Sih Kawuryan Yulianes Kufa dan Gregorio Diovani Wahanie, mahasiswa prodi Teknik Elektro UK Petra angkatan 2018, menerapkan aplikasi berbasis IoT untuk urban farming di Kelompok Tani Wanita Serpis Jalan Jemursari V Surabaya, Kamis (20/1/2022). DUTA/wiwik

SURABAYA | duta.co — Dua mahasiswa prodi Teknik Elektro UK Petra, Sih Kawuryan Yulianes Kufa dan Gregorio Diovani Wahanie membuat aplikasi berbasis Internet of Things (IoT) untuk urban farming. Aplikasi itu diterapkan pada Kelompok Tani (Poktan) Wanita Serpis di Jalan Jemursari V Surabaya, Kamis (20/1/2022).

Kegiatan ini merupakan bagian dari LEAP (Leadership Enhancement Program) yang merupakan aplikasi Gari MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) di kampus UK Petra.

Mahasiswa mengerjalan proyek ini selama lima bulan sejak Agustus hingga Desember 2021. Kebun bernama SERPIS Kebun Kita itu memiliki luas sekitar 27 x 10 meter yang di dalamnya terdapat media bercocok tanam organik seluas 6 x 4 meter dengan dua bangunan greenhouse untuk media tanam hidroponik dengan masing-masing luasannya 5,6 x 8 meter dan 4×8 meter.

Berbekal bantuan dana dari kampus sejumlah Rp 10 juta, para mahasiswa kemudian melakukan berbagai uji coba. Sebelumnya mereka juga melakukan survei terlebih dahulu sehingga karya yang mereka sesuai dengan kebutuhan.

Sih Kawuryan Yulianes Kufa atau yang akrab dipanggil Yeka merinci totalnya membuat lima rancang bangun sistem dan website. Lima rancang bangun sistem itu terdir dari satu Sistem PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), satu Sistem Penyiraman Tanaman Media Tanah Automatis, Sistem Pengkabutan serta Pendeteksi Kadar Air pada Bak Hidroponik untuk dua Ruang Greenhouse dan sebuah Aplikasi “SERPIS” berbasis Android sebagai dashboard kontrol dan monitor sistem.

“Kelompok kami menemukan masalah utamanya terletak pada kesulitan mengukur suhu yang tepat dalam ruang greenhouse agar tanaman Hidroponik itu tidak cepat rusak serta lokasinya yang jauh dari rumah,” kata Yeka.

Yeka dan Gregorio memanfaatkan dua unit panel tenaga surya yang sudah ada, dengan pemrogaman maka penyemprotan dan pengukuran kelembapan tanah bisa dijalankan secara otomatis.

“Sehingga jika alat mendeteksi tanah kering maka secara otomatis air akan keluar dan menyirami tanaman hidroponik Itu. Dan semuanya itu bisa di kontrol melalui aplikasi yang dinamai SERPIS dengan menggunakan bahasa pemrogaman Java., tambah Gregorio.

Penamaan aplikasi memang sengaja dibuat sesuai dengan nama asli kormunitas ini yaitu SERPIS, yang merupakan sebuah dashboard bagi pengurus komunitas untuk melakukan monitoring dan kontrol sistem penyiraman Automatis serta sistem pengkabutan. Tak hanya itu saja, website yang telah dibuat oleh Yeka dan tim ini berencana akan dijadikan e-commerce (market place) supaya produk-produk dari KRPL SERPIS bisa dijual secara online. ril/wik

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry