyerapan gabah dan beras petani. Agar stok ketersediaan pangan selalu tercukupi.

” Semoga upaya kita dalam menjaga ketahanan pangan melalui stabilitas harga beras dan gabah seyogyanya selalu stabil sesuai dengan HPP yang sudah ditetapkan oleh pemerintah,” ungkapnya.

Total produksi padi di Kabupaten Lamongan tahun 2020 sebesar 1.172.965 ton Gabah Kering Giling (GKG). Kabupaten Lamongan juga dinobatkan sebagai penghasil padi terbesar di Jawa Timur.

Kabupaten Lamongan juga masuk lima besar penyumbang padi terbesar tingkat nasional dengan surplus beras sebanyak 564.139 ton di tahun 2020.

Dalam upaya menjaga ketahanan pangan Pemerintah Kabupaten Lamongan melalui Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan (DTPHP) Lamongan membuat inovasi Manajemen Tanaman Sehat Padi Sehat Beras Super (MTS Pasbesur).

“MTS Pasbesur pada tanaman padi adalah sistem pertanian padi berbasis pengelolaan tanaman terpadu, ramah lingkungan dan menghasilkan produk yang sehat dan berkualitas,” ujar Plt DTPHP Lamongan Sujarwo.

Dia mengatakan, diawali dengan membuat percontohan budidaya MTS Pasbesur di kawasan inti yakni di Desa Besur Kecamatan Sekaran.

“Nantinya akan dikembangkan di 6 kecamatan lain yakni Kecamatan Sekaran, Kalitengah, Deket, Glagah, Karangbinangun, dan Karanggeneng yang dilintasi oleh Bengawan Solo sehingga pengairan dapat dilakukan sepanjang tahun,” ungkapnya.

Dia menambahkan, MTS Pasbesur ini akan menghasilkan padi yang sehat dan berkualitas karena didukung dengan pemilihan bibit unggul, penggunaan pupuk organic, sarana infrastruktur irigasi, alsintan modern dan pengendalian hama yang baik.

“Pada MTS Pasbesur padi percontohan ini penggunaan pupuk kimia berkurang 50% karena mengoptimalkan pemupukan berimbang terutama penggunaan pupuk organik,” tuturnya.

Selain itu, sambung dia, pengendalian hama dengan cara alami seperti refugia dan menggunakan Rumah Burung Hantu (Rubuha) dengan jumlah total 350 rubuha di Kecamatan Sekaran.

“Di Desa Besur ada sebanyak 20 rubuha sehingga padi yang dihasilkan lebih sehat dan juga berkualitas,” tandasnya.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas TPHP penerapan MTS Pasbesur produktivitas padi yang sebelumnya 7,13 ton per hektar naik menjadi 7,58 ton per hektar.

“Untuk di kawasan percontohan di Desa Besur produktivitasnya mencapai 7,86 ton per hektar. Sedangkan Luas Tanam Padi tahun 2021 sampai dengan saat ini seluas 91.646 hektar dengan luas panen 56.820 hektar,” ucapnya.

Dia menuturkan, total produksi 430.696 ton GKG yang menghasilkan 275.000 ton beras. Untuk di Kecamatan Sekaran Luas Panen seluas 1.035 hektar dan 108 hektar di Desa Besur.

PANEN RAYA : Bupati Lamongan Yuhronur Efendi saat panen raya padi MTS di Desa Besur Sekaran. (ardi/duta.co)

Sementara itu Bupati Lamongan Yuhronur Efendi bersama Wakil Bupati Abdul Rouf juga sangat mengapresiasi inovasi yang telah dilakukan dalam bidang pertanian tersebut. Keduanya akan mendorong sertifikasi beras sehat berkualitas sesuai standar nasional. Kuantitas sudah bagus bahkan masuk lima besar lumbung padi nasional, yang harus ditingkatkan selanjutnya yakni kualitas.

“Saya mengapresiasi MTS Pasbesur ini karena selain dapat meningkatkan produksi padi juga dapat meningkatkan kualitas padi menjadi lebih sehat dan berkualitas,” ungkap Yuhronur.

Dia menambahkan, selanjutnya akan didorong untuk mencapai sertifikasi beras sehat berkualitas sesuai standar nasional Indonesia. Harapannya agar produk ini mampu bersaing di pasaran dan dicari banyak pembeli.

Sebelumnya Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga meninjau penggilingan padi UD Barokah Desa Puter Lamongan untuk memastikan surplus beras serta meyakinkan pemerintah pusat tidak perlu melakukan import beras.

“ Semoga apa yang sebelumnya diperjuangkan dapat tersampaikan ke  pemerintah pusat sehingga kebijakan tersebut bisa membuat harga beras terkontrol dan kesejahteraan petani terjamin,” ujar Kofifah.

Kofifah juga menegaskan sebagai langkah nyata agar terhindar dari krisis pangan sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Pihaknya mendorong percepatan masa tanam padi kedua.

Untuk menjaga agar harga padi (harga gabah) tetap stabil dan tidak mengalami gejolak, Kepala Bulog Sub Divisi Regional (Sub Divre) III Bojonegoro telah membuka kran seluas-luasnya untuk menyerap padi dari Kabupaten Lamongan.

Penyerapan gabah dari Lamongan sudah kita buka. Karena kita sudah MoU dengan Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan (Dinas TPHP) Lamongan, Perpadi (Persatuan Penggilingan Padi) Lamongan dan mitra Bulog Lamongan,” terang Hendra Kurniawan.

Dia menuturkan, untuk penyimpanan padi tersebut tidak ditempatkan di empat gudang milik Bulog Sub Divre Bojonegoro yakni GBB Sukorejo Lamongan, Karangkembang Babat, Wire Tuban dan Sumengko Bojonegoro.

“Empat gudang kita tersebut fokus untuk penyimpanan beras. Jadi gabah hasil serapan dari Lamongan akan kita simpan di gudang Filial mitra Bulog Bojonegoro,” ujarnya.

Dalam peranan untuk menjaga kedaulatan pangan di wilayah Kabupaten Tuban, Lamongan dan Bojonegoro, Hendra menegaskan, akan melakukan optimalisasi penyerapan gabah dan beras dari penggilingan padi yang ada di Kabupaten Lamongan. Imm/ard

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry