Ustadzah Rini melakukan test baca ayat dan artinya pada siswi SD kelas 3 usai mengikuti Metode HoBI. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Masih ingat warning Presiden Jokowi kepada santri di Muktamar ke-34 NU di Lampung, bahwa, cepat atau lambat kita akan mengadapi era metaverse besutan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg?

Mark, rupanya, akan memaksa hadirnya sebuah zaman di mana, bangunan dunia cukup dari internet. Ini akan menjadi realitas virtual bersama yang, dia buat semirip mungkin dengan dunia nyata. Inilah dunia internet tahap dua, di mana manusia gampang mewujudkan imajinasi lewat virtual.

Cahya Yudi Widianto, salah seorang inovator Indonesia, percaya jika Mark sanggup mewujudkan impian itu. Apalagi dia merogoh koceknya hingga USD50 juta atau Rp709 triliun. Menurut Cahyo, panggilan akrabnya, otak manusia, sesungguhnya bisa bekerja lebih dari itu. Dan harus siap mengimbangi metaverse.

“Saya sedang kembangkan metode HoBI (Holistic Brain Improvement). Dengan metode ini, anak kita tidak perlu menghafal, cukup menyimpan file (gambar) teks dalam otak. Bisa simpan sebanyak-banyaknya, kapan saja bisa membacanya. Orang menyebut hafal, padahal membaca teks yang tersimpan dalam otak,” jelas Cahyo, santri PP Darul Ulum Jombang, juga alumni Universitas Muhammdiyah Malang, kepada duta.co, Sabtu (31/12/21).

Santri almaghfurlah KH Rifa’i Romly Rejoso, Jombang ini awalnya masih khawatir jika temuannya menjadi kontroversi jika belum terbukti secara ilmiah. Karena itu, ia bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) untuk menelitinya. Bersama Prof Dr Mustofa, M Kes Apt, Dra Sri Kusrohmaniah, MSi, dr Ahmad Asmedi, MKes, dan dr Ginus Partadiredja ia bedah kerja otak anak. “Saya konsentrasi ke otak anak yang masih bersih,” terangnya.

Dari kanan : Mokhammad Kaiyis (wartawan duta.co), Ustadz Cahyo (Cahya Yudi Widianto), Gus Didit dan Ustadzah Rini dalam bincang-bincang dengan Cahaya AstranawaTV. (FT/Herlambang)

Bahkan metode ini juga pernah dikaji pakar dari Universitas Toronto, Amerika Utara. Tepatnya di wilayah Toronto, Ontario, Kanada. Hasilnya? Penelitian itu memberikan sejumlah kesimpulan. Antara lain, setelah mengikuti pelatihan HoBI anak didik mampu membaca dengan mata tertutup. Hanya saja, mekanismenya dengan mata tertutup, masih diperlukan penelitian lagi.

“Kalau selama ini santri mengenal ilmu laduni (bisa mengetahui sesuatu tanpa belajar secara langsung, maupun belajar secara akademis), itulah metode HoBI. Anak dengan cepat bisa menyimpan file dalam otak dan bisa membacanya kapan saja,” terangnya.

Untuk menyulap agak tempak genius, lanjutnya, tidak butuh lama. Juga tidak perlu menjadi anak autis. Tahap pertama 20 hari, tahap kedua 20 hari. “40 hati anak sudah terlatih dengan gelombang teta. Untuk menguasai ilmu nahwu-sorof, misalnya, tidak harus menghafal, cukup merekam kaidah-kaidahnya, anak sudah tahu. Istilahnya anak bisa menyontek tetapi tidak pakai teks fisik. Karena sudah di-file dalam otak,” tegasnya.

Bagaimana prosesnya? Tahap pertama, Optimalisasi dan Stimulasi. Proses melatih anak mencapai kondisi otak berada pada gelombang teta dan memberikan stimulasi visual, auditory dan somatosensorik agar kemampuan thalamus semakin berkembang. Tahap kedua, pemberian materi. Ini butuh waktu 48 jam, agar anak bisa merekam seluruh materi yang ada.

Selajutnya ada Super Memory I. Di sini memory otak ditata sehingga memudahkan pada proses re-calling setiap informasi yang dibutuhkan. Saat penataan sudah sempurna dan isi folder mencapai jumlah yang banyak, otak akan memiliki Library (pustaka). Bila pustaka di memory sudah banyak, maka, otak sangat cepat mengenali informasi baru. Otak mengalami plastisitas (berkembangnya kapasitas memory).

Lalu, masuk Super Memory II. Pada tahap ini akan ditingkatkan koordinasi fungsi vision dan eye movement. Otak akan memerintahkan fungsi speech agar siswa mampu menceritakan dan menggambarkan apa yang telah ditulis dalam pikirannya (brain scanning). Di tambah juga metode copy paste (photo reading).

“Sekarang sedang berjalan di sejumlah pesantren di Jatim. Penekanannya kepada penguasaan baca tulis Alquran sampai mengartikannya. Anak hafal Alquran sekaligus maknanya dalam hitungan hari. Sebentar lagi kita kembangkan penguasaan nahwu-sorof. Mengapa ini bacaannya fathah, dhammah, kasrah. Nanti kita kumpulkan mufradat (vocabulary) atau himpunan kata yang sudah familier di telinga anak,” jelasnya.

Hebatnya lagi, metode HoBI ini juga membentuk karakter anak, bukan hanya cerdas dan kreatif, tetapi juga berakhlaq mulia. “Sejumlah anak yang mengikuti metode ini, tiba-tiba saja mengembalikan barang yang diambil dengan cara tidak benar. Ini ada kesadaran tinggi, mana yang boleh dan tidak,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry