Grand Opening ASHA IVF RS PHC Surabaya di Gedung PMC, RS PHC Surabaya. (dok/duta.co)

SURABAYA – Makin banyak saja pasangan yang mengalami infertilitas dengan berbagai sebab. Berdasarkan data statistik ada sekitar 300 pasangan sulit memiliki buah hati atau mengalami gangguan kesuburan (infertilitas) di wilayah Surabaya Raya. Jumlah ini diprediksi terus meningkat tiap tahun karena sejumlah sebab.

Dan Rumah Sakit (RS) PHC Surabaya kini memiliki layanan terbaru ASHA IVF, yakni layanan teknologi reproduksi berbantu alias bayi tabung dengan mengusung teknologi terbaru. Solusi pilihan bagi pasangan yang belum mendapatkan keturunan meski di Kota Surabaya saat ini sudah banyak RS yang memiliki layanan program bayi tabung.

Direktur Utama ASHA IVF Indonesia Dr dr Amang Surya P, SpOG, F-MAS mengatakan dengan dibukanya layanan ASHA IVF ini, menjadikan RS PHC sebagai rumah sakit pertama dalam jaringan Rumah Sakit BUMN IHC yang memiliki layanan bayi tabung.

“Ini pertama di Surabaya tepatnya di PHC. Tapi nanti kita berencana untuk meng-Indonesia. Dalam waktu 5 tahun mudah-mudahan kami bisa membangun 8 klinik IVF di seluruh Indonesia, dan 30 fertilitas klinik di seluruh Indonesia, dimana pada saat ASHA IVF klinik itu berdiri nanti ada 5 ASHA fertility,” ujar dr Amang, Kamis (1/9/2022).

Spesialis Obstetri dan Ginekologi Dokter Amang Surya mengatakan keberadaan lima klinik IVF yang ada di Surabaya pun dirasa masih kurang untuk mewujudkan impian para pasangan guna memiliki momongan. Melihat hal tersebut pihaknya menghadirkan ASHA IVF Indonesia di RS PHC Surabaya.

“Dari data tersebut, kurang dari 200 pasangan yang terlayani. Sisanya bisa belum terlayani atau keluar negeri. Ini menjadi tugas kami untuk membantu para pasangan infertilitas dalam, yang mendamba buah hati,” kata Amang Surya, (01/09/2022).

Dokter Amang mengungkapkan, tak hanya dilengkapi dengan dokter spesialis yang kompeten, pihaknya juga menghadirkan teknologi terbaru dalam pelayanan bayi tabung. Salah satu teknologi terbaru yang dihadirkan ialah Intra Cytoplasmic Mophologically-Selected Sperm Injection (IMSI). Teknologi ini digunakan untuk membantu memilih sperma dengan morfologi terbaik guna mendapatkan hasil embryo yang terbaik.

“Setelah proses pembuahan, embryo juga dapat disimpan dalam inkubator dengan teknologi Time-Lapse untuk menghasilkan foto perkembangan embrio secara real time tanpa mengeluarkannya,” terangnya ditemui di lantai 5 RS PHC Surabaya.

i samping itu, dokter Amang juga kembali mengingatkan bahwa program bayi tabung atau IVF bukanlah alternatif terakhir melainkan, sebuah pilihan program untuk memiliki buah hati.

“Di mana ini adalah salah satu solusi saat menentukan treatment kasus vertilitasi. Jadi bukan alami dulu, inseminasi dulu baru diakhiri IVF. Melainkan berdasarkan problem yang ada dan yang dialami,” terangnya.

Menurutnya, bila ada indikasi harus melakukan IVF tapi dicoba dengan cara alami dan sebagainya, maka akan buang waktu dan biaya. Mengenai biaya program IVF sendiri tergantung usia dan dosis yang digunakan. “Biayanya bisa Rp70 hingga Rp90 juta, jumlah ini lebih murah dari pada di negara tetangga,” ungkapnya.

Kehadiran klinik fertilitas di Surabaya ini juga disambut gembira para pejuang garis dua (pejuang hamil). Salah satunya ialah pasangan Chef Ken dan istrinya, Rosalina Alim.

Pasangan yang sudah menikah 10 tahun ini mengaku senang karena di tengah perjuangan mereka mendapatkan momongan, ada support dari dokter.

“Saat ini saya bersama istri sudah menikah selama 10 tahun dan sedang berjuang untuk mendapatkan momongan. Kami sebagai pasangan menuju dua garis merasa berjuang tidak sendiri, kami merasa punya harapan menjadi orang tua,” ujar jebolan ajang MasterChef Indonesia ini, ditemui di tempat yang sama.

Amang menambahkan tidak hanya dari biaya saja. Tapi kesadaran dari masyarakat serta para dokter SpOG terhadap layanan IVF masih relatif rendah. Padahal, IVF bukanlah alternatif terakhir melainkan sebuah solusi saat menentukan treatment pada kasus fertilitas.

“Jadi bukan harus dimulai dari cara alami dulu, kemudian inseminasi baru berakhir di IVF. Tapi didasarkan atas problem atau masalah fertilitas yang dialami, kalau misalnya memang problemnya itu merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan IVF, ya IVF merupakan pilihannya. Bukan berarti harus dicoba dulu dengan alami, maka akan membuang waktu dan biaya,” terangnya.

Amang menyebut bahwa sekitar 12,5% penduduk Jawa Timur merupakan pasangan fertilitas yang membutuhkan terapi. Sedangkan di Surabaya sendiri, kurang lebih ada 300 pasangan yang harus mendapatkan layanan bayi tabung. imm

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry