Faiz Mashuri dan rekannya Dewi Maryam dari MI Al Hikmah, Janti, Jogoroto, Jombang saat menunjukkan hasil alat peraga pembelajaran matematika bagi kelas rendah di ajang Berbagi Praktik Baik Pendidikan, Diskusi Pendidikan dan Pameran Pendidikan yang digelar INOVASI di Hotel Bumi Surabaya, Kamis (2/6/2022). DUTA/ist

Difasilitasi INOVASI, Faiz Mashuri akan Tulari Sejawatnya

SURABAYA | duta.co – Matematika menjadi mata pelajaran yang sangat tidak disukai siswa. Apa sebab? karena sejak kecil terutama di bangku kelas rendah, siswa disuguhi pembelajaran matematika dengan cara yang tidak menarik.

Hal itu yang membuat siswa menjadi tidak suka dan terus belanjut ketidaksukaan itu hingga ke jenjang kelas tinggi.

Padahal matematika adalah ibu dari semua ilmu pengetahuan. Jika siswa menjadi tidak suka, maka dikhawatirkan ke depan siswa tidak bisa berlogika.

Salah satu guru dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Hikmah, Janti, Jogoroto, Jombang, Faiz Mashuri mengaku prihatin dengan kondisi itu. Selama dia mengajar di MI tersebut, pelajaran matematika hanya sesuai buku, lembar kerja siswa (LKS) dan buku paket.

“Saya mengajar di sekolah di mana saya dulu bersekolah. Dari saya sekolah sampai sekarang, metode pembelajarannya masih sama, konvensional, semua sentral ada pada guru. Padahal, zaman sudah semakin berubah, harusnya pembelajaraan berubah,” ujar Faiz saat ditemui di ajang Berbagi Praktik Baik Pendidikan, Diskusi Pendidikan dan Pameran Pendidikan yang digelar INOVASI di Hotel Bumi Surabaya, Kamis (2/6/2022).

Beruntung, Faiz mendapat kesempatan ‘belajar’ untuk mengembangkan pembelajaran. Dengan pelatihan yang diberikan INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) yang merupakan program kemitraan antara pemerintah Australia dengan pemerintah Indonesia, Faiz bisa mendapatkan banyak pembelajaran. “Bahwa pembelajaran matematika itu harus menyenangkan terutama untuk anak-anak kelas rendah,” tuturnya.

Akhirnya, dari sanalah, Faiz mengembangkan GARBIS (Garis Bilangan Baris). Melalui sebuah papan, Faiz mendesain penjumlahan matematika yang bisa diatur sendiri oleh siswa berapa angka yang diinginkan. Hasilnya bisa didapat dengan menggeser angka-angka di garis yang ada di papan pembelajaran itu.

Papan pembelajaran GARBIS itu dibuat dari beberapa bahan mulai kertas, flanel hingga resleting. “Ini sangat efektif dan menyenagkan siswa untuk belajar matematika setiap hari,” katanya.

Dengan desain yang menarik, warna-warna yang menarik pula, GARBIS sudah menarik perhatian siswa. “Apa itu ya, ketika mereka diajari, semakin tertarik,” tukasnya.

Dengan peraga pembelajaran ini, membuat siswa tidak ada kesempatan untuk mengalihkan perhatiannya dari papan di depan kelas. “Kalau cara konvensional, anak-anak jadi malas, jadi badmood dan bisa melakukan apa saja untuk mengalihkan perhatian dari matematika,” jelasnya.

Dengan alat peraga ini, Faiz pun berniat nantinya akan menularkannya pada rekan sejawatnya di sekolah. Dan setelah itu, dia akan menularkan pada rekan-rekannya di sekolah yang lain yang berada dalam satu lingkungan. “Ilmu harus ditularkan. Ilmu yang baik harus disebarkan agar memberikan manfaat,” tukasnya.

INOVASI sendiri selama ini bekerja langsung dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag). INOVASI berupaya memahami cara-cara untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa di sekolah-sekolah yang ada di berbagai kabupaten di Indonesia, terutama dalam hal kemampuan literasi dan numerasi.

Program INOVASI diimplementasikan di beberapa daerah di Indonesia yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Utara (Kaltara), dan Jawa Timur (Jatim).

INOVASI di Jawa Timur memasuki fase ke-2 (2020 – 2023) membangun kemitraan dengan oragnisasi besar di Indonesia yakni Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Jawa Timur dan PW LP Ma’arif NU Jawa Timur, untuk melakukan adaptasi dan mendiseminasikan program literasi dan numerasi. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry