Pengambilan sumpah dokter lulusan Fakultas Kedokteran Unusa, di Auditorium lantai 9 Kampus B Unusa, Sabtu (23/4/2022). DUTA/ist

65 Persen Meraih Nilai di Atas 80 atau Katagori A

SURABAYA | duta.co – Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (FK Unusa), melantik 22 dokter, Sabtu (23/4/2022). Pelantikan dilakukan Dekan FK Unusa, dr Handayani,MKes. Para dokter baru yang dilantik dan disumpah itu adalah mahasiswa FK Unusa angkatan ke-2, 2015.

Dalam Pelantikan dan Sumpah Dokter ke-3 Periode April 2022 itu dihadiri Rektor Prof Dr Ir Achmad Jazidie, MEng, Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsi) Prof Dr Ir Mohammad Nuh, DEA serta jajaran rektorat Unusa.

Yang membanggakan para dokter ini lulus ujian kompetensi mahasiswa program profesi dokter (UKMPPD) first taker (pertama kali). Seperti diketahui UKMPPD wajib diikuti para mahasiswa program profesi dokter agar bisa lulus menyandang gelar dokter. Tapi banyak yang tidak lolos dan harus menempuh ujian berkali-kali.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

“Alhamdulillah dari semua mahasiswa profesi dokter yang mengikuti UKMPPD lulus 100 persen first taker. Ini lebih tinggi dari angkatan pertama yang 98 persen first taker,” ujar Handayani.

Walau kata dr Handayani, masih belum semua mencapai nilai terbaik secara nasional, namun mahasiswa Unusa tidak main-main mengikuti UKMPPD ini. “Bahkan 65 persen dari mahasiswa yang ikut, nilainya di atas 80 atau masuk katagori A,” tandas dr Handayani.

Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie mengaku bangga dengan capaian mahasiswa program profesi dokter ini. “Sungguh prestasi yang luar biasa, kita bangga dengan capaian yang sudah diraih ini,” tandas Prof Jazidie yang mengaku sedang mempersiapkan prodi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

FK Kantongi Akreditasi B

Capaian FK Unusa bukan tanpa perjuangan. Diakui dr Handayani, 2020 – 2021 pandemi Covid-19 membuat FK mengalami keterbatasan melaksanakan akreditasi. Terutama untuk prodi profesi dokter. “Setidaknya akreditasinya bisa B seperti program pendidikan dokter. Berat memang tapi kami jalani. Dan Alhamdulillah akhirnya bisa meraih akreditasi B,” tutur dr Handayani.

Kerja keras berbagai pihak ini kata dr Handayani demi mahasiswa FK Unusa agar ketika lulus bisa membawa ijazah dengan akreditasi B.

Hal ini penting karena akan menjadi lampiran bagi lulusan untuk melangkah ke jenjang berikutnya. “Penting ketika mereka hendak melanjutkan ke program dokter spesialis atau ke program magister. Karena untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi akreditasi prodi sebelumnya harus minimal B,” jelas dr Handayani.

Dan lulusan FK Unusa kata Handayani, kini dengan bangga membawa ijazahnya. Karena FK Unusa sudah melakukan dan memberikan pembelajaran yang sudah sesuai dengan standar Konsul Kedokteran Indonesia (KKI).

Jadi Dokter Paripurna dengan Tiga Keunggulan

Ketua Yarsis, Prof Mohammad Nuh berharap dokter lulusan Unusa bisa menjadi dokter yang paripurna. Dokter yang paripurna itu dibutuhkan tiga hal yakni attitute (sikap), skill (keahlian) dan knowledge (pengetahuan). “Saya yakin lulusan FK Unusa sudah punya attitute dan skill yang bagus,” tukasnya.

Sementara untuk knowledge, Prof Nuh meminta mahasiswa dan lulusan Unusa terutama dokter untuk tidak berhenti belajar. Karena hakikat hidup adalah belajar, belajar dan belajar. “Lalu belajar tentang apa? learn how to know, learn how to do, learn how to be, learn how to live together dan learn how to learn. Kalau kita terus belajar saya yakin anak-anak Unusa pasti akan berhasil, future is yours,” tandas Prof Nuh.

Selain itu Prof Nuh berharap dokter lulusan Unusa harus mampu melihat tren dunia kesehatan ke depan. Juga harus mampu mendata. Karena pada hakikatnya tugas dokter selain mengobati pasien juga harus pandai mendata.
“Menulis rekam medis itu tugas dokter. Tidak mungkin rekam medis tidak ditulis. Tapi sayangnya sampai saat ini rekam medis hanya rekam medis. Coba kalau itu diolah dan diteliti pasti akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa,” tukasnya.

Prof Nuh juga meminta data tentang pasien itu lebih valid dan dicatat dengan baik. Sehingga nantinya pasien tidak diperiksa atau dicek tentang sesuatu yang sama, ditanya tentang sesuatu yang sama pula.

Prof Nuh juga mengingatkan, dokter lulusan Unusa harus bersedia ditempatkan di manapun. Karena itu bagian dari pengandian seorang dokter untuk bisa memberikan aksea kesehatan bagi seluruh masyatakat. “Ingat juga, sekarang ini harus menjadikan pasien sebagai bagian dari diri sendiri sehingga akan ada ikatan emosional yang erat,” katanya.

Lulusan Gontor yang Ingin Mengabdi

Akbar Reza saat dinobatkan sebagai lulusan terbaik didampingi kedua orang tua dan Dekan FK, dr Handayani (kanan) serta Rektor Prof Jazidie (kiri). DUTA/ist

Akbar Reza Muhammad dinobatkan sebagai lulusan terbaik. Akbar mengantongi IPK 3,81, nilai CBT UKMPPD 80 dan nilai OSCE UKMPPD 80,2. Diakui Akbar, qpa yang diraih itu karena buah dari kerja keras selama enam tahun mulai pendidikan dokter hingga profesi dokter.

“Apa yang saya tempuh dan saya jalani memang sangat berat tapi akhirnya berbuah manis, saya sangat bersyukur,” ujar Akbar yang juga didaulat untuk berpidato saat acara pelantikan.

Akbar memang sejak kecil bercita-cita untuk menjadi dokter. Namun untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri sangatlah tidak mungkin karena sebagai santri pondok pesantren Gontor, dia tidak bisa langsung mendaftar ke perguruan tinggi negeri seperti pada umumnya. Karena Akbar setelah lulus harus melakukan pengabdian selama setahun.

“Untung bisa di Unusa sehingga saya bisa mewujudkan cita-cita saya sebagai dokter. Dan lulusan FK Unusa juga tidak kalah dengan lulusan perguruan tinggi negeri,” tukasnya.

Karenanya, anak dari pasangan dr Agus Prasetya dan Wahyu Kusuma ini ingin mengabdikan diri bagi masyarakat. Hal itu akan dia buktikan dengan ingin melakukan internship di daerah terutama di kota kelahirannya di Madiun. “Karena di Madiun terutama di pelosoknya masih butuh bantuan tenaga kesehatan,” ungkapnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry