EDUKASI : Para ibu di RW 1 Kelurahan Wonokromo yang memiliki bayi dan balita diberi pengetahuan bagaimana menangani bayi dan balita yang tersedak. DUTA/ist

Tersedak (choking) seringkali dialami bayi dan balita. Penyebabnya karena makan atau minum. Karena tersedak itu biasa, bayi dan balita jadi batuk-batuk bahkan bisa sesak nafas dan membahayakan hidupnya.

Karena itu, para ibu yang memiliki bayi dan balita harus mengetahui langkah awal ketika si anak tersedak. Karena penanganan awal agar tidak fatal akibatnya.

—–

Edukasi kepada para ibu yang ada di RW 01 Kelurahan Wonokromo pada Oktober 2020 lalu oleh dua dosen dari Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (FKK Unusa).  Yakni  Hinda Novianti dan Siska Nurul Abidah.

Edukasi ini sangat dibutuhkan para ibu karena tersedak sangat membahayakan bayi. DUTA/ist

Kedua dosen ini merasa prihatin karena banyak kasus tersedak dialami bayi dan balita dan orang tua terutama ibu tidak mengetahui bagaimana menanganinya.

Padahal banyak ahli mengatakan tersedak merupakan kondisi gawat darurat yang harus cepat ditangani. Bila dibiarkan terlalu lama tubuh bisa mengalami kekurangan oksigen (hipoksia) dan dapat mengakibatkan kematian.

Ahli lain mengungkapkan tersedak dapat terjadi pada anak dan bayi, berbagai jenis benda yang dapat mengakibatkan anak dan bayi tersedak yaitu makanan, minuman, buah, permen, mainan dan lain-lain.

Dikatakan Hinda, di Indonesia sendiri belum ada data maupun riset tentang angka kejadian choking/tersedak pada anak dan bayi. Namun kejadian-kejadian tersedak di Indonesia telah banyak terjadi, contohnya kejadian di Denpasar 26 Maret 2016 bayi usia 2 bulan meninggal karena tersedak setelah diberikan susu,  dan pada  29 Juli 2019 seorang anak di Blitar meninggal akibat tersedak saat makan jajanan sempol.

“Kondisi ini bagi sebagian orang tua dianggap sepele. Padahal bisa mengakibatkan kematian mendadak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Kepanikan orang tua justru bisa keliru dalam memberikan pertolongan, atau keteledoran orang tua terlambat memberikan pertolongan. Untuk itu dibutuhkan pemahaman yang baik serta kemampuan yang trampil saat menghadapi kondisi choking ini,” ujar Hinda.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Dijelaskan Hinda, tidak semua kasus tersedak pada bayi dan balita dapat ditangani secara mandiri di rumah oleh orang tua. Jika kondisi bayi atau balita sudah sampai ke kondisi gawat darurat maka harus segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut sehingga tidak sampai terjadi kematian.

“itulah pentingnya edukasi pada oran tua terutama pada ibu. Karena ibu yang paling tahu akan bayinya,” tuturnya.

Di RW 1 kelurahan Wonokromo cukup banyak ibu yang memiliki bayi dan balita serta ibu-ibu kader kesehatan. Namun melalui wawancara awal dengan kader di lingkungan tersebut belum pernah diberikan penyuluhan penanganan choking.

“Jadi mereka tidak pernah diberikan penyuluhan. Sehingga pengetahuan ibu tentang masalah ini masih sangat rendah,” tukasnya.

Masyarakat di RW I Kelurahan Wonokromo telah mengenyam pendidikan formal. Akan tetapi, masih diperlukan pemahaman yang lebih mengenai penanganan awal choking pada bayi dan balita.

Karena itu, kegiatan pengabdian masyarakat ini ingin mengajak masyarakat untuk tidak panik terlebih dahulu jika anaknya mengalami tersedak/choking.

“Alhamdulillah masyarakat terutama para ibu antusias mengikuti kegiatan ini. Kami senang dan mereka juga senang karena kegiatan ini bermanfaat,” tandasnya. ril/hms

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry