Sejumlah komunitas saat mendatangi sungai di wilayah Desa Pohsarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri,

KEDIRI | duta.co – Sekitar 10 komunitas yang terdiri dari Ecoton, Yayasan Hijau Daun Mandiri, Rumah Zakat, Kediri Ben Resik, Bem UNIKA, Mapala Pelita UNP, Brigade Popok, Envigreen Society, dan komunitas Ijo Royo-royo, melakukan pemantauan Kesehatan sungai di wilayah Desa Pohsarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, dengan menggunakan Serangga Air sebagai indikator Kesehatan sungai.

Biotilik atau biomonitoring sendiri adalah metode pemantauan kesehatan sungai dengan menggunakan indikator makro invertebrata (hewan tidak bertulang belakang) seperti bentos, capung, udang, siput, dan cacing. Dari hasil pemantauan Biotilik dapat memberikan petunjuk adanya gangguan lingkungan pada ekosistem sungai, sehingga dapat dirumuskan upaya penanggulangan yang dibutuhkan.

Staff Edukasi Ecoton, Alaika Rahmatullah, mengatakan, bahwa Biotilik merupakan metode yang mudah digunakan karena hanya memerlukan pengambilan sampel biota di dasar, tepian sungai atau yang menempel di bebatuan atau substrat.

“Biota yang ditemukan tinggal dicocokkan dengan biota yang tertera dalam gambar panduan yang terdapat di dalam buku panduan. Untuk selanjutnya, biota yang didapat dikelompokkan menjadi biota yang tidak toleran (sensitif) terhadap pencemaran dan biota yang toleran (tidak sensitif) terhadap pencemaran,” ucapnya.

Menurutnya, keberadaan biota yang sensitif dengan pencemaran mengindikasikan bahwa kondisi suatu sungai masih tetap bagus kualitasnya (tidak tercemar), seperti larva kunang-kunang atau larva capung. Sedangkan, biota yang tidak sensitif terhadap pencemaran mencirikan bahwa sungai telah sakit dan tercemar, diantara biota ini adalah cacing tanah (cacing darah) dan cuncum.

“Metode ini menggunakan serangga air sebagai biota yang dapat menunjukkan kualitas air dalam kurun waktu yang singkat. Dalam kurun waktu 1-2 jam kita sudah bisa mengetahui status air yang sedang dipantau,” imbuhnya.

Hal senada diungkapkan Anggota Komunitas Kediri Ben Resik, Ita Sulistiorini, bahwa kegiatan biotilik ini sangat bagus, karena untuk mengetahui tingkat Kesehatan sungai sendiri, apakah sungai tersebut tercemar atau tidak tercemar. Dan, mengetahui biota yang ada di sungai.

“Kegiatan ini cukup mudah dilakukan dan direplikasi oleh komunitas lain sehingga kita bisa melihat Kesehatan sungai dengan menghitung dan mengelompokkan serangga air yang ada di lokasi pemantauan.” katanya.

Sementara, Endang Pertiwi Ketua Yayasan Hijau Daun Mandiri, mengatakan, pemantauan kualitas air sungai melalui metode biotilik terbagi menjadi 2 kelompok. Yakni, hasil dari pemantauan Kesehatan sungai melalui metode biotilik ini adalah “tercemar sedang” dengan skor rata-rata yang didapatkan dalam perhitungan adalah 2,2 dan 1,9.

“Berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas air melalui biotilik kami mendapatkan kondisi kesehatan sungai tercemar sedang, ini harus dijadikan sebagai pengingat untuk kita semua supaya terus berupaya menjaga sungai kita dengan cara tidak membuang sampah atau limbah secara langsung ke sungai,” ungkap Endang. (bud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry