Virdika Rizky Utama (kanan) penulis buku Penjerat Gus Dur dari sisi HMI Connection dan Rozali. Keterangan foto 164 channel NU.

SURABAYA | duta.co – Ratusan ribu orang sudah menonton video 164 channel NU yang diambil dari acara 164 talkshow dengan host Ahmad Rozali. Tajuk video berdurasi 12.23 menit itu, cukup keren, ‘Mereka yang Menjerat Gus Dur – Peci-Kopi’. Sampai Kamis (02/1/2020) pagi, sudah 1.373 komentar berjajar di bawahnya.

@Wafiq Ainul, salah seorang warganet menulis komentar: Sumpah gue pengen borong nie buku . . ..ntr kita bagi”kn sama rakyat. Biar tau siapa musuh negara sebenarnya. . ..yg mmbuat carut marut negara waktu itu !!!.

Yang tak kalah menarik isi video itu adalah ketika sang penulis buku, Virdika Rizky Utama menceritakan kepada Ahmad Rozali, bagaimana sikap para tokoh yang namanya tertulis dalam dokumen tersebut. Terutama sikap Amien Rais yang dibuat kepo alias ingin tahu, dari mana dokumen didapat.

“Yang paling sulit dikonfirmasi? Saya pernah mendengar (ada kalimat) Anda belum tentu bisa keluar dari rumah ini?,” tanya Ahmad Rozali dengan nada santai.

“Itu Amien Rais. Wawancara Amien Rais di rumahnya. Saya menunggu dari pagi dan baru bisa, sore, sekitar jam 5,” jawab Virdi, panggilan akrabnya.

Awal-awal wawancara, jelas Virdi, saya coba dari peran dia pada tahun 1998. Itu bagaimana? Karena dia dianggap tokoh reformasi. Dia senang kan diwawancara seperti itu. Lambat-lambat hampir sejam-lah, sayangnya, waktu saya lupa, entah tertinggal atau apa (soal dokumen yang mau dikorfirmasi red.).

“Cuma saya menyebut, bahwa, saya telah mendapat dokumen yang menceritakan Bapak begini-begini…, di situlah lengkapnya,” tambah Virdi sambil merujuk isi lengkapnya di buku tersebut.

Apa jawab Amien Rais? “Dia bilang nggak! Karena kita memang ingin Gus Dur mundur. Karena Gus Dur ini sudah membuat ketidakstabilan,” demikian Virdi menirukan jawaban Amien.

Virdi pun berusaha fair. Diakui, bahwa, sebagian kritik Amien adalah benar. “Memang kritik yang lain bisa dibenarkan. Karena memang Gus Dur ketika bicara, harusnya membuktikan dong kalau bicara, tetapi Gus Dur kan tidak,” jelasnya.

Menurut Virdi, ini yang akhirnya menjadi bola liar, seperti pemecatan Laksamana Sukardi, dan JK (Jusuf Kalla), karena dibilang tersangkut KKN. “Di situ juga saya jelaskan contoh kasus perusahaan apa? Dari JK, Laksamana Sukardi sampai Arifi Panigoro, dan Gus Dur mau mengadili mereka,” urainya.

Selesai? Belum. “Kemudian Amien Rais bilang (apa)?,” tanya Rozali.

Amien Rais terus menyelidik. “Kamu dapat data dari mana?,” tanyanya kepada Virdi.

Apa jawab Virdi kepada Amien? “Saya tidak bisa Pak, sebut,” jawabnya.

Diakui, ketika awal wawancara dia tidak sebutkan sebagai wartawan karena untuk penelitian tesis di luar negeri, tetapi, dia terpaksa juga harus bilang sebagai wartawan. “Saya katakan, saya kan wartawan Pak, kalau nara sumber saya agreement untuk tidak boleh disebutkan, saya pun tidak bisa menyebutkan,” jelasnya kepada Amien Rais.

Amien terus mendesak. “Kamu harus kasih tahu dong! Dari mana ini? Kalau kamu tidak menyebutkan, ya….” katanya.

Dendam Politik

Masih menurut Virdi, saat itu, Amien agak sambil bercanda, tapi dia melihat Amien agak kesel juga, karena ketika wawancara di awal Pak Amien, berusaha memegang HP-nya untuk merekam. Ini supaya tidak jauh, dan biar dekat suaranya. Mungkin selama 1 jam, Amien Rais memegang HP Virdi untuk merekam agar lebih jelas.

Tapi, ketika dia mulai mengonfirmasi masalah yang substansial, HP Virdi langsung diletakkan di meja, dan rekaman dimatikan.

“Langsung dia bilang, kamu dapat dari mana? Ya sudah sebutkan dong! Sambil bercanda kalau kamu tidak sebutkan, ya kamu belum tentu juga bisa keluar dari rumah ini,” jelas Virdi yang menemukan dokumen tersebut pada Oktober 2017, sambil tersenyum.

Selain itu, tak kalah menarik adalah kesimpulan Virdi, bahwa, pemakzulan Gus Dur lebih karena dendam politik. “Saya masih ingat kalimatnya dari dokumen Fuad Bawazir. ‘Kita rebut kembali kejayaan yang sudah dirampas setelah reformasi’,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry