Endang Sulistiyani, M.Kom – Dosen Program Studi S1 Sistem Informasi Fakultas Teknik

BELAJAR dari rumah mengubah pola belajar mengajar di semua sekolah. Bagi sekolah yang tidak terbiasa menjalankan pembelajaran daring, pendidik dan peserta didik terpaksa harus siap beradaptasi dari pembelajaran secara tatap muka menjadi sistem belajar jarak jauh secara daring. Meskipun tidak jarang memunculkan polemik, akan tetapi belajar dari rumah adalah sebuah keharusan agar kegiatan pendidikan tetap terselenggara di masa COVID-19.

Tantangan Belajar dari Rumah dalam Masa COVID-19

Sebagai sebuah perubahan, belajar dari rumah memunculkan berbagai tantangan. Bagi pendidik yang termasuk generasi old, keterbatasan kemampuan dalam mengoperasikan perangkat untuk menghasilkan konten pembelajaran menjadi sebuah tantangan tersendiri. Bukan tentang tidak tersedianya perangkat, akan tetapi lebih pada minimnya kemampuan untuk mengoperasikannya secara maksimal. Hasilnya, merangkup atau mengerjakan seluruh latihan soal dalam buku dipilih sebagai bentuk pembelajaran. Konsekuensinya, keluhan lain muncul dari sisi peserta didik. Kurangnya pemahaman akan materi dan kebosanan karena tugas yang monoton mendorong keengganan untuk belajar.

Pemanfaatan Perangkat Pendukung Belum Optimal

Berbagai tantangan dan keluhan yang muncul dalam pembelajaran daring dirasa berbanding lurus dengan pemanfaatan perangkat pendukung seperti telepon pintar. Bagaimana tidak? Berdasarkan data dari 110 siswa yang menjadi responden dalam pengisian kuesioner tentang pemanfaatan telepon pintar dalam mensukseskan Gerakan belajar dari rumah, diketahui bahwa lama waktu akses telepon pintar meningkat. Akan tetapi untuk mengakases sosial media bukan untuk proses pembelajaran. Padahal dari survey yang sama, diketahui bahwa dari 110 siswa tersebut, 90 % dari responden yang memiliki perangkat secara pribadi. Melalui telepon pintar yang dimiliki, sebagai generasi native digital, peserta didik tidak jarang memproduksi banyak konten. Hanya saja konten yang dihasilkan masih hanya sebagai hiburan bukan pembelajaran.

Mengingat Konsep Awal dari Belajar Dari Rumah

Berbagai fenomena kesenjangan pemanfaatan telepon pintar dengan belum idealnya proses belajar dari rumah mengharuskan untuk melihat Kembali bagaimana belajar dari rumah dikonsep. Ya, dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) disebutkan bahwa proses belajar dari rumah harus dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.

Tidak hanya itu, aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antarsiswa sesuai minat dan kondisi masing-masing. Konsep awal dari Belajar dari Rumah ini kiranya perlu diingat dan dipahami kembali agar tidak terjadi salah kaprah dalam proses belajar mengajar.

Langkah untuk Mengoptimalkan Pemanfaatan Telepon Pintar

Sebagai perangkat primer yang saat ini digunakan sebagai media dalam Belajar dari Rumah, telepon pintar harus dimanfaatkan secara optimal. Artinya, sisi positif dari telepon pintar harus digali. Hal ini penting untuk mengoptimalkan pemanfaatannya dan mensukseskan Gerakan Belajar dari Rumah. Langkah yang diambil harus disesuaikan dengan peran dari telepon pintar itu sendiri, baik sebagai guru, teman bermain, atau pun media berkreasi.

  1. Telepon Pintar sebagai Guru

Keterbatasan kemampuan pendidik dalam memproduksi konten pembelajaran secara daring dapat diatasi dengan memanfaatkan aplikasi belajar daring yang dapat diakses secara gratis. Beberapa aplikasi tersebut adalah Rumah Belajar, Meja Kita, Icando, IndonesiaX, Google for Education, Kelas Pintar, Quipper School, Ruangguru, Sekolahmu, dan Zenius (Kompas.com). Dengan seperti ini, telepon pintar tidak hanya akan digunakan untuk mencari jawaban melainkan benar-benar sebagai guru. Peserta didik dapat belajar dari sumber yang berkualitas dan kualifikasi yang mumpuni. Sama halnya dengan guru ketika belajar secara tatap muka di kelas.

  1. Telepon Pintar sebagai Teman Bermain

Aktifitas bermain memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari peserta didik. Berkenaan dengan dimilikinya telepon pintar dan masa pandemi COVID-19, maka aktivitas tersebut dilakukan di dunia maya. Artinya telepon pintar lah yang menjadi teman bermainnya. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh para guru untuk memaksimalkan proses pembelajaran dengan konsep permainan. Sebagaimana disampaikan oleh Plt. Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbud, Harris Iskandar bahwa guru tidak harus terpaku pada pembelajaran daring dan pemberian tugas (cnnindonesia.com, 31 Maret 2020). Guru diharapkan kreatif dan inovatif dalam mengeksplor kegiatan belajar yang menyenangkan. Pendidik dapat mengarahkan peserta didik untuk memasang aplikasi permainan di telepon pintar yang terkait dengan proses pembelajaran. Seperti untuk anak Sekolah Dasar dapat menggunakan permainan matematika mulai penjumlahan sampai perkalian sebagai pengganti media pembelajaran di kelas. Melalui skema ini diharapkan peserta didik dapat belajar dengan rasa bermain.

  1. Telepon Pintar sebagai Media Berkreasi

Langkah lain adalah menggunakan telepon pintar sebagai media berkreasi. Sebagaimana yang dapat dilihat bahwa banyak sekali aplikasi yang dapat dipasang di telepon pintar untuk memproduksi konten. Sebagai contoh Tik Tok.

Tidak jarang peserta didik membuat video yang hanya sebagai hiburan. Guna memaksimalkan potensi telepon pintar, guru dapat mengarahkan siswa untuk memproduksi konten menggunakan aplikasi Tik Tok atau video lain dalam konteks pembelajaran. Sebagai contoh cara cuci tangan yang benar di masa Pandemi Covid 19. Harapannya dengan langkah ini, telepon pintar dapat dimanfaatkan sebagai media berkreasi yang bukan hanya sekedar hiburan, namun pembelajaran.

Ketiga langkah yang disampaikan bukan hanya saja untuk menggali sisi positif telepon pintar melainkan juga melengkapi keterbatasan yang dimiliki oleh para pendidik. Akan tetapi, satu hal yang perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan pemanfaatan telepon pintar ini perlu kolaborasi antara pendidik, peserta didik, dan juga orang tua. Hasilnya bukan hanya mensukseskan Gerakan Belajar dari Rumah melainkan juga mewujudkan skema Student Centered Learning. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry