Angga Prayoga. (FT/IST)

SIDOARJO | duta.co – Pria kelahiran Surabaya 27 tahun silam, anak kedua dari empat bersaudara, berbagi kisah. Berawal dari sekolah di Kediri (Pare), Angga Prayoga, warga Desa Sedengan Mijen, Kecamatan Krian, Sidoarjo, menjadi mualaf ditahun 2011. Ia tersentak saat mendengar suara adzan saat berkumpul dengan teman satu kos di teras atas kosnya.

Ditemui duta, Selasa (27/4/21), Angga menceritakan, saat itu, ketika sekolah bahasa Inggris tahun 2011, ia bersama teman nasrani dan juga teman muslin dari Jawa Tengah bekumpul di atap (teras) kos. “Sembari melihat cewek-cewek cantik di belakang kost. Karena kebetulan di belakang kost itu kos cewek mas, kita sambil mengerjakan tugas,” cerita Angga bercanda.

Dari obrolannya bersama teman-temannya di atas kos, tepatnya diteras, suatu ketika, dirinya tersentak ada Suara Adzan dari timur ke barat secara bergantian dan menggema di langit.

“Hal itu membuat hati saya terontak-terontak kagum dan juga gemetar, lebih tepatnya panas dingin,” kenang Angga teringat hal itu.

Lebih jauh, pria yang saat ini berprofesi sebagai jurnalis media online Lentera tersebut menceritakan, setelah mengalami kejadian itu, ia turun ke kamar dan tak henti-hentinya memikirkan suara adzan itu.

“Karena selalu menggema dan teringat dipikiran saya. Setiap hari bawaannya selalu gelisah, bimbang dan tak menentu. Tak terasa tiga hari saya di kamar dan hanya minum dan makan snack yang ada di kamar, karena mau keluar saja bingung (linglung) dan was-was,” imbuhnya bercerita.

Bersamaan, ketika itu, temannya mengetuk kamarnya saat Angga berada di kamar, dan temannya menganjurkan Angga membasuh muka. “Karena, saat itu, seketika saya disuruh membasuh muka saya tidak tahu yang namanya wudhu dan diarahkan wudhu dan membaca doanya,” tambahnya.

“Teman saya menyuruh wudhu padahal saya tidak mengenal wudlu, dan setelahnya itu saya disuruh cerita apa yang terjadi. Masih linglung cerita, saya jawab gitu mas,” jelas Angga.

Akhirnya, Angga bertanya-tanya, dan sejak kejadian itu, dirinya gemetar bak disambar petir. Padahal, itu mendengar suara Adzan.

Setelah kejadian itu, ia bertekad masuk islam dengan dibantu teman yang dari Jawa Tengah dan diajak menemui seorang Kyai di Kediri. “Tidak lama setelah saya merasa enakan, beberapa hari untuk mengucapkan dua kalimat syahadat yang baru saya ketahui. Dan doa wudhu pun saya kira itu mantra. Saya sempat tertegun dan tertawa kecil saat itu,” ujar Angga.

“Basuh muka dan lainnya, ternyata Wudhu, Doa atau baca Al Quran (ngaji) saya kira baca mantera, gerakan sholat saat itu saya kira gerakan yoga. Dan masih banyak kelucuan karena ketidaktahuan saya saat itu teman mengajarkan tentang islam. Itu mas sampai sekarang kalau teringat,” terangnya sambil tertawa.

Setelahnya, ia mendalami islam di Al Falah Surabaya. Disitu pula, ia mengganti KTP untuk administrasi surat dan perubahan KTP-nya. Angga menetap di Al Falah dan tidak pulang ke rumah karena orang tuanya menolak lantaran dirinya masuk islam.

“Alhamdulillah mas, setelah masuk Islam bisa menata dan menatap kehidupan lebih baik dan semangat hidup ada. Dulu saya hampir mau bunuh diri karena keluarga saya broken home, dulu saya pemabuk, suka clubbing dan lain sebagainya,” ungkap Angga yang terlihat terharu dan bersyukur.

“Ya Alhamdulillah kesamber adzan, bukan petir atau kilat. Sekarang Alhamdulillah Kakak saya yang perempuan ikut muslim juga (mualaf),” ucapnya mengakhiri cerita.

Sementara itu, diketahui, riwayat pendidikan Angga yakni SDK St. Aloysius 1, Surabaya, dilanjutkan SMPK Angelus Custos 1, Surabaya, dan dilanjutkan di SMK Dharma Bahari, Surabaya.

Sebelumnya, Angga pernah menjabat sebagai Misdinar Romo di Gereja Katolik Santa Maria pada tahun 2004 sampai 2010. Putra Altar atau Misdinar, adalah mereka yang membantu Imam saat mengadakan Perayaan Ekaristi. Pada awal mulanya, seorang Putra Altar adalah sebuah tingkatan pastoran sebelum menjadi imam. Dirinya pun juga pernah menjadi Aktivis gereja.

“Alhamdulillah, kedua putri saya, yang pertama umur 8 tahun, yang kedua umur 7 tahun, serta istri saya bernama Novita Tetty D. K, warga asli Trenggalek, muslim semua,” pungkas Angga. (loe)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry