Mukhlas Syarkun (FT/IST)

JAKARTA | duta.co – Penulis buku ‘Ensiklopedi KH Abdurrahman Wahid’, Mukhlas Syarkun melihat, bahwa, memanasnya perebutan kursi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam Muktamar ke-34 NU, belakangan sudah tidak sehat. Apalagi, isu yang mencuat tidak selaras dengan program-program keummatan NU.

“Yang kita baca justru saling serang individu. Viral di media sosial NU, bahwa kalau Kiai SAS (KH Said Aqil Sirodj) yang jadi Ketum PBNU (lagi), maka demokrasi di tubuh NU, menjadi mati suri. Klepek-klepek. NU tidak ikut arus besar transisi demokrasi. NU menjadi penganut Parpol yang feodal, otoritarian. Sama saja NU membiarkan orang melanggengkan kekuasaan. Ini jelas bertentangan dengan semangat Gus Dur,” jelas Kang Mukhlas panggilan akrabnya, kepada duta.co, Senin (20/12/21).

Bagaimana dengan Gus Yahya Cholil Staquf? “Sama! Bahkan lebih parah lagi. Mengapa? Karena kalau GY (Gus Yahya) yang menjadi Ketua Umum PBNU, besar kekhawatiran NU akan menjadi bagian, bahkan antek Yahudi. Ini karena kedekatan GY dengan Israel. Ini ‘kampanye hitam’ Kiai SAS kepada Gus Yahya. Bahkan kabarnya, ayat Walan tardha ‘ankal yahuudu walaannashaara hatta tattabi’a millatahum,  menjadi bacaan rutin timses Kiai SAS. Artinya, mereka benar-benar khawatir, NU menjadi antek Yahudi,” jelasnya Redaktur Majalah Risalah Nahdlatul Ulama tahun 2010 ini.

Masih menurut Kang Mukhlas, diam-diam PCNU sudah bergerak memperkuat calon alternatif. “Jangan kaget kalau ratusan PCNU, sudah membulatkan tekad mengusung KH As’ad Said Ali (Kiai ASA) menjadi Ketua Umum PBNU. Saya kok yakin, mayoritas PCNU memiliki naluri yang kuat. Mereka yang, selama ini berada di arus bawah, paham betul, siapa sosok yang muncul. Mereka pasti menghindari buah simalakama. Karena, ini menyangkut masa depan NU,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry