“Meski partai ini ada sebagian orang menstigma anti ASWAJA, namun, kenyataan sebaliknya, kiprahnya justru sejalan dengan ASWAJA. Menghidupkan khazanah Aswaja dengan Lomba Baca Kitab Kuning.”
Oleh Dr Moh Mukhrojin

JARANG yang paham, bahwa, tahun ini (2022) adalah tahun ke-5 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar Lomba Baca Kitab Kuning (LBKK) bagi kalangan santri di Indonesia. Pesertanya ribuan, bahkan bisa tembus puluhan ribu, pada saatnya nanti.

Dari lima tahun itu, kita bisa menganalisa, di mana sesungguhnya potensi-potensi keulamaan itu tumbuh. Sekaligus, di mana pula daerah yang masih gersang. Sebagai insan pesantren, tentu, berharap partai ini terus konsisten menghidupkan tradisi Aswaja an-nahdliyin sebagai basic tumbuhnya Islam yang rahmatan lilamalin.

Kita tahu, kitab kuning adalah sebuah buku karangan ulama  salaf yang berbahasa arab yang tidak ada harakatnya. Atau bisa disebut dengan kitab gundul. Dan karena kebanyakan kertasnya berwarna kuning, maka, disebut juga kitab kuning walaupun dewasa ini, banyak pula yang memakai kertas putih. Bahkan seiring waktu kitab kuning menjadi kitab digital karena sudah di konversi ke PDF di Gadget.

Tidak semua orang Islam  mampu membaca kitab kuning, meski sudah mampu membaca Alquran. Mengapa? Karena untuk membaca kitab ini harus belajar Ilmu Bahasa Arab. Setidaknya paham kaidah Nahwu dan Shorof.

Karenanya untuk menjumpai orang yang bisa membaca kitab kuning, ini kesulitan dewasa ini, jika bukan Pondok Pesantren yang mengajarkanya. LBKK ala PKS menjadi sangat menarik dan bermanfaat. Bukan saja bagi kalangan santri dan pesantrennya, tetapi, juga bagi bangsa dan negara. Mengapa? Karena di sini juga ditanamkan bagaimana berbangsa dan bernegara yang baik.

Karena itu, ilmu membaca kitab kuning menjadi sangat penting. Dengan kemampuan itu, kita bisa menggali pikiran ulama-ulama salaf, yang masih jernih, tidak terkontaminasi politik partisan.

Rasulullah SAW bersabda memakai Bahasa Arab, karena nabi lahir di Arab. Alquran pun berbahasa Arab, umat Islam setiap hari Sholat lima waktu memakai Bahasa Arab, berdoa juga memakai Bahasa Arab. Oleh sebab itu belajar Bahasa Arab sebenarnya lebih penting dari pada belajar Bahasa yang lainya.

Namun demikian untuk membumikan belajar Bahasa Arab atau membaca Kitab kuning tidaklah mudah. Perlu waktu yang lama untuk memahaminya. Sementara umat muslim pada umumnya suka yang instan atau membaca terjemahan saja, tanpa mengetahui seluk beluk kedudukan kalimat.

Padahal jika kita membaca hadits tanpa mengetahui kedudukan kalimat, atau secara tekstual saja, itu sangat rawan dalah tafsir. Sehingga membaca kitab kuning peninggalan umala Salaf menjadi sangat penting untuk melihat kedudukan hadits secara menyeluruh.

Belajar Bahasa Arab melalui kitab kuning berbeda dengan Bahasa Arab percakapan yang dilakukan orang arab. Mengapa? Karena jika belajar bahasa arab percakapan, itu hanya menekankan pada: Yang penting paham dalam berbicara. Namun jika Bahasa arab kitab kuning harus sesuai susunan grammer, kedudukan  kata, kalimat, huruf.

Sehingga belajar membaca kitab kuning di samping mendalami ilmu agama, juga menguji kecerdasan, ketelitian dan pikiran  dalam membaca suatu kalimat.

Apresiasi PKS

Sedikitnya umat Islam yang mau belajar Bahasa Arab atau membaca kitab kuning kemungkinan ada beberapa faktor penyebab. Pertama, kurangnya dorongan dari umat Islam sendiri untuk memboomingkan belajar kitab kuning.

Sementara dalam sebuah perlombaan (Musabaqoh) yang booming masih pada penguasan Tilwah atau MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an), di mana setiap tahun terselenggara oleh Kementrian Agama.

Sudah semestinya Lomba Baca kitab kuning (LBKK) ini juga kita boomingkan. Alhamdulillah ada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang  sudah mempelopori perlombaan ini sejak lima tahun terkhir ini.

LBKK PKS setiap tahun ini mendorong pemuda muslim untuk belajar membaca kitab kuning karena ada apresiasi yang tinggi dari PKS.

Meski partai ini ada sebagian orang menstigma anti Ahlusunah Wal Jamaah (ASWAJA) namun, sebaliknya, kiprahnya justru sejalan dengan ASWAJA, menghidupkan Khazanah Aswaja yaitu Membaca Kitab Kuning.

Ke depan harapanya semua partai yang peduli dengan Islam, membuat kegiatan serupa dan lebih baik lagi. Ada pembinaan khusus untuk pemuda Muslim kita, agar bisa membaca kitab kuning dengan baik. Dengan begitu In sya Allah budaya Membaca Kitab kuning akan menjadi Booming dan Bangsa kita menjadi Bangsa yang cerdas. *

*Dr Moh Mukhrojin, MSi adalah Pengasuh PP Bismar Al Mustaqim, Dosen Ilmu Sosial dan Politik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG-Surabaya).

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry