JOMBANG | duta.co – Pertemuan ratusan kiai pesantren di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Ahad (15/10/2017) menjadi ajang komitmen kiai untuk mengentas NU dari ’kubangan’ politik praktis. Setidaknya, itu terlihat dari beredarnya buku saku yang berisi 3 alasan warga Jatim memilih Budhe Khofifah menjadi Gubernur Jawa Timur, menggantikan Pakde Karwo.

“Alasan pertama yang tertulis dalam buku ini, adalah politik santun yang mengedepankan akhlakul karimah. Bu Khofifah tidak pernah, bahkan merasa tabu, menggunakan atau meminta kiai apalagi Ketum NU agar mendatangi ketua umum partai supaya mengusung dirinya. Dia menjaga muruah organisasi NU dengan baik,” tegas KH Romadhon Sukardi, Pengasuh PP Al-Huda, Grogol, Kediri kepada duta.co.

Alasan kedua, dia adalah kader tulen NU. Khofifah tidak memiliki sifat kutu loncat, tidak pernah keluar dari orbit NU. Dari IPPNU, Fatayat NU, PMII, PPP, PKB semua dilakukan atas dasar kader NU. Ini membuat totalitas pengabdiannya tidak keluar dari garis lingkar NU.

“Alasan ketiga, dia telah teruji sebagai pemimpin yang amanah. Ini bisa dilihat dari kinerja dia sebagai Mensos RI. Dia paham betul problem utama yang dihadapi masyarakat Jawa Timur. Provinsi ini memiliki pertumbuhan yang tinggi, tetapi, kemiskinannya juga tidak kalah tinggi. Bahkan disparitasnya (kesenjangannya) sudah mengkhawatirkan. Di sini Jawa Timur butuh sosok Khofifah,” jelasnya.

Buku saku yang ditulis Ahmad Fais Muda dan Syauqie Rusydi ini, juga menampilkan komentar tiga tokoh penting, seperti KH Sholahuddin Wahid (Gus Solah), Prof Dr Zainuddin Maliki dan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim.

Ditanya soal formasi pasangan Cagub-Cawagub PDIP (Gus Ipul-Anas), Romadhon menolak, karena itu domain PDIP. Tetapi ketika disebut bahwa pilihan Megawati itu lebih karena ‘hormat’ kepada kiai, Romadhon tidak setuju. “Justru itu, kesannya sekarang lebih suka ‘menyerahkan’ Pilgub ini ke kiai (struktural) yang berpotensi merusak NU secara organisasi,” tegasnya. (rul)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry