Kepala Perwakilan BI Jatim, Difi Ahmad Johansyah (tengah) diapit Gubernur Jatim Khofifah (kiri) dan Wakil Gubernur Emil Dardak di sela high level meeting TPID, Jumat (29/5/2020). DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co – Bank Indonesia Kantor Wilayah Jawa Timur, mencatat ada tiga tantangan utama pengendalian inflasi di Jawa Timur terutama saat pandemi Covid-19.

Bank Indonesia melalui Kepala Perwakilan, Difi Ahmad Johansyah menjabarkannya melalui high level meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah bersama Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim, Jumat (29/5/2020).

Difi dalam kesempatan itu mengatakan tantangan pertama adalah distribusi pangan di tengah penerapan pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah.

Kedua penurunan permintaan masyarakat akibat pelemahan daya beli dan dampak psikologis penyebaran Covid-19. Ini  berpengaruh pada potensi deflasi komoditas yang lebih dalam.

Ketiga adalah antisipasi dampak perpanjangan penerapan PSBB maupun kondisi new normal pasca Covid-19 terhadap kecukupan stok dan akses masyarakat terhadap komoditas pangan strategis.

“Namun sejak terjadi pandemi Covid-19, komoditas di wilayah Jawa Timur tidak mengalami gejolak harga yang cukup signifikan, bahkan tekanan harga di periode Idul Fitri 2020 pun relatif normal tidak setinggi pola historisnya,” ujar Difi di Gedung Negara Grahadi.

Dalam menjawab tantangan tersebut, apresiasi diberikan kepada TPID Provinsi Jawa Timur yang telah mengambil berbagai langkah inovasi.

Salah satunya berupa kelembagaan Lumbung Pangan Jatim, yang tidak hanya menjadi wadah dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pasokan pangan di Jawa Timur.

” Ke depan Lumbung Pangan ini bisa juga diharapkan dapat berfungsi menjadi pusat kerjasama antar daerah khususnya untuk komoditas pertanian di Indonesia,” kata Difi.

Difi menegaskan pasca High Level Meeting TPID perlu adanya evaluasi dan penguatan fungsi Lumbung Pangan Jatim. Tujuanya agar berjalan optimal dalam pelaksanaan tugasnya di masa yang akan datang.

Selain itu juga penting dilakukan upaya mapping stok komoditas pangan Jawa Timur yang nantinya dapat menjadi landasan Kerjasama Antar Daerah berdasarkan data neraca pangan yang akurat.

Di momen tersebut, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak menambahkan sektor pertanian, yang merupakan salah satu penopang utama perekonomian dan melibatkan setidaknya 1/3 tenaga kerja di Jawa Timur, tidak mengalami goncangan yang besar akibat Covid-19.

Namun, produk turunan sektor pertanian khususnya olahan holtikultura, turut terpukul seiring dengan melemahnya sektor pariwisata di tengah pandemi Covid-19.

“Karena itu, perlu adanya komunikasi efektif, inovasi, dan sinergi antar stakeholders dalam memasarkan produk UMKM pangan Jawa Timur, termasuk potensi kolaborasi dengan Lumbung Pangan Jatim sebagai salah satu jalur pemasaran,” pungkas Emil.

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa juga menyampaikan ada banyak langkah kebijakan pemulihan ekonomi di Jatim.

Hal itu diarahkan untuk memperbaiki dua sisi, baik demand dan supply melalui relaksasi beberapa kebijakan dalam mendorong konsumsi, mendukung dunia usaha dan mempertahankan investasi, serta mendukung ekspor-impor.

Diharapkan dapat muncul adanya inovasi yang mendukung implementasi new normal dan perbaikan ekonomi ke depan.

“Inovasi tersebut diharapkan berasal dari TPID Kabupaten/Kota di wilayah Jawa Timur, sehingga dapat menjadi role model inovasi nasional,” tukasnya. end/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry