Keterangan foto detik.com (AP)

SURABAYA | duta.co – Ketua Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), H Tjetjep Mohammad Yasien mengaku heran, ternyata, masih ada media salah memotret tragedi ratusan korban meninggal dari supporter Aremania di Stadion Kanjuruhan, Malang.

“Mencermati video yang beredar, juga kebiasaan laga Arema Vs Persebaya, tragedi itu bukan karena bentrok antarsuporter, tetapi,  lebih karena pendekatan keamanan yang salah. Akhir-akhir ini, metode pendekatan keamanan selalu dengan kekerasan dan brutal. Ini yang harus kita evaluasi total,” demikian Gus Yasien panggilan akrab H Tjetjep Mohammad Yasien kepada duta.co, Selasa (4/10/2022).

Ditanya tentang sembilan anggota Brimob Polda Jatim yang dicopot, menurut Gus Yasien, jelas tidak akan menyelesaikan masalah. “Siapa pun komandannya, kalau pola pendekatan yang dipakai kekerasan dan brutal, pasti akan terjadi keributan di lapangan,” tambahnya.

Semua orang, tambahnya, bisa menyaksikan oknum tentara menendang suporter dari belakang tanpa sebab. Ini jelas bentuk kekerasan. Belum lagi adanya gas air mata dalam lapangan. “Ini kan sudah menjadi larangan FIFA, kok bisa masuk? Apalagi sampai mereka tembakkan. Jelas ngawur, maka, akibatnya brutal,” tambahnya.

Miris dan Ngeri

Menurut alumni PP Tebuireng ini, kalau kita tarik benang-merah ke belakang, maka, cara pengamanan polisi dan TNI dalam menjaga Kamtibmas, jujur mengedepankan kekerasan dan brutal dan harus pemerintah evaluasi secara total.

“Saya jadi teringat kritik anggota Komisi 1 DPR RI Effendi Simbolon, dan adanya anggota TNI yang melakukan pengancaman secara terbuka. Ini jelas tidak akan menyelesaikan masalah, sebaliknya, bikin masalah baru,” tegasnya.

Ia meminta semua orang melihat video rangkaian pengamanan aksi massa di Jakarta dan banyak di lokasi lain, seperti Ujung Pandang. “Polisi seperti tidak punya skill, bagaimana mengamankan massa selain kekerasan dan main tembak gas air mata. Ini harus menjadi perhatian kita bersama,” terangnya.

“Lihat juga kasus KM-50 (FPI) kekerasan pula yang mereka gunakan, bahkan kepada anggota yang notabene ajudannya, juga kekerasan bahkan pembunuhan. Ini kasus yang menimpa Brigadir Joshua. Tragisnya, pelakunya terlindungi oleh hampir 100 oknum Polisi yang, seharusnya menjadi pengayom masyarakat. Jadi? Miris dan ngeri melihat cara pengamanan massa oleh Polisi dan TNI. Harus ada evaluasi total,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry