DIGITALISASI : Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Surabaya M Luthfi  memberikan paparan alam Forum Group Discussion yang diadakan Forum Jurnalis Ekbis di Hotel Kampi, Surabaya (duta.co/imam)

SURABAYA | duta.co – Digitalisasi pelabuhan bakal mampu meningkatkan daya saing seain efisiens biya serta menekan terjadinya pungutan liar yang mudah  dilakukan di pelabuhan. Sayangnya pelabuhan di Indonesia masih belum sepenuhnya melakukan. Akibatnya  biaya tinggi handling pelabuhan di Indonesia mencapai 24% dari GDP sementara di Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura bahkan Vietnam 10%.

Demikian dikatakan Arief Tejo Sumarto Wakil Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jatim disela FGD Penerapan Digitalisasi Pelayaran Meningkatkan Daya Saing Logistik di Tanah Air yang diadakan Forum Jurnalis Ekbis di Hotel Kampi, Surabaya.

Arief Tejo menyoroti tidak efisiensinya handling pelabuhan di Indonesia dengan banyaknya regulasi dan aturan yang membuat lama. Smentara di Negara lain, handling di pelabuhan tersentralisasi dalam satu otoritas dan sudah digital.

“Perlu waktu dan harus dipaksakan. Pemerintah sangat berperan dalam hal ini  karena pelabuhan di Indonesia dikelola oleh BUMN yang nota bene perusahaan milik pemerintah.  Dan penerapan Inaport.net pada tahun 2020 merupakan langkah maju yang harus didukung semua pihak agar pelabuhan Indonesia bisa melakukan digitalisasi dan ujungnya bisa mempercepat handling di pelabuhan,” jelas Arief Tejo.

Harapannya dengan penerapan digitalisasi di pelabuhan bisa menekan biaya dan kecepatan layaknya Negara Asean lainnya ada angka 10 % dari GDP.

Sementara itu, PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) mendukung dan mengikuti digitalisasi pelayaran dan logistik. SPIL menerapkan digitalisasi dalam kegiatan operasional perusahaan, baik secara internal maupun eksternal.

“Fokus utama dari penerapan teknologi digital ini untuk meningkatkan layanan pengangkutan kepada pelanggan, baik untuk angkutan pelayaran laut (shipping) maupun darat (trucking),” kata Strategic Development & Implementation Manager PT. SPIL, Ferna Arga Wijaya.

Untuk meningkatkan kualitas dan integrasi solusi pelayanan kepada pelanggan, SPIL telah mengembangkan program aplikasi MySPIL sejak Tahun 2016. Di mana saat itu merupakan aplikasi pertama dalam industri logistik di tanah air. Pelanggan tidak hanya bisa membuat booking, e-SI, e-BL dan melakukan pembayaran melalui virtual account saja. Namun juga bisa melihat posisi barang yang dikirim melalui aplikasi tersebut.

“Jika dilihat dari tools yang dipakai, sebagian besar pelanggan tersebut menggunakan smartphone, baru kemudian laptop atau komputer,” terang Ferna.

Persentase pengguna aplikasi ini terus mengalami peningkatan. Saat ini pengguna telah naik menjadi lebih dari 80 persen booking adalah via mySPIL. Beberapa keunggulan dari aplikasi ini adalah efisiensi waktu dan biaya, terutama bagi para pelanggan yang lokasinya relatif jauh. Sehingga dengan adanya aplikasi mySPIL, kendala macet di jalan maupun antrean, kini tidak menjadi masalah.

Terkait dengan inovasi yang dilakukan, SPIL juga berupaya meningkatkan jangkauan pelayanan dengan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. Setelah sebelumnya menggandeng perusahaan fintech GoPay dan LinkAja untuk mempermudah akses transaksi mySPIL. SPIL juga menjalin mitra dengan deliveree untuk mendukung kegiatan logistik.

“Kami sangat terbuka untuk bekerjasama dengan pihak dalam pengembangan industri (logistik) ini,” jelasnya.

Sementara Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Surabaya M Luthfi menambahkan, pihaknya sangat mendukung upaya digitalisasi pelayaran dan logistik. HIPMI juga siap berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan pelayaran.

“Dengan digitalisasi pelabuhan, transparansi biaya dan sejenisnya bisa dilihat. Sehingga tidak bisa jadi membebankan biaya tambahan diluar seharusnya.  Proses di pelabuhan menjadi kunci distribusi dan stabilitas harga,” tegasnya. (imm)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry