Gambar ini beredar di media sosial. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Hari ini, Senin (23/3/2020) viral kembali acara ratusan warga Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal yang mendeklarasikan ’Bersama Lawan Corona’ di pendopo kecamatan setempat, Rabu (18/3) siang. Kegiatan yang diinisiasi Anggota Komisi IX DPR RI, Dr Dewi Aryani itu diikuti anggota Forkopimda dan awak media.

Lalu, geger di media sosial, bahwa, cara itu menunjukkan ketidakpahamannya terhadap ancaman Covid-19. “Hany terjadi di Indonesia. Orang tidak paham benar apa yang diucapkannya,” demikian komentar warganet.

Ada juga yang lebih sinis. Menurutnya, gerakan itu keliru. “Hanya indah di kaos oblong! Sama dengan pembacaan salawat burdah keliling kampong untuk melawan Corona. Ini gegara tidak paham dengan apa yang diucapkan,” tulis yang lain.

Ya! Web duta.co sempat mengunggah ikhtiar lahir batin, luar dalam waga . Berbagai macam cara memang harus dilaksanakan warga Dawuhan, Kecamatan Situbondo, untuk menangkal penyebaran virus corona atau Covid-19.

Warga di RT.001 RW.003 Lingkungan Parse, Kelurahan Dawuhan, Kecamatan Situbondo, Kabupaten Situbondo, itu justru berkumpul dan mengadakan doa bersama pembacaan qasidah burdah berjalan kaki keliling kampung, Rabu (18/3/2020) malam.

Keterangan yang disampaikan Ketua RT setempat, Amiruddin Hosnan kepada wartawan mengatakan, hal ini upaya warga di Lingkungan Dawuhan Parse untuk membentengi masyarakat agar senantiasa diberi keselamatan oleh Allah SWT, dari ancaman wabah virus corona yang sekarang lagi trendy dibelahan dunia.

“Selain warga, doa bersama ini juga diikuti puluhan santri Musala setempat. Sambil membawa obor berbahan bambu, sepanjang jalan kampung dan pinggir kota, mereka membaca qasidah Burdah,” jelas Amiruddin Hosnan.

Caranya yang Salah

Sepanjang 1 kilometer, warga berjalan mengitari lingkungannya, sambil bersahutan membaca puji-pujian karangan Syeikh Al  Bushiri tersebut. Mirip takbiran. Kegiatan doa bersama warga ini pun menjadi perhatian para pengendara dan memilih berhenti untuk menghormati iring-iringan warga yang bersahutan membacakan Burdah.

Membaca Burdah sambil berkeliling ini merupakan tradisi yang sejak lama dilakukan di berbagai pondok pesantren. Termasuk di ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo. “Karena itu, saya bersama warga memilih melakukan tradisi tersebut di lingkungan. Karena bacaan Burdah, bisa untuk benteng dan permohonan keselamatan,” jelas Amiruddin Hosnan, alumnus Ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo itu.

Niatnya bagus. Barangkali caranya yang tidak tepat. Karena potensi penularan virus itu justru terjadi saat massa berkumpul atau bahkan sekedar bertemu. Karenanya, pemerintah minta warga tinggal di rumah, tidak berkumpul alias social distance (jaga jarak).  (her,net)