SURABAYA | duta.co – Pelan, tapi pasti. Itulah langkah politik Dr Lia Istifhama, putri almaghfurlah KH Masykur Hasyim, tokoh NU sekaligus dedengkot Banser Jawa Timur.

Namanya lolos dalam verifikasi administrasi (vermin) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur, yang digelar di hadapan KPU Daerah se Jawa Timur dan LO (liaison officer), Jumat (24/3/23).

Ada 14 bakal calon yang mengikuti tahapan perbaikan kedua, Sebanyak 11 bakal calon lolos dan 3 gugur. “Alhamdulillah, semua mengalir seperti air. Terima kasih semuanya yang, tak bosan-bosan memberikan doa dan support  atas perjuangan ini,” demikian Ning Lia, panggilan akrabnya kepada duta.co, Sabtu (25/3).

Doktor bidang Ekonomi Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel (SA) Surabaya (2020) ini, menyadari, bahwa, dalam dirinya mengalir ‘darah politik’ sang ayah, almaghfurlah KH Masykur Hasyim.

“Ya! Bisa jadi (ada darah politik sang ayah). Karena, sesungguhnya, area pekerjaan saya itu pendidikan dan swasta. Tetapi, ghirah politik selalu muncul. Ini karena (melihat) seluruh kebijakan teramu dalam dunia politik,” jelasnya.

Apalagi, jelasnya, dukungan sang ayah tak pernah surut. “Kira-kira sebulan sebelum wafat, beliau berpesan agar saya meneruskan perjuangannya untuk umat. Alasannya sederhana, ada jaringan pertemanan dan relawan yang tulus, ini bisa menjadi penopang perjuangan dalam kancah politik,” tambah keponakan Gubernur Khofifah tersebut.

Ning Lia, memang, memiliki seabrek kesibukan. Di samping sibuk dalam jejaring perempuan muda NU (Nahdlatul Ulama), ia juga aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim sebagai wakil sekretaris.

“Saya juga menikmati bertemu para petani. Di samping bisa mendengar langsung keluhan mereka, dunia pertanian kita ini sesungguhnya bisa tertata lebih professional. Sehingga tidak selalu tergantung impor,” tegas Ketua DPD Perempuan Tani HKTI Jawa Timur ini.

Bisa Jadi ‘Bintang’

Namanya, memang, tidak lepas dari kebesaran KH Masykur Hasyim, politisi santri yang memiliki banyak prestasi. Tahun 1980-an, KH Masykur Hasyim sudah kita kenal sebagai dedengkot Banser.

“Tahun 1984, ketika berlangsung Muktamar NU ke-27, saya menyaksikan sendiri bagaimana kiai NU bekerjakeras mengembalikan NU ke Khittah 1926. Saat itu, saya sebagai Komandan Banser,” jelas Kiai Masykur kepada duta.co sebelum menghadap Sang Kholiq.

Selain itu, KH Masykur juga dikenal sebagai singa podium. Lima tahun ia nyantri kepada almaghfurlah KH Abdul Wahab Chasbullah  (Mbah Wahab) Tambakberas, Jombang. Tak hanya itu, alumni santri Cangaan (Bangil) ini juga lama menjadi santri Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Jawa Tengah yang diasuh Kiai Maemun Zubair.

“Kalau sekarang putrinya (Ning Lia red.) mengikuti rute politik ayahnya, itu logis. Saya kira dia bisa menjadi ‘bintang’, menjadi pengusung aspirasi warga Jawa Timur dalam kancah perpolitikan DPD RI,” demikian komentar Drs H Choirul Anam (Cak Anam), mantan Ketua GP Ansor Jatim kepada duta.co. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry