Dr. Ubaidillah Zuhdi – Dosen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis dan Teknologi Digital

TULISAN berikut merupakan bagian kesepuluh dari seri bedah buku “The 360° Leader” karya John C. Maxwell. Bagian akhir dari tulisan sebelum ini menjelaskan mengenai pemimpin mendobrak batasan.

Poin ini merupakan poin ketiga dari hal-hal yang masih perlu dilakukan saat seseorang sudah memimpin dengan baik. Salah satu konsekuensi yang muncul dari poin ini adalah munculnya prosedur baru.

Poin keempat adalah pemimpin memberi penekanan pada hal yang tidak berwujud. Buku di atas menjelaskan bahwa pemimpin berinteraksi dengan hal-hal yang tidak berwujud seperti motivasi, waktu, dan momentum.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Poin kelima adalah pemimpin belajar untuk bergantung pada intuisi. Buku di atas menuliskan kalimat yang menarik dari Joyce Brothers, seorang psikolog, terkait intuisi atau firasat, “Percayai firasat Anda. Firasat Anda itu biasanya didasarkan pada beragam fakta yang tersimpan jauh di bawah tingkat kesadaran.”

Poin berikutnya adalah pemimpin menanamkan kekuasaan pada orang lain. Menurut buku di atas, manajemen memiliki relasi dengan mengendalikan. Oleh karenanya, para manajer melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan mengendalikan sesuatu. Sebagai contoh, manajer mengendalikan efisiensi dan kualitas.

Koneksi dengan mengendalikan sesuatu inilah yang menjadikan para manajer mengalami kesulitan pada saat harus beralih menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin tidak berkaitan dengan mengendalikan sesuatu. Menurut buku di atas, justru seorang pemimpin memiliki hubungan dengan kata melepaskan.

Seorang pemimpin mencari orang-orang tepat yang bisa mengerjakan sesuatu dengan baik. Saat waktunya tiba, pemimpin tersebut akan melepaskan orang-orang tersebut untuk bergerak secara mandiri. Seorang pemimpin yang baik akan senang melihat orang-orang tersebut menyelesaikan segala sesuatu menggunakan caranya masing-masing.

Poin ketujuh adalah pemimpin melihat diri mereka sendiri sebagai agen perubahan. Pemimpin adalah orang yang bergerak ke depan. Pemimpin adalah orang yang menginginkan inovasi. Pemimpin adalah orang yang menyukai tantangan baru. Para pemimpin menginginkan hal yang lebih besar daripada sekadar melihat kemajuan. Mereka ingin membantu mewujudkan kemajuan tersebut.

Prinsip kelima dari memimpin ke atas adalah berinvestasi di ikatan relasional. Menurut buku di atas, semua kepemimpinan yang baik berkaitan dengan relasi atau hubungan. Ada kalimat menarik yang ditulis pada buku di atas yang menjelaskan mengenai hubungan, “Orang tidak akan berhubungan baik dengan Anda jika mereka tidak dapat berhubungan baik dengan Anda.”

Buku di atas menjelaskan cara-cara yang bisa dipakai untuk memulai hubungan ke atas atau dengan orang yang memimpin kita. Cara pertama adalah mendengarkan detak jantung pemimpin Anda. Poin penting yang terkait dengan cara pertama ini adalah mencari tahu hal-hal yang memiliki keterkaitan emosional dengan pemimpin kita.

Cara kedua adalah mengetahui prioritas pemimpin Anda. Prioritas di sini adalah hal-hal yang bisa membuat posisi atasan Anda terancam jika tidak tercapai. Semakin kita memahami dan mengerti hal-hal tersebut, kita akan semakin mudah berinteraksi dengan pemimpin kita.

Cara ketiga adalah menangkap antusiasme pemimpin Anda. Saat kita memiliki antusiasme yang sama dengan pemimpin kita, maka kita akan bisa lebih mudah berkomunikasi dengan pemimpin kita. Lebih jauh, jika kita memiliki antusiasme yang sama dengan pemimpin kita, maka ikatan di antara kita dan pemimpin kita akan muncul.

Cara keempat adalah mendukung visi pemimpin Anda. Isitilah lain dalam hal ini adalah satu visi dengan pemimpin Anda. Bagian ini ditutup dengan kalimat, “Promosikan impian pemimpin Anda, dan ia pun akan mempromosikan Anda.” *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry