Farah Nuriannisa, S.Gz., M.P.H. – Dosen S1 Gizi Fakultas Kesehatan

BEBERAPA bulan ini seluruh dunia tengah gempar dengan adanya penyakit baru, yaitu Corona Virus Disease (COVID)-19. Terhitung sejak Desember 2019, jumlah kasus positif COVID-19 di seluruh dunia telah mencapai 1,2 juta orang dan hingga saat ini belum ada tanda bencana pandemi ini akan mereda.

Di Indonesia, sejak kasus positif pertama ditemukan (2 Maret 2020) hingga pada saat tulisan ini ditulis (5 April 2020), jumlah pasien positif COVID-19 adalah sebesar 2.273 orang, dengan tingkat kematian (fatality rate) sebesar 8,71%.

Penularan virus yang terjadi secara cepat dan masif ini salah satunya dapat diakibatkan oleh masih barunya virus SARS-CoV-2 ini sehingga belum ada antibodi atau sistem imun yang dapat melawan keberadaan virus ini dalam tubuh manusia. Hal ini menuntut para tenaga kesehatan, akademisi, dan peneliti untuk terus mencari dan mengembangkan vaksin untuk mencegah COVID-19 ini.

Selain menerapkan social and physical distancing serta perilaku hidup bersih dan sehat, bentuk pencegahan mandiri yang juga dapat dilakukan oleh masyarakat adalah dengan meningkatkan imunitas dalam tubuh. Tahukah Anda bila sekitar 70% sistem imun dalam tubuh kita diatur oleh sistem pencernaan?

Sistem pencernaan kita, terutama usus besar, memiliki triliunan mikroorganisme (bakteri), dimana hasil metabolisme bakteri tersebut dapat membantu mencerna makanan, mengeliminasi racun, serta memproduksi molekul atau senyawa aktif yang dapat melindungi kita dari berbagai jenis mikroba patogen (pembawa penyakit).

Keseimbangan antara bakteri baik dengan bakteri jahat (patogen) dalam pencernaan kita dapat dijaga dengan cara mengonsumsi produk probiotik dan prebiotik. Menurut World Health Organization (WHO), probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup akan membawa manfaat untuk kesehatan (beberapa jenis bakteri probiotik, antara lain adalah Lactobacillus plantarum, Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus, dan Bifidobacterium).

Sedangkan prebiotik adalah bahan makanan, terutama bahan susah cerna, yang dapat meningkatkan aktivitas dari bakteri probiotik. Contoh dari produk kaya probiotik adalah yogurt, sedangkan prebiotik dapat diperoleh dari konsumsi bahan makanan berserat (sayur dan buah) maupun berkarbohidrat kompleks (ubi, kentang, beras merah, gandum). Adapun jumlah bakteri probiotik yang disarankan untuk berefek pada kesehatan adalah sebanyak 100 ml dengan kandungan bakteri >106 CFU/ml.

Adanya bakteri probiotik dalam tubuh kita dapat berdampak pada regenerasi sel-sel saluran cerna, sehingga proses absorbsi berbagai zat gizi dapat menjadi lebih baik. Absorbsi zat gizi yang optimal akan berefek pada kecukupan zat gizi dalam memenuhi kebutuhan tubuh kita.

Terutama antioksidan dan antiinflamasi (omega-3), sehingga sistem imun juga akan lebih terkontrol. Bakteri probiotik juga dapat mensekresi senyawa bioactive peptide yang dapat berperan sebagai antioksidan, antibakteria, serta angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor).

Berdasarkan penelitian dari Irvine et.al pada tahun 2011 (mengenai efek konsumsi yogurt pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)), konsumsi yogurt dapat menyebabkan perbaikan kondisi flora usus, sehingga berdampak pada perbaikan kondisi gut associated lymphoid tissue (GALT).

Di mana pada kondisi GALT yang optimal dapat mengurangi jumlah virus dalam saluran pencernaan. Penelitian yang dilakukan oleh Kanauchi et. al (2018) mengenai efek probiotik pada infeksi virus juga menjelaskan bahwa konsumsi probiotik menyebabkan aktivasi dari sel dendrit tubuh sehingga dapat menstimulus produksi type-1 interferon (IFNs).

Produksi dari type-1 interferon ini akan berdampak pada proses eliminasi virus. Penelitian yang sama juga membahas bahwa bakteri probiotik (terutama Lactobacillus casei) dapat memodulasi pengaktifan natural killer (NK) cells, yang merupakan first line dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi infeksi virus.

Meskipun belum ada penelitian mengenai efek pemberian probiotik terhadap infeksi coronavirus maupun COVID-19, namun setidaknya beberapa penelitian di atas telah membuktikan bahwa kondisi flora usus yang baik dan seimbang dapat membantu tubuh melakukan perlawanan terhadap infeksi virus.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, kondisi flora usus yang seimbang dapat diperoleh dari konsumsi probiotik dan/atau prebiotik. Jadi, tidak ada salahnya kan, mencoba menggunakan bakteri usus kita sebagai salah satu “senjata” melawan COVID-19 ini? *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry