JIHAD : Bedah buku Fatwa dan Resolusi oleh penulis H. Agus Sunyoto bertempat di Gedung LBM Ponpes Lirboyo (duta.co/Nanang Priyo)

KEDIRI | duta.co – Memperingati Hari Santri, PCNU Kota Kediri menggelar Bedah Buku Fatwa dan Resolusi Jihad dihadiri sang penulis, H. Agus Sunyoto, Jumat (3/11) di Gedung Lajnah Bahtsul Masail Ponpes Lirboyo.

KH.Abdul Muid Shohib, penanggung jawab acara berharap acara ini mampu membangkitkan semangat para santri dan kelompok pemuda untuk selalu berjihad membela kebenaran.

Dihadiri sejumlah tokoh ulama, KH. An’im Falahuddin Mahrus, Ketua PCNU Kota Kediri, KH. Abu Bakar Abdul Djalil, para pengasuh dan pengurus pondok pesantren serta puluhan santri. Sejarah perjuangan para kyai didukung para santri, saat itu menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dengan tanpa digaji merupakan sejarah Kemerdekaan Indonesia yang terlupakan.

Bagaimana perjuangan sosok almarhum KH. Hasyim Asy’ari melawan tentara Jepang dan Inggris, dengan mengorbankan nyawa penuh ikhlas.

“Atas kisah itu, kemudian Almarhum Gus Dur mendirikan Diklat anti sosialis. Saya termasuk angkatan pertama, dengan harapan bahwa perjuangan para kyai ini dihargai selayaknya pahlawan nasional lainnya,” jelas Agus Sunyoto

Dikutip dari pernyataan Gus Dur, sebutan akrab almarhum KH. Abdurrahman Wahid merupakan cucu Kyai Hasyim, yang terjadi justru para pahlawan rata – rata dari kaum sosialis.

“Bung Tomo dulu adalah sosok wartawan, jago pidato tapi Inggris tidak tahu. Tapi sebagai rakyat, dia mampu memimpin pertempuran besar di Surabaya,” imbuh Agus Sunyoto.

Kemudian di Kediri, ada sosok Mbah Kyai Mahrus, memimpin perjuangan bersama rakyat melawan penjajah.

“Meski hanya latihan baris – berbaris dan menggunakan senjata bambu runcing, meski tidak mampu membidikkan senjata dengan jitu, namun melawan pasukan arterli membawa meriam kaliber besar, mampu mengalahkan mereka,” terangnya.

Diterangkan Agus Sunyoto, bagaimana Bung Tomo usai memenangi pertempuran melawan tentara Inggris, sampai mengumumkan siapa saja yang bisa menggunakan meriam, senapan dan mengoperasikan pesawat terbang.  “Namun tak satupun yang bisa menggunakan senjata dan menyalakan pesawat,” imbuhnya.

Kisah perjuangan 10 Nopember kemudian terkenal dengan Hari Pahlawan, ternyata menyisakan banyak kisah dan menjadikan inspirasi heroik bagi generasi muda.

“Peristiwa pertempuran hingga malam dan memakan waktu 100 hari ini, melibatkan anak kecil pun ikut berperang. Memanggul peluru untuk dibagikan kepada para pejuang. Sebenarnya buku ini akan kami launching pada Hari Pahlawan nanti diawali dengan Tahlil Kubro,” terang Agus Sunyoto. (nng)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry