Abdul Muhith – Dosen Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

MENGINGATKAN kembali bahwa wabah penyakit, bukan sekali dua pernah menjadi Pandemi didunia. Setiap peristiwa berbeda penyebab dan pola sebarannya.

Virus Covid-19 mudah menyebar diantara orang-orang (community spreads) sebelum gejala muncul, sehingga banyak orang terkecoh padahal sedang berada disekitar orang-orang yang sudah terinfeksi.

Sang Virus butuh Inang untuk bertahan hidup. Kehadirannya, perkembangan dan pengulangannya sangat terkait dengan perilaku dan kebiasaan “buruk” manusia. Sekalipun manusia dianugrahi kesempurnaan oleh Sang Pencipta, diberi akal dan indrawi yang lengkap, dan dengan kelengkapan itu terbukti manusia mampu mengelola dunia, tetapi tetap saja lebih banyak yang tidak mampu mengelola dirinya atau kebiasaannya.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Dalam masa Pandemi Covid-19, tiap Negara bagai membuka “Kotak Pandora” yang antara lain membuka status dan perilaku buruk kesehatan masyarakatnya. Dan juga status ekonomi, status pendidikan, status kewaspadaannya dan kedisiplinannya.

Bangsa China tempat awal kejadian Corona virus sejak tengah Desember 2019, menyadari adanya karakter yang sama pada ribuan penderita gangguan pernafasaan, langsung melakukan Surveilans Epidemiologi, Uji Mikrobiologi, dan berbagai Konfirmasi lintas keilmuan, menemukan adanya “virus” baru.

Ada sejumlah alasan yang bisa diperdebatkan mengapa Indonesia HARUS vaksinasi
Upaya Penanggulangan Virus Covid-19 sudah dilakukan. Pengorganisasian sudah mengalami beberapa perubahan dan perluasan.

Penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) bagi Daerah yang mematuhi arahan Kebijakan Pusat maupun yang tidak menerapkan PSBB (sekalipun Daerahnya sudah “Red zone”), hingga penerapan fase Transisi dan kembali PSBB sudah dilakukan.

Episentrum kasus sudah berpindah-pindah, tidak hanya Jakarta. Kampanye 3 M diikuti dengan pendekatan Perisai Iman-Imun-Aman juga sudah disosialisasikan secara gencar. Problem paling kritis saat ini adalah semakin sedikit ketersediaan fasilitas kesehatan dan ratio Tenaga Kesehatan.

Tidak hanya TT, tetapi juga perbekalan kesehatan lainnya seperti peralatan medis, farmasi, oksigen, ventilator, dan berbagai life support medical equipment lainnya, disamping logistic seperti APD, ICU, dan tenaga kesehatan multi disiplin dan aneka kompetensi, yang semuanya tentu ada batasnya.
Tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga non-kesehatan

Keseimbangan hidup menjadi terganggu disemua aspek. Kesan gamang dalam kebijakan Penanggulangan Covid-19 terbaca public dari tarik- menarik kepentingan sektoral, utamanya antara Kesehatan dan Ekonomi. Kesan dikhotomi menimbulkan komplikasi yang semakin memperberat status kesehatan dan beban ekonomi.

Dua beban besar kini membayangi. Dibidang kesehatan dibayangi oleh ancaman Gelombang Penyebaran Virus Covid-19, yang kini sudah mulai terjadi dibanyak Negara Eropah.

Dan di bidang Ekonomi, resesi yang terjadi dibanyak Negara kini sudah terjadi di Indonesia dimana Produk Domestik Bruto (PDB) sudah dibawah minus-3. Jika tidak segera ditemukan “exit strategy” dalam waktu cepat dan tepat bukan mustahil terjadi bencana sosial kesehatan.

Memasuki 2022, Upaya Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional harus sudah memiliki Rencana Aksi Mengawal Sukses Vaksinasi Covid-19.

Sejumlah penguatan seperti Pengorganisasian yang harus ditarik kepuncak tertinggi untuk diambil oleh Presiden atau Wakil Presiden, sebagaimana pernah disampaikan Profesor Siti Zuhro, selain akan memperkuat Relasi Pusat dan Daerah, juga akan menyebabkan semua kekuatan Nasional bekerja dalam gerakan yang sama, prioritas yang sama dan meredam “konflik interes” sektoral atau kedaerahan.

Saatnya pula Menteri yang mempunyai tanggungjawab dalam urusan Kesehatan ditempatkan sebagai Penjuru Operasional, dan menjadi Komandan Lapangan dengan mengajak dan melibatkan seluruh Stake Holders kesehatan menjadi satu kekuatan besar menggalang potensi masyarakat untuk bergerak bersama.

Tanpa Rencana Aksi yang Komprehensif, kerawanan yang mulai muncul disana-sini, termasuk KERAGUAN akan VAKSIN Covid-19, bukan mustahil akan menggoyahkan Ketahanan Nasional.

Ada 4 Prinsip pada Ottawa Character For Health Promotion, yang bisa digunakan dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam vaksinasi Covid-19, sbb:

1. Prasyarat. Promosi yang didalamnya terkandung Edukasi dan Perubahan Sikap harus diselenggarakan dalam suasana damai, berkeadilan, terbuka, mendidik dan interaktif.

2. Advokasi. Prinsip advokasi ditujukan agar seluruh pemangku kepentingan (terutama Pemerintah Pusat dan Daerah, Ormas, Tokoh, Pemuka Agama, dll) memiliki komitmen yang kuat dan membuat Kondisi melegakan dan mencerahkan bagi masyarakat.

3. Pemerataan (Enable). Peng-gratis-an Vaksinasi oleh Bapak Presiden adalah langkah tepat untuk mencapai rasa kesetaraan dan tanggungjawab bersama dalam bidang Kesehatan. Hal ini mengurangi perbedaan status kesehatan dan memastikan setiap orang mendapat kesempatan sama untuk mencapai status kesehatannya.

4. Mediasi. Pendekatan mediasi bermakna bahwa Pembangunan Kesehatan merupakan tugas yang bersifat multi sektoral, tidak bisa hanya dilakukan oleh Sektor Kesehatan sendiri. Program vaksinasi memiliki strategi pencapaian yang harus disesuaikan dengan system sosial, budaya, kultur, agama, pendidikan, ekonomi, tehnis transportasi dan banyak lagi.Sistem kerjanya harus pola Kordinasi Lintas Sektoral. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry